Seorang pemuda berdiri menghadap ke arah tembok. Di tangannya ada sebuah spidol kecil berwarna merah. Ia membundari salah satu salah satu angka yang ada di tanggalan menggunakan spidol.
Pagi tadi Ia mendapatkan pesan dari orang tuanya dan pak Sobri secara bersamaan. Tepat hari ini adalah sebulan ia berada di pesantren. Sudah waktunya dia mengunjungi adiknya sekaligus memberikan uang kepadanya dan anaknya Pak Sobri.
Raja mengambil kunci sepeda yang ada di dalam lemari khusus tempat brangkas. Dengan memakai kemeja polos berwarna merah Ia pergi menuju ke ATM.
“Mau ke mana, Ja?” tanya Irpan yang sedang mencatat kebutuhan belanja buat besok.
“Atm,” jawab Raja yang sedang menghadapkan wajahnya ke cermin.
Irpan mendongakkan kepalanya. “Emang di Atm banyak cewek, Ja?”
Raja menengok Irpan dengan heran. “Maksudnya?”
“Itu, kamu wangi banget,” ucap Irpan sembari mengenduskan hidung untuk kembali menghirup aroma wangi yang berasal dari pemuda yang sudah rapih tersebut.
Raja menggelengkan kepalanya. “Enggak ada hubungannya wangi sama cewek pan,” ucapnya, lalu pergi keluar dari kamar meninggalkan Irpan yang masih bertanya.
“Tapi itu terlalu wangi, Ja.”
Raja memang suka keluar dengan keadaan baju yang wangi. Tak peduli Ia mau bertemu dengan siapa, atau mau apa. Karena bau badan yang kurang enak kadang bisa mengganggu orang yang ada di sekitarnya.
Atm yang di tuju Raja ada di sebelah pasar yang biasa Ia belanja bahan makanan.
Di sana sudah ada dua orang yang sedang mengantri. Raja lega melihat itu, karena biasanya Atm tersebut di jam siang sering ramai. Hingga bisa membuat antrian sampai sepuluh orang.
Raja berdiri di depan dua orang bapak-bapak. Yang satu memakai jaket koperasi, satunya lagi memakai kaos oblong berwarna abu-abu.
Seseorang lalu keluar dari dalam Atm, Bapak berbaju abu-abu masuk, enggak lama Bapak itu langsung keluar lagi. Raja tersenyum melihatnya. Bapak berjaket koprasi masuk. Dari luar Raja melihat Ia sedang memencet tombol yang ada di mesin Atm.
Suara mesin motor terdengar masuk ke area perkiraan Atm. Raja melihat seorang Ibu-ibu dengan motor Vario berwarna merah yang terlihat usang. Ibu itu sempat kesulitan saat membuka helmnya. Ia lalu berdiri di belakang Raja.
Dari luar Raja melihat seorang bapak-bapak masih asik memencet tombol Atm. Ia melihat jam tangannya, lalu membuang nafas kasar.
Kang.”
Raja menengok ke belakang.
“Iya, Bu.”
“Udah lama, Kang.”
Raja tersenyum. “Iya, Bu.”
Ia heran apa yang sedang dilakukan Bapak itu dengan mesin Atmnya. Ia kembali melihat jam tangannya.
“Sudah lima menit lebih,” ucapnya dalam hati.
“Kang.”
Raja kembali menoleh ke belakang. “Iya, Bu.”
“Pintunya diketok aja, Kang,” suruh Ibu yang memakai kerudung berwarna biru tersebut. Ibu tersebut seperti juga kesal. Ke dua alisnya terangkat saat bicara.
Raja tidak menuruti perkataan Ibu tersebut, karena biar bagaimanapun Atm tersebut dipakai untuk umum. Semua berhak menggunakannya. Baik cepat atau mereka yang lama. Raja memilih untuk menunggunya sedikit lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan jomblo Abadi
RomanceKetika kebebasan pria tampan harus terenggut akibat kebebasan itu sendiri. Ketika laki-laki aneh harus dibohongi oleh orang tuanya demi kebaikan. Ketika pemuda canggung harus meniti jalan hidupnya yang baru, dan meninggalkan gaya hidupnya yang lama.