***Hari sudah malam Karena Haikal akan dirawat inap Jeje menyuruh agar yang lain pulang saja biar dia yang menemani Haikal dirumah sakit. Mereka sudah pulang kerumah masing-masing termasuk Nono, pemuda itu dengan pelan masuk kedalam rumah takut ibu dan bapaknya terbangun.
Namun baru beberapa langkah melangkah, lampu sudah dinyalakan mendapati Papanya yang berdiri didekat sofa dengan menatap lurus kearah Nono tanpa ekspresi. Nono berhenti ditempatnya tidak berani melanjutkan langkahnya yang terhenti setelah melihat sang papa.
"Dari mana ajah kenapa malam begini baru pulang?" tanya papa Nono dengan dingin.
Nono menundukkan kepalanya tidak berani menatap pria didepannya tersebut, "Dari rumah sakit." jawabnya.
Papa Nono mulai mendekatinya dengan langkah yang pelan namun berhasil membuat bulu kuduk Nono merinding.
"Kamu tau sudah jam berapa?" tanyanya masih dengan nada yang sama.
Nono mengangguk, "Maaf, pa."
"Kamu tau peraturan papa bukan?"
Nono hanya bisa kembali mengangguk tanpa menatap wajah papanya. Ibu Nono berdiri di ambang pintu kamar baru saja keluar dari kamar tidurnya.
"Pa, udah jangan di omelin, kasian Nono pasti capek dari kampus."
"Kamu nggak usah ikut campur! Ini salah kamu sebagai ibu dalam mendidik anak, lihat bagaimana anakmu menjadi anak yang tidak bisa diatur seperti ini."
Nono mengepal tangannya kuat, banyak perkataan yang ingin dia keluarkan namun takut itu malah membuat suasana semakin runyam.
"Tadi Nono habis kerumah sakit pah, soalnya Haikal temen aku sakit."
Papa Nono menatap putranya itu dengan tajam, "Papa sudah bilang berulang kali jangan berurusan dengan anak-anak seperti mereka! Itu nggak baik buat kamu." tegasnya.
Nono memberanikan menatap wajah papanya secara langsung walau harus mengumpulkan seluruh keberanian dalam diri-Nya, "Mereka nggak seburuk itu pa, mereka itu teman Nono yang paling mengerti Nono."
Rahang papa Nono mengeras dengan mata tajam yang menyoroti dirinya, "Kamu tau apa tentang mereka."
"Papa yang nggak tau apa-apa tentang mereka."
"NONO!"
hampir saja tangan papa Nono mendarat di pipi Nono kalau saja ibunya tidak datang menghentikan papanya. Nono menatap papanya dengan mata memerah, ini memang bukan pertama kalinya Nono diperlakukan seperti itu namun rasa sakitnya tetap saja sama.
"Pa, udah pa. Ingat dia anak kamu!" teriak ibu Nono.
Nono berjalan cepat kearah kamarnya lalu menutup pintu itu dengan keras membuat papanya semakin kesal. Papa Nono melepas tangan istrinya dari lengannya.
"Lihat kamu selalu saja membela anak tidak tau diri itu, kalau terus dibiarkan seperti itu dia tidak akan menjadi anak yang bisa bertanggung jawab!"
Ibu Nono hanya diam, baginya tidak apa dia yang dimarahi habis-habisan oleh sang suami daripada harus melihat anaknya yang terus saja diomeli atau bahkan mendapat kekerasan fisik.
Ini alasan mengapa Nono memilih menginap di kos-kosan temannya daripada harus menginap dirumahnya sendiri. Rasanya dia tidak sanggup kalau harus mendapat perlakuan seperti itu setiap harinya.
Nono duduk di pinggir ranjangnya setiap kali ada air mata yang akan turun segera dengan cepat dia sapu agar tidak turun. Kalau ditanya apa sakit, tentu saja iya. Perkataan ayahnya memang selalu terasa paling sakit didunia ini, tidak pernah sekalipun dia mendapat perkataan dari sang ayah yang membuatnya senang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucknut sirkel [Nct Dream] ✔
Fanfic❛❛ itu sirkel apa pengabdi setan sih? ❜❜ ⚠cerita ini spesial untuk ramadan kali ini, mau agak mirip dengan "Geng smongko" ⚠ jangan plagiat! ini hasil karya saya sendiri ⚠ apabila menadapati judul yang sama itu faktor ketidak sengajaan. ⚠bahasa non...