5. Bola Kasti

113 30 3
                                    




Jam istirahat, di lapangan olahraga ramai karena murid 11 MIPA 1 sedang jam pelajaran olah raga, katanya sih lagi penilaian materi bola kasti.

Yang tadinya Maira berjalan bersama Wina untuk ke koperasi membeli pulpen, harus terhenti karena Wina menarik lengan Maira untuk lebih dekat ke lapangan.

"Ra, liat ini dulu."

Maira hanya menurut saja, ia memperhatikan sekitar kalau ini adalah kelas 11 MIPA 1, berarti Mahesa juga main. Gadis itu segera mencari keberadaan cowok itu, dan benar saja Mahesa bertugas sebagai peatcher.

Ketika Mahesa bersiap melempar bola kepada tim lawan, semua menyoraki memberi semangat pada lelaki itu.

"Mahesaaaaaaa!!!!!" Teriak seorang gadis di sebelah Maira.

"Jev!!!" Jev menjadi tim lawan Mahesa. Kini lelaki itu bertugas sebagai pemukul.

"Anjir berisikkk!" Gerutu Wina.

Ketika bola terlempar, dan Jev fokus pada arah datang bola, ia segera mengeluarkan seluruh tenaganya untuk memukul keras bola yang terlempar dari tangan Mahesa.


Dugh!!!





Buagh!!!!


"Astaga??"

Semua mata tertuju pada arah bola yang terpukul. Sayang sekali, bola itu mengenai seseorang penonton disini.

Dan itu, Wina.

Gadis berbadan kecil itu, langsung terjatuh tak sadarkan diri ketika bola melayang kena kepalanya.

Yang Wina ingat hanya Maira menepuk pipinya, setelah itu ramai orang mengerubungi, dan gelap.

Wina pingsan terkena bola kasti.

Pak Cahyo yang menjadi guru olah raga itu pun langsung berjalan cepat melihat keberadaan Wina. Guru dengan badan bak atletis segera membawa gadis itu ke UKS.

Maira mengikuti dari belakang, bersama Jev karena cowok itu merasa bersalah.

Ketika Wina sedang ditangani oleh petugas kesehatan sekolah, Pak Cahyo, Maira, dan Jev menunggu di sekitar UKS.

"Pak? Kalau dia amnesia gimana?" Tanya Jev.

Maira jelas terkejut ia memukul lengan Jev tanpa permisi. "Lo ngomongnya!"

"Gak akan." Ucap Pak Cahyo. "Bapak mau ke lapangan dulu, kalau Wina udah sadar bilang bapak."

Tersisa hanya Jev dan Maira disini.

"Maaf ya, gue udah bikin temen lo pingsan."

Maira hanya menghela napas dan mengangguk, lagipula semua ini terjadi bukan sepenuhnya salah Jev sendiri.

Jev terduduk lemas di kursi. "Kalian kelas mana?"

"Mipa 2," jawab Maira.

"Tetanggaan dong kita." Kata Jev. "Gue Jevano, temennya Mahesa. Lo pasti tau kan siapa Mahesa?"

Baru juga hendak menjawab, pintu UKS terbuka dan tiga orang lelaki masuk ke dalam. Maira tertegun, ternyata yang masuk salah satunya adalah Mahesa. Lelaki itu tampak menatap Maira sebentar lalu beralih pada Jev.

"Lo apain anak orang, Jev?" Tanya Arga.

Jev mendesah. "Jangan gitu dong, gue kan jadi gak enak."

Arga terkekeh pelan, lalu menoleh pada Maira. Jiwa buayanya meronta-ronta melihat gadis cantik disini. "Eh hai?"

Maira tersenyum kaku, rumor tentang Arga si pemangsa gadis sudah terdengar. Jadi Maira perlu menjaga jarak dengan cowok ini.

"Maira ya? Gausah panik, temen lo gak akan kenapa-napa kok. Tenang aja!" Maira terkejut, ketika Arga berkata demikian, lelaki itu sambil merangkul pundak Maira. Jelas gadis itu tercekat dan menepis lengan Arga. "Hehe galak banget!"

Maira melayangkan tatapan sinis. Ada gak sih yang suka sama cowok modelan Arga? Ganteng sih iya, tapi kelakuannya bikin elus dada.

Disisi lain, Mahesa melihat ini sambil mengeraskan rahangnya. Rasanya ia ingin memberi bogem mentah pada temannya ini.

Untung saja, petugas kesehatan langsung keluar dan memberitahu kalau Wina sudah tersadar.

Maira segera masuk bersama keempat cowok itu, Wina sedang menyandar di sandaran ranjang UKS, memasang wajah pucat.

Mahesa langsung menarik lengan Maira agar berdiri di sebelahnya alih-alih sebelah Arga. Kejadian tadi, ia takut Arga mengeluarkan jurus buayanya untuk kedua kali pada Maira. Mahesa hanya merasa tidak rela.

"Kenapa?"

Mahesa hanya memasang wajah datar. "Lo jangan di samping Arga," bisiknya.

Maira kembali terfokus pada Wina. "Win? Gimana rasanya?"

"Sakit lah,"

Keempat cowok itu terkekeh bersamaan dengan pertanyaan konyol Maira.

"Wina?" Jev maju selangkah sambil memegang bahu Wina. "Gue minta maaf, gue gak sengaja huhu!"

Wina hanya menghela napas. "Tapi jidat gue benjol gini,"

Jev mencebikkan bibirnya. "Iya maaf,"

"Pusing banget." Rengek Wina.

"Iya maafin gue,"

Wina tersenyum. "But it's okay, setidaknya gue dikelilingi banyak cogan sekarang!" ucapnya sambil nyengir.

Keempat lelaki ini mngerjapkan matanya.

"Ga? Ada lo versi cewek nih!" ucap Seno.

Arga hanya terkekeh.

"Seno? Lo ganteng deh," ucap Wina.

"Mahesa juga, lo beneran paling ganteng."

"Jev, ganteng sih tapi berkurang karena udah bikin pala gue benjol."

"Gue juga ganteng, kan?" Tanya Arga.

"Skip. Gak suka buaya. Tapi boleh lah!" kata Wina.

Maira memutar bola matanya malas. "Win sadar!"

"Hehehe, kali-kali, Ra." Kekeh Wina.

"Maaf ya temen-temen, kalian boleh balik. Wina biar gue yang urus!" ucap Maira.

Wina mngerucutkan bibirnya. "Ih disini dulu dong,"

"Winaaa.." kata Maira.

"Yaudah kita balik, sekalian mau bilang ke Pak Cahyo, sekali lagi maaf ya Wina!" ucap Jev

Keempatnya berbalik badan dan keluar.

Seno berjalan di samping Mahesa sambil merangkul sahabatnya itu.

"Maira bukan orangnya?" bisik Seno.

Mahesa tampak tersenyum, lalu mengangguk.

Tbc!!

To be mine✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang