Chapter 4 || Kita semua kuat

125 16 2
                                    


***

Hari ini Haikal sudah bisa ke kampus seperti biasanya tentunya bersama Jeje karena takut penyakitnya kambuh lagi kalau dia yang menyetir motor, alasan lainnya knalpot Haikal itu belum diganti jadi masih bisa mengundang amarah anggota OSIS kalau mendengar suara motornya.

"Obat lo udah diminum?" tanya Jeje

Haikal yang sedang memasang sepatunya mengangguk, "Iya udah kok."

Jeje memang melarang Haikal untuk puasa dulu karena kata dokter obatnya harus diminum 3 kali sehari jadi Haikal tidak bisa puasa dulu. Jumlah yang diberikan dokter juga bukan main bahkan Jeje sampai pusing melihat obat-obat yang diberikan pada Haikal.

"Obat lo dibawa yah, buat nanti siang, nggak baik kalau sering lambat makannya."

Haikal segera berdiri lalu kembali mengangguk, "Iya cerewet banget sih lo, lagian gw juga nggak bakal langsung mati kalau nggak makan obat."

"Haikal! Gw nggak suka lo bahas mati-mati!"

Haikal tertawa ringan, "Iya, iya. Berangkat sekarang yuk?" ajaknya.

Anak itu sudah lebih dulu keluar dari kamar, Jeje hanya memandangi punggung temannya itu yang sudah akhirnya menghilang. Pemuda itu menghela nafas berat lalu ikut keluar dari kamar tak lupa mengunci pintu.

Sesuai dengan permintaan Haikal waktu itu, Jeje janji akan menyimpan rahasia Haikal dalam-dalam dari Lucknut sirkel walau nyatanya Jeje jadi tidak enak karena menyimpan semuanya tapi ini permintaan Haikal.

"Kok bengong disana, Je? Katanya lo yang mau boncengin gw!"

Jeje yang termenung seketika sadar dari lamunannya dan segera menghampiri Haikal yang sudah mengomel didepan sana. Tanpa berkata panjang lebar Jeje melajukan motornya dengan sedang sembari menikmati suasana kota yang masih sejuk namun sudah dipenuhi kendaraan dan debu.

Haikal memandangi sekitar kota lalu terlukis senyum tipis diwajahnya. Ada kenangan manis terlintas dibenaknya yang tidak bisa dia ulang kembali.

"Je, gw rasanya rindu Bandung."

Jeje yang tadinya fokus mengendari motor teralihkan dengan perkataan Haikal barusan.

"Makanya sekali-kali balik." ucapnya membuat Haikal terkekeh.

"Bandung yang dulu nggak sama lagi sama yang sekarang. Setelah ibu meninggal dan ayah menikah lagi semuanya berubah Je, dulu kalau akhir minggu gw selalu semangat pulang ke bandung sekarang nggak lagi. Gw bahkan udah lupa gimana rasanya hangat pelukan ibu, kalau bisa rasanya gw mau muter waktu buat dapetin pelukan itu lagi." ucap Haikal panjang lebar.

Ada rasa sesak didalam Hati Haikal begitu juga Jeje yang mendengarnya, namun dirinya tidak ingin ikut bersedih segera dia mencari pembahasan yang lain agar Haikal tidak berlarut-larut dalam kesedihannya.

"Kal, lo tau nggak Cahyo masuk lomba Matematika loh!"

Haikal yang tadinya terlihat muram kini wajahnya kembali berseri-seri setelah mendengar gosip yang baru saja Jeje katakan.

"Masa? Nilai mtk nya ajah dibawa Rata-rata, yakali ikut lomba ngawur tuh anak!"

"Dia emosi kemarin dihina sama anak OSIS makanya langsung ikut lomba."

"Whahaha, awas kalau pas lomba nggak ada yang bener gw ledekin tujuh turunan."

Jeje menatap Haikal dari kata spion lalu setelahnya tersenyum tipis. Setidaknya dia bisa sedikit mengurangi rasa sedih haikal untuk sesaat.

Mau bagaimanapun Jeje tau betul perasaan Haikal yang dulunya sangat dimanja ibu kini harus merelakan sang ibu pergi jauh darinya, Jeje tau betul rasa ditinggalkan.

Lucknut sirkel [Nct Dream] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang