Chapter 15 || Abadi

91 11 0
                                    


***

Raihan tidak tau kenapa Haikal menyembunyikan penyakitnya yang sungguh serius kepada teman-temannya, bahkan mereka melihat Haikal selama ini baik-baik saja tidak pernah berfikir kalau anak itu memiliki penyakit yang ternyata bisa mengancam nyawanya.

Pemuda itu duduk di taman rumah sakit dengan termenung memikirkan hal itu, kini dia tau kenapa Haikal tidak pernah berpuasa itu ternyata karena dirinya harus memakan obat setiap hari. Raihan kembali mengacak rambutnya kasar, entah kenapa masalah datang begitu banyak, dari mulai masalah sirkel hingga Haikal.

"Han?" panggil Jeje yang melihat Raihan di taman.

Raihan yang menyadari keberadaan Jeje menoleh kebelakang. Dapat dia lihat pemuda itu berjalan kearahnya dengan pelan lalu kemudian duduk tepat di sampingnya.

"Gw mau ngomong sesuatu."

Jeje bersandar di kursi tanpa menatap Raihan sedikitpun membuat pemuda itu juga ikut menyandarkan kepalanya dibangku taman.

"Apa?"

"Gw udah lama tau penyakit Haikal."

Raihan menoleh cepat kearah Jeje yang masih saja tidak menatapnya sama sekali. Jeje terdiam sejenak kemudian menit berikutnya baru ikut menoleh menatap Raihan yang nampak terkejut.

"Iya Han, gw tau." ujar Jeje sekali lagi.

Raihan langsung berhenti bersandar pada kursi dan langsung duduk dengan tegak, "Kapan lo tau? Kok nggak ngomong sama kita?"

Jeje kembali menatap langit yang sore itu nampak berwarna jingga sempurna sehabis hujan, "Han, lo ingat waktu kita gagal bukber terus Haikal pingsan. Dari situ gw udah tau kalau Haikal punya penyakit serangan jantung bawahan."

"Kenapa lo nggak bilang itu sama kita, Je?"

"Haikal nggak mau kalian tau, dia nggak mau kalian semua khawatir."

Raihan diam sejenak kemudian tanpa mengatakan apapun dirinya pergi begitu saja dari taman. Jeje tidak menatap kepergian Raihan hanya tetap menatap langit yang semakin berwarna jingga yang sekarang sudah sedikit mendung tidak secerah tadi.

Barusan saja hujan, Jeje pikir tidak lama lagi akan kembali turun hujan. Pemuda itu tersenyum tipis memandangi pemandangan senja yang tidak pernah gagal membuat dirinya tersipu malu sendiri akan indahnya senja itu, tapi karena adanya awan mendung menjadikan senja sore itu sedikit terhalangi namun tetap saja indah.

Jeje pikir itu seperti kehidupan. Walau terkadang dihiasi masalah yang banyak juga tetap indah kalau kita menikmati apa yang perlu disyukuri, tidak perlu menunggu dunia selalu baik-baik saja, bila kita bersyukur itu sudah lebih dari cukup.

Pernah dulu dirinya yang sangat dalam keadaan yang hancur tiba-tiba Haikal berkata kepadanya kalau dunia itu memang tidak selalu baik-baik saja, manusia juga harus merasakan apa itu bersusah karena itulah dunia.

Seiring dengan senyumnya Jeje kembali mengingat Haikal yang terbaring diranjang rumah sakit dengan tak berdaya. Anak itu selalu saja konyol, walau akhir-akhir ini Jeje terlihat sangat kesal dan tidak peduli kepada-Nya.

Tapi sumpah, Jeje masih memperhatikan Haikal. Menghitung obatnya saat ingin keluar dan saat datang akan kembali menghitung obatnya yang ternyata tidak berkurang sama sekali tanda bahwa pemuda itu tidak lagi meminum obatnya.

Jeje tentu saja masih peduli dengan Haikal, namum egonya terlalu besar untuk mengatakan itu yang membuat dirinya seolah-olah sudah sangat membenci pemuda tersebut. Saat mendengar kabar kalau Haikal dilarikan dirumah sakit Jeje seperti orang yang kesetanan dibuatnya, sumpah jantungnya serasa ingin copot.

Lucknut sirkel [Nct Dream] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang