Sambil nunggu buka puasa ye***
"Enggak bisa, Mahesa."
"Enggak bisa? Kenapa?" tanya Mahesa butuh jawaban. "Ada cowok lain? Ngaku aja sih?"
Maira membelalakan matanya sembari menoleh cepat pada lelaki ini. "Ngaco!"
"Terus apa?"
"Gue gak bisa cemburu terus, Hes. Tentang lo sama Kathryn itu bukan sekali dua kali."
"Jadi karena itu lo nyerah dengan hubungan ini?" tanya Mahesa.
Maira mengepalkan tangannya tak berani menatap mata Mahesa. Ia hanya terdiam mematung, lidahnya terasa kelu untuk menjawab. Tidak ada yang paham di posisi Maira, dia seringkali merasa tidak pantas untuk Mahesa.
Enggan melepas namun jika terus bertahan sakit.
"Yaudah putus!" final Mahesa menatap Maira dengan sedikit sengak. Tapi jujur saja, di dalam lubuk hati terdalamnya ia berat untuk mengiyakan. "Ini kan mau lo?!"
Maira menatap Mahesa dengan nelangsa. Jadi, untuk apa ia kesini, dan khawatir akan mahesa yang kata Seno 'mau mati'. Rasanya Maira adalah orang terbodoh di dunia.
Ia merutuki dirinya, tau seperti ini dia gak perlu peduli, gak perlu takut, Mahesa mau mati kek atau apa kek, harusnya Maira GAK PERLU KHAWATIR!
Tapi untuk apa Maira sekesal ini. Bukannya ini mau nya dari awal?
Disisi lain, dalam hati Mahesa merasakan ada yang mengganjal. Ini bukan yang ia inginkan, kenapa lidahnya terasa mudah mengatakan itu dan membuat gadis dihadapannya ini tampak seperti menahan tangis.
Maira melangkah maju ke depan.
Plak!
"Gue benci sama lo!" ujar Maira menampar Mahesa sebelum dirinya melenggang pergi dengan perasaan campur aduk.
Maira melangkah tergesa tanpa berniat menoleh ke belakang meninggalkan Mahesa yang tengah memegang pipinya kesakitan karena tamparan Maira.
Maira membuka pintu kamar Mahesa dan sedikit terkejut, ia melihat disini ada tiga orang cowok yang tak lain adalah Jev, Seno, dan Arga, serta Kinara adik dari Mahesa sendiri sedang menguping pembicaraan mereka tadi.
"Eh hehe Maira?" Jev nyengir ketika melihat Maira sudah ada dihadapannya kini.
Arga menyenggol Jev dan menginterupsi untuk bersikap biasa saja, alih-alih seperti sekarang.
Mereka tampak seperti maling yang ketahuan.
Maiara menghela napas jengah.
"Kak Maira? Mas ku jahat ya? Tendang aja!" ucap Kinara, yang mendapatkan bungkaman dari Seno karena cowok itu sontak membekap mulut Kinara. "Kak Seno apa-apaan sih? Gue kan lagi ngomong sama Kak Maira."
"Ra? Gimana?" tanya Arga. "Kalian balikan kan? Gak jadi putus?"
Maira melengkungkan bibirnya dan menangis, lalu melenggang pergi sambil berlari ke luar rumah Mahesa.
"Lah lah?" Arga bertanya-tanya.
Seno memijit pelipisnya. Ternyata salah dirinya menyuruh Maira datang kesini, bukannya selesai malah makin rumit.
"WOY MAHESA?! MAU JADI BRENGSEK LO HAH? GUE LAPORIN MAMA YA!" teriak Kinara yang menerobos ke dalam kamar Mahesa. Gadis itu mendapati Mahesa yang sedang menatap kosong dan masih memegang pipinya.
Duagh!
Kinara menendang kaki sang kakak.
"Lo jangan nyakitin hati cewek monyet! Ganteng lo?" teriak sang adik. Kinara termasuk adik yang sopan dan lembut, tapi kenapa sekarang berubah drastis menjadi galak hanya karena perihal hubungan asmara sang kakak.