Suara deruman motor terbang melayang didekap angin. Terombang-ambing di langit yang biru. Sedikit mengganggu sekelompok burung yang sedang nge-chil di beberapa ranting pohon yang kasar.
Sinar terik matahari membakar ke dua kulit cowok good looking yang sedang duduk di atas jok motornya. Butiran air asin perlahan tampak di antara sela-sela rambut yang halus. Ke dua mata mereka saling bertatap tajam.
"Ayo Ja, lo jangan ampe kalah sama si muka tua." Arif teriak-teriak dari pinggir jalan.
Semua tertawa mendengar celetukannya.
"Emang muka dia keliatan tua ya, Ri?" tanya Yanwar.
"Tua segitu mah," jawab Arif santai.
"Kagak, Rif, masa segitu tua," elak Yanwar.
"Tua, War," Arif bersikukuh.
"Kagak, Rif,"
"Woy!" teriak Fahmi. Memutus perselisihan mereka. " Enggk penting banget sih, ngomongin dia tua apa kagak, fokus kita ngedukung Raja supaya menang,"
"Hehe,"
"Gua heran orang kayak elo berani nantangin Gua adu bapal motor," Ucap Fero dengan senyum meremehkan. Dia bisa sombong karena di sekolah yang mashur sebagai seorang otomotif dan pembalap Cuma Dia. Sedangkan Raja hanya siswa biasa yang kebetulan ganteng yang kalau berangkat ke sekolah selalu membawa motor kerennya.
"Heh, Gua juga heran sama Lo, kok mau ditantang sama orang seperti Gua," ucap Raja dengan muka songongnya. Ia lalu menoleh ke arah teman-temannya. "Woy," dengan acungan satu jari jempolnya.
"Mantap, Ja," teriak beberapa temannya.
Seorang perempuan berjalan di depan mereka dengan membawa bendera kecil.
"Kalian siap?" tanyanya.
Ke dua laki-laki tersebut mengangguk secara bersamaan.
Ke dua kendaraan langsung melaju ke depan dengan membawa angin yang lumayan kencang setelah bendera kecil yang ada di tangan perempuan tadi diturunkan ke bawah. Di saat yang bersamaan sorak-sorai penonton juga menghiasi arena balap tersebut.
Baru saja beberapa menit ke dua motor itu hilang dari pandangan penonton. Terdengar dari arah yang berlawanan suara sirine yang sangat familiar di telinga mereka. Terlihat beberapa motor dan mobil polisi sedang menuju ke arah mereka.
"Njir, baru juga mulai, udah nongol aja tuh," ujar Yanwar sembari memakai helmnya untuk bergegas cabut. Orang-orang yang ada di situ seketika membuyar. Mereka menyelamatkan diri mereka masing-masing. Fahmi, Arif dan Yanwar sama-sama menarik gas mereka sekencang-kencangnya. Jangan sampai mereka ditangkap oleh polisi-polisi tersebut. Bukan karena takut dipenjara, tapi takut nama mereka dicoret dari kartu keluarga kalau sampai orang tua mereka harus menjemput mereka di kantor polisi.
"Udah, Mi, aman aman." Arif melambatkan motornya. "Udah, aman." Nafasnya naik turun. "Aku yakin polisi itu Cuma mau ngejar Raja dan Aldo."
Mereka menepi di warung yang ada di pinggir jalan. Arif masuk ke dalam warung.
"Bu, es teh tiga, Bu,"
Fahmi melepaskan helmnya. "Wah, gawat nih, kalo sampe Si Raja hutan ketangkep." Ia tahu kalau orang tua Raja termasuk orang tua yang konservatif. Yang sangat membenci kenakalan-kenakalan anak muda seperti mereka.
Yanwar duduk di kursi panjang yang ada di depan warung. "Iya juga ya," ucapnya. Membenarkan ucapan Fahmi. "Tapi tenang," lanjutnya. "Kalau kena juga nggak bakalan dipenjara. Paling bapaknya yang disuruh jemput ke kantor polisi,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan jomblo Abadi
RomanceKetika kebebasan pria tampan harus terenggut akibat kebebasan itu sendiri. Ketika laki-laki aneh harus dibohongi oleh orang tuanya demi kebaikan. Ketika pemuda canggung harus meniti jalan hidupnya yang baru, dan meninggalkan gaya hidupnya yang lama.