37

123 16 9
                                    

Tak terasa sudah sebulan lebih setelah hubungan mereka berakhir, mereka sama-sama diam dan tidak bertindak setelahnya untuk memperbaiki, hanya ada pada rasa ingin semata, tanpa ada perlakuan lebih untuk kembali.

Mahesa menarik napas panjang, membiarkan udara sejuk aroma petrikor menusuk hidungnya. Tangannya memegang pembatas besi balkon, matanya menerawang ke langit.

Helaan napas terasa, ketika ia melirik sebuah nama kontak di ponselnya. Rasa ingin memberi kabar, barang mengimkan pesan singkat atau sekadar menelponnya, namun apalah daya tak ada lagi hubungan diantara mereka.

Mahesa bermonolog di malam sunyi ini. Kakinya memutuskan untuk berbalik masuk ke dalam kamar. Ia tutup pintu dan menyibak gordennya. Mahesa merebahkan tubuhnya yang lelah, mulai memejamkan mata.

"CEWEK CANTIK DATENG!"

Kesadarannya kembali penuh, ia menoleh pada seorang gadis yang berjalan menghampirinya dan ikut tidur di ranjang sebelah Mahesa.

"Lo ngapain kesini?" tanya Mahesa.

"Gabut hehe." Jawab sang adik.

Mahesa mendorong keras tubuh Kinara, membuat sang empunya jatuh begitu saja hingga mencium lantai.

"Mahesa anj—"

"Mama!" ancam Kinara.

"Mas Hesa ganteng..." Kinara menampilkan senyum terpaksa.

Kinara bangkit dan menoyor kepala sang kakak. "Apa sih, Kin?!"

"Galau ya lu? Sok-sok an mutusin anak orang sih,"

"Dia yang mutusin gue,"

"MAMPUS!"

Mahesa mendengus sebal. "Keluar gak lo?"

"Enggak!" bantah Kinara. "Gue mau ngasih wejangan."

"Gaya lu ngasih gue wejangan, dasar bocah!"

Kinara menoleh dan menatap tak suka Mahesa. "Kita cuman beda setahun dua bulan aja ya monyet!"

"Sejak kapan lo jadi liar gini bahasanya?" tanya Mahesa.

"Gak usah tahu! Udah mending lo duduk, dengerin gue ngomong!"

Mahesa menggeleng cepat, ia menarik lengan Kinara dan mengeretnya keluar kamar.

"Keluar lo!" ucap Mahesa sambil menutup pintu keras.

Di balik pintu, Kinara mencibir. "Gue tadi ketemu Kak Maira!"

Mahesa menghentikan langkahnya dan berbalik kembali membuka pintu. "Dimana?"

"Dimana yaaa??" Kinara menggoda sambil tersenyum licik. "Cie nungguin."

Mahesa melengoskan pandangan, ia berdecak. Kalau dihadapannya bukan Kinara adiknya, pasti sudah di pukul habis-habisan karena ngeselin.

"Kin? Gue mau tidur!"

"Yaudah tidur sana."

Mahesa menatap sinis. "Lo ketemu Maira dimana?"

"Enggak ada. Gue enggak ketemu Kak Maira!"

Mahesa mengepalkan tangannya, hendak mengacak rambut sang adik. "Kinaaa!"

Kinara berlari sambil menjulurkan lidah. "CIE GAGAL MOVE ON!"

***

"Lo nyesel mutusin Hesa ya, Ra?"

Suara Akmal membuyarkan lamunan Maira sekarang. Di suasana malam yang dingin, Maira, Wina, dan Akmal memutuskan untuk berjalan mencari angin. Terlebih, semua ini ide dari Wina, ia tak tega melihat Maira yang terus-terusan dihantui rasa penyesalan karena memutuskan hubungan yang semestinya belum berakhir.

To be mine✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang