Gulf Kanawut Traipipattanapong, sosok pria manis, lugu dan imut, yang membenci pria kaya sejak ayahnya membuang ibunya, untuk menikahi wanita lain demi uang.
Ia hidup dengan ibu tiri, saudara tiri dan ayahnya yang kejam, menurut Gulf hidupnya lebih...
Hari ini aku pulang lebih awal. Untuk menghadiri pesta dari rekan kerja ayah.
Mobil kami berhenti di luar venue. Pintu masuk dipenuhi oleh fotografer dan jurnalis dari berbagai saluran berita. Krist turun dari mobil lalu menatapku.
Aku juga turun dari mobil dan mengikuti Krist saat dia mulai bergerak menuju pintu masuk. Aku berjalan dengan hati-hati.
Tempat itu ramai dikunjungi banyak orang. Para wanita yang mengenakan gaun yang indah bergerak dengan begitu anggun. Aku benar-benar tertarik pada wanita-wanita itu, tapi kayaknya gak pantes deh, haha.
"Ini kamu Off, ya ampun" kata ayah menggandeng Mild menghampiri paman Off.
"Bagaimana kabarmu Gulf?" Paman Off bertanya sambil menepuk pundakku.
"Bagus. Senang bertemu denganmu setelah bertahun-tahun" Aku balas tersenyum padanya. Off adalah teman lama ayah. Aku mengenalnya sejak Aku baru berusia 3 tahun. Dia adalah pria yang sangat penyayang dan sangat baik padaku.
Ayah mulai berbicara dengannya tentang bisnis sementara Mild dan Krist sibuk menebak mana laki-laki yang akan di jodohkan dengan Krist.
"Aku akan pergi dan berbicara dengan David tentang kesepakatan itu" Paman Off memberi tahu ayah dan pergi setelah berjabat tangan. Begitu Off pergi, Krist menoleh ke ayah dan mulai bertanya tentang mangsa mereka untuk malam ini.
"Ayah di mana dia?" Krist bertanya.
"Pasti di sini" Ayah berbicara sambil berbalik dan mencari seseorang. "Nah di sana" katanya menunjuk pada seorang pria yang berbicara dengan sekelompok orang. Punggungnya menghadap ke arah kami jadi aku tidak bisa melihat wajahnya tapi aku tahu itu pasti pria itu. Suppasit Jongcheveevat. Dia memiliki bahu lebar dan mengenakan setelan tuxedo hitam.
"Kemarilah" kata Ayah dan mulai berjalan ke arah pria itu dan Mild mengikutinya. Krist mendekatiku dan berkata perlahan.
"Tunggu dan lihat, gimana gue buat dia bertekuk lutut, lagipula di pesta ini, gue gak ada saingan".
Kemudian dia menarikku dan kami berdua pergi dan berdiri di samping ayah. Melihat kami datang, ayah menoleh ke pria yang berbicara dengan orang lain, "Tuan Jongcheveevat" katanya gugup. Ini pertama kalinya aku melihat ayahku gugup.
Pria itu berbalik dan....
Apa-apaan???!!!!!
Pria yang kemarin aku lemparin uang di luar toko sepatu. Aku melemparkan uang ke wajahnya! Melempar kepada seorang miliarder!! Di Suppasit Jongcheveevat!!!
Dia berbalik dan menyapa ayahku. Krist bergerak maju dan berjabat tangan dengannya sedikit menggoda. Dia belum melihatku, aku harus pergi sebelum dia melihatku. Saat aku hendak berbalik dan pergi, ayah angkat bicara.
"Pak Jongcheveevat, ini istri saya, Mild dan ini putra saya, Krist dan Gulf" ayah memperkenalkan kami.
Dia mengerutkan kening melihatku tetapi dengan cepat menutupinya dan mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.
"Senang bertemu dengan Anda, Mr. Gulf Kanawut" katanya dengan gigi terkatup.
Aku menggigil ketakutan. Bagaimana jika dia memberi tahu ayah semua yang terjadi, ayah mungkin akan menggantungku sampai mati. Entah mendapat keberanian dari mana, aku juga mengulurkan tanganku dan menjabat tangannya.
"S...senang b...bertemu juga.. Mr. Suppasit " kataku terbata-bata.
Dia terus menatapku sebentar dan kemudian Krist menyela "Pak Suppasit, maukah berdansa denganku?" katanya dengan nada gerah.
Suppasit melihat Krist dan dia mengalihkan pandangannya, menatapku kembali, memberiku tatapan maut dan berkata, "Mari berdansa denganku, Mr. Kanawut"..
Gak, gak gak! Bolehkan aku mengatakan tidak? Tentu saja. Aku menoleh ke arah ayah, ayah hanya menatapku bingung sementara Krist kaget. Pria itu benar-benar mengabaikannya. Saat aku tidak menjawab, dia menatap ayah dan ayah mengangguk gugup.
Dia meraih tanganku yang hangat dan mulai bergerak menuju lantai dansa. Musik lambat diputar di latar belakang, dia meletakkan tangannya di pinggangku dan mulai bergoyang mengikuti musik. Aku menggigil dengan sentuhannya. Apa yang telah saya lakukan? Kenapa aku mau? Aku bukan gay!!.
Dia tidak mengatakan apa-apa selama 2-3 menit, kami hanya bergerak dengan musik. Dia menatapku sepanjang waktu. Aku menoleh untuk melihat ke arah ayah, dia berdiri disana bingung sementara Krist dan Mild terlihat marah karena aku yang berdansa dengan pria kaya ini.
"Aku mencoba mencarimu" katanya dengan suara lembut.
"Apa?" tanyaku bingung.
"Apakah kamu benar-benar berpikir bahwa aku akan membiarkan seseorang yang melemparkan uang ke wajahku pergi begitu saja?" Dia berkata dengan nada tenang.
"A..Aku benar-benar ingin meminta maaf untuk hari itu Tuan Suppasit. Aku tidak bermaksud...." dia memotong pembicaraanku.
"Kamu tidak bermaksud merusak mobilku atau kamu tidak bermaksud membuang uang ke mukaku?" Dia bertanya dengan menekankan lima kata terakhir.
"Aku benar-benar minta maaf untuk kemarin. Jangan kasih tau ayah, ya?" Pasti dia akan memberitahu ayah, matilah aku.
"Bagaimana jika aku melakukannya?" Katanya sambil menaikkan alisnya.
"Tolong jangan. Tolong. Aku minta maaf. Tolong" aku memohon padanya.
"Kita lihat nanti" katanya sambil tersenyum.
"Ngomong-ngomong, uang yang kamu berikan kemarin tidak cukup untuk kerugian yang kamu sebabkan" katanya. Aku mengabaikanya.
Kami menari perlahan ketika dia kembali berbicara "kamu bekerja dengan ayahmu?"
Saat itulah aku ingat bahwa aku berhenti bekerja di kafe. "nggak, dulu aku bekerja di kafe" jawabku.
"Biasanya?" Dia bertanya.
"Ya di kafe itu, tapi tadi boss bilang kalau area itu dibeli oleh seseorang, jadi..." kataku sambil menatapnya. Dia memang tampan, melebihi ketampanan Krist. Ya, menurutku Krist adalah laki-laki paling tampan.
"Oh" katanya.
Lagu berakhir dan dia mengantarku kembali ke tempat ayah berdiri. Krist memelototiku dengan marah seolah dia akan membunuhku kapan saja. Tuan Suppasit mengangguk kepada ayahku dan ketika Krist mendekatinya, dia malah pamit pergi, kembali ke kerumunan.
Aku berbalik menghadap ayah. Wajahnya menampakkan kemarahan, apa aku akan habis malam ini??
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.