17. Bocil-Bocil pilihan

6 3 2
                                    


Ok. Lanjut teman-teman.
Selamat membaca... 😋😋😋

Waktu pengajian sore pun masuk dengan terdengarnya suara bel. Sebelum berangkat Raja terlebih dahulu berwudhu, lalu menyiapkan sesuatu yang akan ia sampaikan pada anak-anak kecil tersebut.

Sepuluh menit setelah bel Raja benar-benar berangkat setelah dirasa cukup.

Ia mengajak Irpan, Farid dan Muhib untuk berangkat bersama.

“Ayok.”

Mereka yang baru lulus akan dapat tugas mengajar kitab tipis bernama ‘Mabadi’ul fiqhiyah’ di kelas persiapan. Tahap kelas sebelum masuk ke tingkat tsnawiyah. Anak kecil yang belum bisa membaca atau pun menulis tulisan arab. Mereka juga anak diajarkan bagaimana memaknai tulisan arab dengan arab pegon. Tulisan arab kecil yang berada di bawah tulisan arab dalam kitab.

Penting untuk memulai sesuatu dari awal, kecuali untuk beberapa santri yang merasa sudah berumur. Biasanya mereka akan langsung masuk ke tingkat sekolah atas dengan mengikuti persyaratan yang berlaku. Termasuk Raja. Namun ada juga beberapa orang dewasa yang masih mau berkumpul dengan anak-anak yang usianya jauh di bawahnya.

Mereka berjalan bersama menaiki gedung lantai tiga. Tempat khusus anak-anak kecil belajar.

Irpan terlebih dahulu masuk ke dalam kelas C. Kemudian Farid dan Muhib masuk ke ruang kelas B. Sedang ruang kelas A berada di paling ujung.

Sebelum masuk Raja berdiri di depan pintu yang telah terbuka. Ia melihat beberapa anak kecil yang telah membentuk beberapa kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari sepuluh anak.

“Silahkan, Pak, milih mau di mana?” ucap seorang ustadz yang sedang duduk di kursinya yang ada di depan. Seorang dengan badan kurus dan tinggi itu merupakan wali kelas A. Ia sudah menunggu kedatangan para pengajar yang akan masuk ke kelasnya.

“Iya,” jawab Raja. Lalu berjalan menuju ke kelompok anak yang ada di pojok. Beberapa anak yang lain pun menatap ke arahnya.

Raja duduk di hadapan sepuluh anak yang sedang duduk rapi. Wajah mereka terlihat masih sangat imut-imut. Mereka adalah anak-anak yang baru lulus sekolah dasar. Hanya ada beberapa saja yang sudah lulus smp.

“Assalamu’alaikum wr wb,” ucap Raja membuka pertemuan mereka.

“Wa alaikumsalam wr wb,” jawab mereka serentak.

Raja memandang anak-anak itu satu persatu. Dalam hati Raja merasa senang melihat anak-anak sekecil itu mau pergi ke pesantren. Meninggal masa-masa kecilnya di rumah. Mereka rela meninggalkan menonton televisi. Bermain game bersama teman-temannya di rumah. Tidur di tempat yang nyaman. Mandi semau mereka. Makan sesuka mereka. Bangun tidur bisa kapan pun selagi tidak ketahuan orang tuanya. Mereka tidak akan disuruh menghafal ini. Mereka tidak disuruh membaca itu. Mereka bisa membeli jajan sesuka hati mereka.

Terkadang Raja penasaran kepada anak-anak itu, kenapa mereka mau pergi ke pesantren. Raja juga penasaran mereka ini anak-anak yang dipaksa oleh ke dua orang tuanya, atau kah sama seperti dirinya. Raja tidak bisa menerima kalau anak-anak itu pergi ke pesantren dengan kemauannya sendiri.

Pertemuan pertama hanya di isi dengan pengenalan. Raja mengenalkan namanya kepada anak-anak itu. Ia juga memberitahu pertama kali berangkat ke pesantren kapan. Pengalaman pertama pas masuk ke bangunan bersejarah itu juga Ia ceritakan.

Bukan jomblo Abadi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang