22| Marah Marah Mulu? 🏡

765 57 0
                                    

"RUTOOO!" teriak Lisa dari dapur.

"IYA MAM?!"

Tidak ada jawaban.

Para Mama diseluruh dunia tuh emang suka gitu ya? Kalau manggil anaknya terus kita jawab 'Apa' tapi malah gaada jawaban?

"HARUTO, KAMU DENGER MAMI NGGAK SIH?!" Lisa teriak lagi.

"DENGER, KOK, MI!!!"

Haruto mempause game online yang sedang ia mainkan. Lalu menaruh satu tangannya dibelakang telinga guna mempertajam pendengaran.

Ini si Mami manggil doang atau apa si? Batin Haruto dalam hati.

"HARUTO?! BUDEG ATAU GAK PUNYA TELINGA KAMU?!"

Haruto terperanjat. Dia lari tunggang langgang menuju dapur sampai mau nyungsep-nyungsep.

Lari aja dulu. Nyungsep atau nggaknya mah urusan nanti. Haruto2k23.

"Ada apa, Mam?" tanya Haruto setelah ia sampai didapur.

"Lagi ngapain sih?! Dipanggilin juga daritadi?!" tanya Lisa sewot. "Apa?! Main game 'kan?!" Seakan mengerti dengan alasan yang akan keluar dari mulut Haruto.

Haruto menggaruk kepalanya seraya menampilkan cengiran khasnya. Membuat Lisa menatap anak tengahnya itu jengah.

Lisa mengeluarkan uang dari dalam dompetnya lalu menyodorkannya pada Haruto. "Anterin uang brownies ke tante Seulgi." kata Lisa datar, membuat Haruto mendengus kasar.

"Ah, Mami! Ruto, tuh cape tau! Baru aja pulang sekolah udah disuruh ini itu. Lagian biasanya uangnya suka Mami transfer tuh?? Kok sekarang nggak??" Haruto merengut.

"Ya, kenapa emang? Suka-suka Mami dong? Cape apaan maksud kamu? Cape main game? Jangan kira Mami nggak tau ya, daritadi kamu main game melulu?" kata Lisa membuat Haruto berdecak mengusap telinganya begitu frustasi.

"Udah, sana, nunggu apalagi kamu?" Lisa menghela nafas kasar lalu bersidekap dada. "Bantuin orang tua tanpa ngeluh dulu bisa nggak sih? Langsung sat set sat set aja, gitu."

"Ish, iya deh iya. Nih Ruto anterin." Haruto mengambil uang diatas meja makan itu dengan kasar lalu berjalan malas-malasan menuju luar rumah.

"Dasar bocah-bocah jaman now."

Haruto bersiap mengeluarkan motornya dari garasi rumah. Sebenarnya rumah Lisa sama Seulgi itu bisa dibilang dekat, karena emang cuman harus melewati beberapa rumah doang. Tapi, seperti yang Haruto bilang tadi, dia tuh cape. Lagipula, cuaca hari ini emang lagi terik-teriknya. Dia males kalau harus jalan kaki, plus dia juga nggak mau kalau nanti kulitnya kebakar gara-gara kelamaan diem dibawah sinar matahari.

Duh, manusia berwajah jenius satu ini.

Pas sekali dengan kedatangan Taeyong yang kebetulan mengunjungi rumah adik bungsunya, merasa heran saat melihat wajah tidak bersahabat Haruto. Juga entah dari kapan Lisa ikut bergabung, berdiam didekat pintu masuk rumah seraya memerhatikan Haruto yang tengah kesusahan mengeluarkan motornya.

"Jalan kaki aja kenapa sih, To? Bikin lama jadinya kalau harus ngeluarin motor dulu."

Haruto mengedikkan bahunya. "Nggak mau, diluar panas."

"Ck, terserah kamu deh."

Taeyong berdeham mengalihkan atensi Lisa dan Haruto yang kini serentak meliriknya. "Ada apaan?" tanyanya. "Kok ribut banget kedengerannya?"

"Noh, keponakan lo tuh. Manja banget kudu naik motor segala. Padahal cuman kerumah Mbak Seulgi doang." jawab Lisa, memutar bola matanya malas.

Kemudian Taeyong melirik Haruto sekilas. Tapi anak itu hanya menunduk. Fokusnya masih pada motornya. Bahkan Haruto tidak berucap sepatah kata pun.

[1] Families | Random KPOP IdolsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang