TERKUAK

140 28 8
                                    

Sepeninggal Hilmy, Fida segera berganti pakaian dan berangkat menuju tempat servis ponsel yang tak jauh dari tempat tinggalnya. Masih berada di jalan yang sama, hanya sekitar lima ratusan meter saja.

Sengaja, dia berangkat sendiri karena sekalian berencana membeli alat tes kehamilan. Fida sudah mengalami telat datang bulan sekitar dua minggu. Hanya saja, dia tak memberi tahu Hilmy tentang hal itu. Pun tak segera melakukan tes. Semuanya karena dia tak ingin terlalu berharap. Tapi kali ini, merupakan sebuah kesempatan. Kebetulan tempat servis ponsel itu bersebelahan dengan salah satu minimarket.

Fida menumpang Bentor menuju tempat servis ponsel. Setelah menyerahkan gadget android itu pada tukang servis, dia langsung membeli alat tes kehamilan di minimarket.

Setelah membayar belanjaan, Fida segera melangkah, hendak keluar dan langsung pulang. Tapi, tak disangka, dia bertemu Nayla dan Adeeva di pintu masuk.

Fida sempat terkesiap beberapa saat. "Loh, Neng Adeeva. Kok, ada di sini?"

"Iya, Neng. Baru saja datang. Dia mau sidang tesis beberapa hari lagi," jawab Nayla santai.

Begitu berbeda dengan ekspresi Adeeva yang tampak sangat terkejut. Dia menyalangkan mata seraya menyengih cukup lama. Lantas, tersentak dan mengangguk seraya tersenyum. Tapi … dengan senyum yang tak sampai ke mata.

"Loh, kok, nggak ngabarin, toh, Neng?" tanya Fida dengan nada suara yang terdengar kecewa.

Belum juga pertanyaan itu terjawab, pintu minimarket terbuka, seorang lelaki meminta izin untuk lewat. Pertemuan itu membuat mereka tak menyadari kalau sedang berdiri di belakang pintu masuk. Ketiganya segera bergeser untuk memberi lelaki itu jalan.

"Kita ngobrol di luar, yuk?" ajak Fida kemudian.

"Bentar, Neng. Mau beli SAPU kecil dulu di sana."  Nayla berisyarat dengan dagu ke arah dalam minimarket.

"Oh, iya. Aku tunggu di kursi situ, ya?" Fida menunjuk kursi di depan minimarket. Dia segera berlalu setelah Nayla dan Adeeva mengiakan ucapannya.

Tak sampai lima menit kemudian, dua perempuan itu keluar. Mereka segera menghampiri Fida, kemudian bercakap-cakap santai beberapa waktu.

"Oh, ya, daripada ngobrol di sini, ayo mampir ke rumah," ajak Fida.

"Wah, boleh, tuh. Gimana, Neng?" Nayla menoleh pada Adeeva, meminta persetujuan kawannya itu.

"Ehm … anu, bukannya nolak, tapi—"

"Ayo, dong, Neng. Mumpung aku lagi sendirian. Suamiku sedang keluar. Kayaknya juga bakal lama. Biar aku nggak suntuk. Kita bikin seblak, gimana?"

"Nah, ide bagus, tuh. Ayo, dah, Neng. Toh, masih santai, kan? Sidangnya masih pertengahan minggu ini," ujar Nayla yang akhirnya dijawab dengan anggukan Adeeva.

Akhirnya, mereka bersama-sama menuju tempat tinggal Fida dengan Nayla yang mengendarai motor, sementara Fida dan Adeeva menumpang bentor.

Seperti rencana mereka, ketiganya mengadakan pesta makan kecil-kecilan, membuat seblak dan menikmatinya bersama. Pun mengobrol cukup lama. Hingga sekitar jam dua siang, Nayla dan Adeeva pamit pulang setelah melaksanakan salat berjemaah.

Kedatangan Adeeva dan Nayla, membuat Fida sejenak melupakan permasalahan yang tengah dihadapi Hilmy. Permasalahan yang entah apa. Pun membuatnya sejenak lupa tentang tes kehamilan. Karenanya, sepeninggal kedua kawannya itu, Fida kembali teringat tentang tes yang belum dia lakukan. Memang baiknya melakukan tes kehamilan itu pagi hari pas baru bangun tidur. Tapi, melakukan tes di waktu lain tak dilarang, karena hormon kehamilan masih bisa terdeteksi.

Cepat-cepat Fida menuju kamar mandi. Lalu, segera melakukan tes sesuai tuntunan yang tertera pada kemasan. Hadir berbagai perasaan yang berkecamuk saat menunggu hasil tes. Dalam beberapa detik yang singkat itu, jantung Fida seolah-olah mencelat entah ke mana. Gugup dan cemas.

[END] Sahaja CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang