Perjodohan
Di dalam kamar ada seorang pemuda yang sedang cemas. Ia melihat gorden di kamarnya bergerak tertiup angin. Di luar matahari akan segera membawa hal terberat dalam hidupnya. Pikirannya terbang melayang terbawa gelombang udara halus.
“Perjodohan, ya,” guman Raja.
Sebenarnya tak ada yang salah dengan konsep tersebut. Seorang yang akan dijodohkan dengannya juga cantik. Bahkan mungkin sangat cantik menurutnya. Tapi, entah kenapa Raja belum siap untuk itu. Bukan karena tidak suka dengan orangnya. Bukan karena orang itu bukan tipenya. Atau pun juga keluarganya tidak cocok dengannya. Hanya saja Ia merasa bahwa waktunya di pondok belum berakhir. Apa yang Ia dapat saat ini masih jauh dari kata cukup. Bukan masalah umur atau pun secara mental. Lebih dari ke dua itu. Ada hal lain selain umur dan kesiapan mental yang perlu dipertimbangkan.
Raja juga merasa aneh, kenapa ke dua orang tuanya tak ada yang membicarakan masalah itu sama sekali. Paling tidak meminta pendapat atau persetujuan. Raja merasa dalam hidupnya Ia tak diberikan kesempatan untuk memilih. Semuanya seperti harus diatur oleh ke dua orang yang telah membesarkannya sejak kecil.
Tok Tok Tok
“Kak..!”
Raja membukakan pintu setelah menghilangkan hal-hal yang berkelelot dalam pikirannya.
“Ada apa, Nis?”
Gadis yang sudah menginjak dewasa itu tersenyum. Raja memicingkan ke dua matanya.
“Apa?” tanyanya lagi.
Nisa tidak menjawab. Ia malah memainkan ke dua alisnya sembari masih dengan tersenyum. Raja akhirnya paham dengan isyarat tersebut.
“Udah datang ya,” ucapnya.
“Yup, benar sekali,” ucap Nisa. Ia lalu memegang dada bidang kakaknya. Raja heran dengan tingkah adiknya. Namun Ia paham apa yang sedang dilakukan dengan bidadari kecilnya itu.
Ke dua mata Nisa seperti akan menutup.
“Gimana?” tanya Raja.
Nisa lalu melepaskan tangannya.
“Kok biasa saja sih, kak,” ucapnya. “Harusnya ada sesuatu yang sedang berdegup kencang,” lanjutnya.
Raja menggelengkan kepalanya. “Masa cogan kayak kakak gugup begitu.”
“Apa iya,” balas Nisa.
“Loh, iya dong,” jawab Raja sambil berjalan keluar untuk menyambut keluarga yang baru datang tersebut.
Satu rombongan keluarga berjalan memasuki halaman rumah. Raja mengintip dari jendela, Ia melihat seorang bapak-bapak dengan sudah sangat akrab dengannya. Di belakang ada beberapa perempuan yang mengikutinya. Perempuan yang juga Ia kenal. Raja berjalan mundur untuk keluar dari ruang tamu saat rombongan itu mulai melepaskan sandalnya saat akan melangkah menuju teras rumah.
Pak Azin langsung membukakan pintu berdampingan dengan Bu Salma tanpa menunggu rombongan itu mengetok pintu atau mengucapkan salam.
“Assalamualaikum,” ucap seorang bapak dengan pakaian batik seperti sebelumnya.
“Wa alaikumsalam,” jawab Pak Azin. Mereka saling berjabat tangan dengan senyum yang merekah di bibir mereka masing-masing. Raja dan Nisa lalu menyusul keluar dari dalam ruang tamu. Mereka berdua lalu menyalami keluarga yang baru datang tersebut. Ke dua mata Raja sekilas beradu pandang dengan dua orang perempuan yang berada di samping. seseorang perempuan dewasa dengan gamis berwarna merah dengan perpaduan warna silver. Dan gadis remaja style gamis yang kekinian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan jomblo Abadi
RomanceKetika kebebasan pria tampan harus terenggut akibat kebebasan itu sendiri. Ketika laki-laki aneh harus dibohongi oleh orang tuanya demi kebaikan. Ketika pemuda canggung harus meniti jalan hidupnya yang baru, dan meninggalkan gaya hidupnya yang lama.