Chapter 6 || Mereka dan lukanya

145 13 5
                                    


***

Karena hari ini hari sabtu semua anak-anak lucknut sirkel pulang kerumah masing-masing dan meninggalkan kos-kosan mereka lalu akan pulang besok minggu. Kecuali Cahyo yang tetap saja tinggal di apartemennya karena sang ibu juga tidak ada dikampung halaman sebab ada urusan bisnis diluar negeri.

Kalau bisa dibilang inilah hal yang paling menyenangkan bagi anak kos-kosan lainnya, bisa pulang ke rumah dan merasakan hangatnya keluarga lagi setelah harus tinggal sendiri dalam kos-kosan.

Begitu juga yang dirasakan Jeje, dia tentunya senang akhirnya bisa bertemu dengan ibunya dan bisa menemani wanita itu makan sahur, sebab beliau hanya tinggal sendiri karena Jeje anak tunggal sedangkan sang Ayah sudah meninggal.

Sang ibu pun tak kalah bahagianya, setelah Jeje sampai Ibu menghampiri nya dengan sangat bahagia akhirnya dia bisa melihat sang putra.

Jeje yang cukup lelah selama perjalanan langsung ke kamarnya. Pemuda itu tersenyum tipis saat membuka kamarnya dan ruangan itu sangat rapi dan tidak berdebu sama sekali, Jeje yakin sang ibu pasti sering membersihkannya.

Jeje memang bukan dari keluarga yang kaya, namun dirinya bisa dibilang dari keluarga yang sederhana. Dirinya yang kuliah saja sudah sangat bersyukur, begitupun dia terkadang harus mencari tambahan bila uang yang diberikan oleh sang ibu tinggal sedikit, dirinya tidak mau membebani ibunya hanya karena kuliah.

Pemuda itu duduk diranjang mengelus kasur yang terasa lembut serta wangi khas molto yang dipakai ibunya saat mencuci. Pewangi itu tidak pernah ibu nya ganti sejak Jeje masih kecil sampai sekarang.

"Je, sini bentar ada yang mau ketemu!" panggil ibu dari luar kamar.

"Iya Bu Jeje kesana!"

Jeje menyimpan tasnya di kasur kemudian bangkit dari duduknya lalu segera keluar dari kamarnya. Jeje berjalan ke ruang tamu yang tak jauh dari kamarnya setibanya di sana netra pemuda itu tertuju pada gadis yang duduk di sofa dengan senyuman lebar kearahnya.

"Jeje!" pekik gadis tersebut kemudian berlari kearah Jeje dan langsung memeluk nya dengan erat.

Jeje hanya tersenyum kemudian membalas pelukan gadis itu sama ertanya, "Ajeng, kagen banget aku sama kamu."

Gadis yang tak lain bernama Ajeng tersebut melepaskan pelukannya kemudian mencubit kedua pipi Jeje, "Kok minggu lalu  kamu nggak pulang?"

"Banyak tugas kampus yang aku selesaikan, Jeng, makanya nggak sempet pulang."

Ajeng mengangguk paham. Gadis itu tau kalau jurusan Jeje termasuk jurusan yang cukup sulit makanya pemuda itu selalu jarang pulang ke kampung halamannya di Jogja.

"Duduk yuk," Ujar Jeje menarik tangan Ajeng kearah sofa.

"Oh iya Je, aku mau pindah kampus ke Jakarta lho."

Jeje membulatkan matanya bulat, "Haa? Kenapa? Sekolah kamu disini kan sudah bagus ngapain pindah?"

"Biar samaan kampusnya sama kamu, aku jadi nggak capek-capek nungguin kamu pulang kalau kita sama kampusnya."

Jeje menggeleng-geleng mendengar ucapan Ajeng. Gadis dengan rambut sebahu itu memang sangat akrab dengan Jeje, mereka berteman sejak masih di taman kanak-kanak hingga mereka kuliah.

Ajeng akan selalu ada disaat Jeje butuh, begitu juga dengan sebaliknya. Kalau ditanya apa Jeje menyimpan perasaan lebih sebagai teman untuk Ajeng jawabannya iya, bahkan pemuda itu sudah menyimpan perasaan  cintanya sejak masih SMP tapi sampai sekarang tidak tau cara mengungkapkan nya bagaiamana.

Sedangkan kalau Ajeng sudah menjomblo, sebulan lalu baru saja putus dengan pacaranya. Waktu Ajeng putus cinta hanya Jeje yang menemaninya, sebagai tempat curhat maupun tempat menangis.

Lucknut sirkel [Nct Dream] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang