***Hari libur sudah berakhir. Mereka berenam sudah pulang ke Jakarta untuk kembali menjalani kehidupan seperti dulu, tinggal di kos-kosan dan ke kampus setiap hari. Sebenarnya mereka masih ingin berada dikampung halaman mereka namun mereka juga harus kembali melanjutkan studi masing-masing.
Hari ini mereka berenam sepakat akan berkumpul di cafe tempat mereka dulu selalu kumpul bersama, namun akhir-akhir ini banyak masalah yang membuat mereka sudah jarang kesana. Namun saat ini mereka fikir adalah waktu yang tepat mereka kembali berkumpul bersama dengan melupakan masalah yang sudah terjadi.
Sebelum bertemu, masing-masing memilih untuk pulang terlebih dahulu untuk menyimpan barang-barang dan sekedar beristirahat sejenak. Janji mereka adalah pukul 7 malam, katanya agar mereka ada waktu untuk istirahat sejenak.
Karena Masing-masing pulang ke kosan maupun rumah masing-masing, Jeje juga sudah sampai ke kos-kosan nya. Pemuda itu berdiri memandangi pintu ruangan itu yang masih tertutup sangat rapat. Entah kenapa kakinya begitu berat untuk melangkah masuk kedalamnya ataupun sekedar membuka pintu tersebut.
Jeje menarik nafas dalam-dalam kemudian mencoba melangkah dengan pelan menuju pintu tersebut. Dia mengeluarkan kunci dari sakunya lalu memasukkannya kedalam lobang kunci dipintu itu. Jeje memegang gagang pintu dengan pelan, lalu dengan segenap keberanian membuka pintu itu secara perlahan.
Terdengar decitan saat Jeje membuka pintu tersebut. Jeje dapat melihat dengan jelas seisi ruangan yang gelap. Pemuda itu dengan perlahan menyalakan lampu lalu nampak lah ruangan yang tersusun rapi didepan Jeje.
Pemuda itu kemudian melangkah semakin dalam kedalam ruangan tersebut lalu meletakkan tasnya disamping lemari baju. Dia kemudian duduk dipinggir kasur menatap seisi ruangan yang nampak sangat sepi dan sunyi. Hanya ada dirinya.
"Kal... Ternyata sesepi ini nggak ada lo." gumamnya diakhiri dengan senyuman tipis.
Kembali lagi Jeje merasakan hal yang dia tak suka. Kesepian. Kini dia harus merasakan tinggal sendiri didalam ruangan ini, tanpa Haikal ataupun seseorang yang lain. Ranjang yang biasanya dia tempati untuk tidur berdua kini dia sendiri yang akan tidur diatasnya. Seharusnya Jeje senang, dia tidak perlu mengomel lagi karena Haikal yang selalu menendangnya saat tertidur.
Tapi ini tidak akan sama, sungguh tidak akan sama dari sebelumnya. Jeje akan merasa kurang karena tidak ada lagi yang bisa dia omeli saat pagi-pagi, dan tidak akan ada lagi yang selalu berteriak didalam kamar mandi hanya karena kekurangan sampo ada lainnya.
Jeje menghela nafas panjang lantas bangkit dari kasurnya untuk membersihkan diri. Selepas membersihkan diri dirinya sholat, lalu mengaji. Setelah selesai melakukan semuanya Jeje memilih untuk berbaring sebentar diranjang untuk meregangkan otot-otot tubuhnya terasa begitu pegal-pegal.
Jeje membuka ponselnya saat mendengar ada pesan masuk. Segera dia buka pesan itu dan melihat siapa yang mengiriminya pesan.
"Inget yah guys, kita nanti ketemu di cafe biasa."
Jeje hanya membalas pesan Cahyo yang di kirim di grup dengan "y" kemudian kembali meletakkan ponselnya disamping. Mereka memang kembali membuat grup yang berisikan mereka berenam, sebenarnya jeje dan yang lainnya ingin kembali memasukkan Haikal didalam grup tersebut karena Haikal tetap menjadi bagian dari mereka.
Namun, ayahnya tidak mengizinkan dan mengatakan tidak usah memasukkan Haikal lagi. Sebenarnya mereka semua sedikit kecewa, tapi mereka menghargai keputusan ayah temannya tersebut. Mungkin itulah keputusan yang terbaik untuk mereka.
Ponsel Jeje kembali bergetar, dan pemuda itu kembali mengecek siapa yang mengiriminya pesan. Dan ternyata itu Ajeng.
"Kamu udah nyampe? Gimana perjalanannya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucknut sirkel [Nct Dream] ✔
Fanfic❛❛ itu sirkel apa pengabdi setan sih? ❜❜ ⚠cerita ini spesial untuk ramadan kali ini, mau agak mirip dengan "Geng smongko" ⚠ jangan plagiat! ini hasil karya saya sendiri ⚠ apabila menadapati judul yang sama itu faktor ketidak sengajaan. ⚠bahasa non...