Kalo apdet sering bosen gak sih?Sudah hampir seminggu lamanya, Maira tidak melihat batang hidung Mahesa sejak dirinya pulang bersama kala itu. Entah dimana lelaki itu, atau entah Maira sendiri yang tidak mencari.
Buat apa memangnya? Toh apa untungnya baginya kalau mencari lelaki itu.
Tapi ketidakhadiran Mahesa justru membuat Maira merasakan sesuatu yang cukup.. aneh..
Maira rindu.
"Win?" Panggil Maira.
Wina yang tengah fokus pada layar ponselnya tak menggubris panggilan temannya ini. Kalau tidak Maira menggoyang-goyangkan bahu Wina, mungkin gadis berambut pendek itu masih saja fokus tanpa menoleh pada Maira.
"Wina!"
"Ehhh? Apa, Ra? Sorry?"
"Lagi ngapain? Fokus amat deh," tanya Maira.
Wina memberikan ponselnya di hadapan Maira dan menampilkan sebuah siap gram milik Wina yang dilihat seseorang.
"Apaan?"
Wina tersenyum penuh senang. "Gue ternotice idol gue hahaha!"
"Dilihat doang? Itupun lo tag dia, ya pantes lah Win."
Wina mencebikkan bibirnya kesal. "Lo gabisa banget ya liat temennya seneng!"
Maira tersenyum pelan. "Iya-iya."
"Mau ngomong apa?"
"Nih ya, kalau cowok deketin lo tapi beberapa hari kemudian gak ada kabar dari dia—"
"FIX GHOSTING DOANG ITUU!" Potong Wina cepat.
"Jadi cewek harus pinter, Ra! Jangan mau kena php buaya diluar sana. Cari yang pasti-pasti aja." Lanjutnya.
Omongan Wina, membuat Maira tersentak begitu saja.
Ada benarnya juga.
***
Gadis itu melangkahkan kakinya keluar dari gerbang sekolah, ia melambaikan pada Wina yang baru saja dijemput oleh sang ayah. Sementara, dirinya disini menunggu pesanan ojek onlinenya datang.
Ia memperhatikan sekitar, dan yang ia cari tidak ada.
Mahesa sudah lama tidak menampakkan wajahnya dihadapan gadis itu. Apa benar kata Wina tadi? Mahesa hanya ghosting semata. Kalau benar, Maira sangat sakit menerima kenyataan itu.
Membayangkan saja Maira tidak kuasa. Mending dari awal tidak usah ada sapa satu sama lain, mungkin itu lebih baik bagi Maira. Daripada seperti ini, Maira hanya menunggu kepastian yang masih abu-abu.
"Mahesa?" Gumam Maira sembari menyipitkan matanya menatap ke pintu lobi sekolah. Lelaki itu baru saja keluar dan seperti biasa bersama gadis itu.
Kathryn.
Katanya bukan siapa-siapa. Tapi kenapa selalu bareng terus?
Katanya bukan siapa-siapa. Tapi kok Maira cemburu?
***
"Tadi—ada telpon, kakak angkat. Namanya Mahesa."
Maira yang baru saja keluar dari kamar mandi langsung bergegas merebut ponselnya dari tangan sang kakak.
"Kok gak manggil aku sih, Kak?"
Naren hanya terkekeh pelan. "Yaelah, Ra. Segitunya banget. Pacar ya?"
"Kak Naren ngapain coba di kamar aku?"