34

64 15 0
                                    

Gadis cantik bertubuh tinggi semapai itu keluar dari mobil sedan hitam metalik yang mengantarnya sampai ke depan gerbang sekolah. Kathryn melangkah dengan percaya diri melewati banyak pasang mata yang tak teralihkan dari gadis cantik itu. Siapa yang tidak melirik Kathryn sih? Kathryn memiliki daya pikat yang kuat, seolah dirinya adalah pemeran utama.

Kathryn menyelipkan anak rambutnya di belakang telinga, membiarkan rambut panjangnya menari terbawa angin.

Gadis itu menghentikan langkah sambil menyilangkan tangannya di dada, menatap seorang lelaki yang menghalangi jalannya.

"Awas!" ucap Kathryn santai, namun penuh dengan penekanan.

Alih-alih memberikan jalan untuk gadis itu lewat, Januari mengambil langkah pasti mendekat pada Kathryn.

"Hari ini lo terlihat lebih cantik dari biasanya." Ujar Januari sambil menyeringai.

Kathryn berdecih seraya menyibak rambut panjangnya ke belakang. "Mau apa sih lo? Gue gak ada waktu buat ngomong sama lo, Jan."

"Sibuk banget ya lo? Sibuk bikin hubungan orang ancur?" Januari tertawa lantang.

"Shut the fuck up!"

"Ngeri. Tapi sia-sia kayanya, Mahesa tetep gak menerima lo!"

"Udahlah nyerah aja." kata Januari.

"Gue masih cinta Mahesa! Jangan ikut campur." perjelas Kathryn. Gadis itu berjalan menjauh meninggalkan Januari.

"O-okey, semoga beruntung!"

Kathryn kembali memacu langkahnya menyusuri lorong-lorong kelas yang sudah cukup ramai.

Ia mendapati Maira yang berpas-pas an dengannya di arah berlawanan. Kedua pandangan mereka saling bertemu. Maira menatap Kathryn dengan tatapan sulit di artikan.

Satu hal yang ada dibenak Kathryn saat ini. Kenapa dirinya merasa bersalah.

***

"Gilaaaa tuh cewek cakep banget. Dia skincare-nya apa ya, Ra?" ujar Wina ketika mereka barusan melewati Kathryn.

Maira menggelengkan kepalanya. "Air wudhu kali." Jawab Maira sekenanya.

Wina hanya tertawa dan menatap konyol temannya ini. "Gue tuh sempet ngefans berat sama Kak Kathryn tau,"

"Sekarang masih?" tanya Maira.

Wina mengulum bibirnya. "Biasa aja, apalagi ketika dia adalah orang ketiga hubungan lo sama Mahesa. Gue jadi hilang respect sama Kak Kathryn."

"Win? Udah gue bilang, gue putus sama Mahesa gak ada hubungannya sama dia. Kita cuman—bosen."

"Kok gak yakin gitu sih ngomongnya?" Wina menatap curiga. "Gue liat dari kacamata sendiri ya, Ra. Bagaimana kedeketan Mahesa sama Kathryn, padahal jelas dia tau kalau Mahesa dah punya cewek."

"Udah, Win. Gak baik ngomongin orang, masih pagi."

"Gue cuman kesel, Maira."

"Udah berakhir juga, gak perlu ada yang harus disesali."

Wina mencibir. "Semoga lo sama Mahesa nyesel sih bisa putus."

Maira hanya memutar bola matanya. "Terserah lo aja."

"Eh-eh Mahesa lewat kesini, Ra!"

"PS dimana? Rumah Seno aja ya?" tanya Arga.

"Boleh, malemnya langsung ke futsal. Oke?"

"Lo bisa kan, Hes?"

"Bisa!"

Wina dan Maira saling tatap, keduanya sama-sama memandangi empat orang lelaki tadi hanya melewati mereka saja, tanpa menoleh sedikit pun.

To be mine✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang