Tiga orang remaja sedang asik duduk di teras depan kelas mereka. Mereka sedang menunggu kedatangan seseorang.
"Eh, apa jangan-jangan Raja masih di kantor polisi," ucap remaja dengan rambut belah tengah.
Fahmi bangkit berdiri. "Bisa jadi sih." Ke dua mata mencari-cari ke arah gerbang sekolah. "Hp nya juga nggak aktif-aktif." Ia membuka hpnya dan melihat chating WhatsApp yang ia kirim ke Raja masih centang satu. Raja memang suka sekali membuat teman-temannya bingung, dengan menghilangnya kabar.
Yanwar menepuk pinggang Fahmi.
"Apa," tanya Fahmi.
"Itu lihat," suruhnya. Yanwar menunjuk ke beberapa orang yang sedang berjalan. Mereka baru saja masuk ke sekolah.
"Kalau fero berangkat ke sekolah, berarti Raja juga sudah bebas." Ujar Arip, setelah melihat seseorang yang dimaksud Yanwar adalah Fero, yang kemarin sama-sama keciduk polisi.
"Ya sudah, kita tunggu saja di sini," ucap Fahmi, lalu kembali duduk."
Bel masuk sekolah kini tinggal menyisakan tiga menit. Namun ada seseorang yang sedang mereka tunggu belum masuk juga.
Tiba-tiba
"woy, itu si Raja," ucap Yanwar sambil berdiri. Arip dan Fahmi pun sama-sama melihat seseorang yang berjalan ke arah mereka dengan wajah tersenyum.
"Gimana, Ja?" Fahmi langsung menanyakan kejadian kemarin.
"Nanti saja, istirahat," Yang ditanya malah langsung mengajak teman-temannya untuk masuk ke kelas. "Kalian enggak lihat itu, Pak Zaman sudah ancang-ancang." Raja menunjuk ke sebuah arah. Mereka akhirnya menuruti Raja untuk segera masuk ke kelas.
Di kantin.
"Hari ini kalian mau makan apa, Guys." Yanwar menatap temannya satu persatu.
"Gua soto," ucap Arip
"Sama, Gua juga," ucap Fahmi.
Yanwar melihat Raja yang sedang memikirkan mau makan apa.
"Sama aja, deh,"
"Ok." Yanwar memberikan satu jempol sebelum pergi menemui Wa Rom, pemilik kantin yang ada di sekitar sekolah.
"Wa Rooom," panggil Yanwar di depan warung dengan nada manja. Tak lupa ia juga menggerakkan ke dua alisnya.
"Apa ganteng?" balas perempuan berkerudung pink dengan wajahnya yang mulai mengeriput. Ia juga senyum-senyum manja sembari mengelap piring.
Yanwar salting dibilang ganteng sama emak-emak dengan bedaknya yang menor.
"Ish, Wa Rom bisa aja?" Ia menutup mukanya dengan tangan kanan.
"Mau pesen apa, gantengku, belahan jiwaku, pelipur laraku?" Kedipan di mata kirinya membuat Raja, Fahmi, dan Arip tertawa terbahak-bahak. Yanwar pun sebenarnya mau ikutan tertawa, tapi Ia tahan.
"Pake pantun, War, pantun," Arip teriak dari meja makan.
Yanwar berpikir sebentar. Tidak lama ke dua matanya lalu berbinar. Ia lalu bersiap-siap untuk menunjukkan skilnya.
"Tugu Monas ada di Jakarta."
"cakep," sahut mereka bertiga.
"Pulau terindah namanya Raja ampat."
"Cakep."
"Wahai engkau yang mirip pretty Zinta."
"Cakep."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan jomblo Abadi
RomanceKetika kebebasan pria tampan harus terenggut akibat kebebasan itu sendiri. Ketika laki-laki aneh harus dibohongi oleh orang tuanya demi kebaikan. Ketika pemuda canggung harus meniti jalan hidupnya yang baru, dan meninggalkan gaya hidupnya yang lama.