Chapter 19 ||Mari terus bahagia

81 9 0
                                    


***

Sehari setelah lebaran mereka berenam memilih untuk pulang ke kampung halaman masing-masing. Kampus libur selama seminggu setelah lebaran, jadi mereka memutuskan untuk menghabiskan waktu liburan itu dikampung kelahiran masing-masing. Apalagi keluarga mereka pasti menunggu mereka untuk kembali, dan untuk bersilaturahmi.

Jeje sudah sampai di Jogja dan langsung saja disambut dengan bahagia oleh sang ibu, karena mau bagaiamana pun walau wanita itu mengizinkan Jeje untuk lebaran di Bandung tapi pasti ada rasa sedikit kecewa karena sang putra tidak bisa untuk menemani dirinya di Jogja.

Pemuda itu langsung saja ke kamarnya setibanya dirumah. Badannya terasa sangat lelah sehabis perjalanan yang cukup memakan waktu, niatnya Jeje akan menemui Ajeng hari ini namun saat merasakan tubuhnya terlalu lelah dia urungkan dulu niatnya tersebut dan memilih untuk istirahat terlebih dahulu.

Setelah cukup lama berbaring Jeje mencoba untuk tidur, namun matanya tidak bisa. Pemuda itu kemudian bangkit dari kasur lalu berjalan menuju jendela dan duduk di kursi didekat jendela tersebut.

Ternyata sudah lama dia tidak melihat sekitaran Halamannya, sebab saat dia pulang selalu saja menghabiskan waktu di kasurnya saja atau bersama ibu. Nampaknya diluar sana tidak banyak yang berubah, taman bermain yang waktu kecil Jeje selalu bermain disana masih sama seperti dulu. Yang berubah hanya pohon yang biasanya ditempati Jeje berayun kini sudah ditebang.

Suasana sekitar memang tak seramai di Jakarta, cuaca juga tidak terlalu panas dan berdebu seperti kota yang dia tempati bersekolah. Suasana di Jogja kampungnya serasa begitu tenang dan damai, tidak banyak kendaraan yang berlalu lalang yang menyebabkan debu dimana-mana.

Kamar Jeje begitu sepi dan sunyi. Hanya terdengar suara kipas angin yang sudah butut didalam ruangan itu. Angin menembus masuk kedalam ruangan, menerbangkan rambut Jeje yang tadinya menutupi keningnya.

Pemuda itu tersenyum tipis saat kembali mengingat Haikal, "Katanya kalau lebaran lo mau kesini bareng gw kal, dan sekarang gw udah ada disini tapi lo udah nggak ada."ujarnya.

Sepertinya kenangan tentang Haikal akan terus terbayang kepada Jeje, belum saja dia kembali ke kos-kosannya mungkin disana dia hanya akan mendapat kenangan yang semakin banyak.

Jeje pikir dia akan melupakan sosok Haikal saat dia sudah sampai di Jogja, dia kira disana tidak akan kembali mengingat kebersamaan mereka. Tapi ternyata Jeje salah, dimanapun dia berada bayangan Haikal akan ada di seiring langkahnya.

"lo ingatkan, kita janji bakal jalan-jalan ke Jogja, lo juga belum kerumah Ajeng katanya mau silaturahmi."

Pemuda itu pernah berkata akan kerumah Ajeng, bertemu dengan orang tua gadis itu. Namun kala itu Jeje tidak memperdulikan perkataannya karena cemburu dengan pemuda tersebut. Andai saja Haikal mengatakan itu sekarang mungkin Jeje akan dengan senang hati mendengarkannya.

"Kal, kenapa lo harus ninggalin kita semua secepat ini sih. Lo udah capek yah berjuang terus, udah capek hadapin sikap gw yang suka ngomel?"

Jeje terus saja bermonolog sendiri. Seiring itu, ibu Jeje datang dari luar lalu menepuk pundak putranya dengan pelan, "Ngomong sama siapa Je?" tanyanya.

Jeje hanya menggeleng pelan, karena kalau dia mengatakan sedang bicara dengan Haikal tentu saja Ibunya akan menganggap nya gila.

"Jeje kangen Haikal bu."

Ibu Jeje mengelus rambut pemuda itu dengan lembut, "Kamu sendiri kan yang mengatakan kalau kita harus merelakan seseorang yang sudah pergi?"

Jeje mengangguk, "Iya, tapi rasanya sakit bu. Susah buat ngelepasin semuanya, Jeje nggak rela Haikal pergi secepat ini."

Lucknut sirkel [Nct Dream] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang