36

80 13 0
                                    

Minggu-minggu sebelum penilaian akhir semester, seperti biasa Mahesa selalu menghabiskan waktu luangnya untuk pergi ke perpustakaan kota.

Pagi sekali, ia sengaja berangkat awal karena perpustakaan kota buka jam delapan dimana masih sepi pengunjung, memudahkan Mahesa untuk lebih fokus belajar di sana.

Mahesa termasuk jajaran murid pintar, jadi jangan heran Mahesa layak di kagumi seluruh antero sekolah.

"Yahh, Hes lo mau kemana?" baru saja membuka pintu kamar, Mahesa sudah mendapati ketiga temannya berdiri.

"Perpus!"

"Rajin amat sih?" celetuk Jev. "Tadinya kita mau ngajak pushrank!"

"Iya, Hes. Lagian ujian seminggu lagi ini,"

Mahesa berdecak. "Jangan ganggu gue ah,"

"Kita pake kamar lo gapapa ya? Lo balik jam berapa?"

"Gak nentu. Pake aja!"

Jev dan Arga nyelonong masuk, sementara Seno masih berdiri di hadapan Mahesa.

"Kina mana?"

"Lagi eksperimen noh di dapur, bikin brownies katanya."

"Ohh..."

Mahesa berjalan dan menuruni anak tangga, ia menoleh ke belakang kenapa Seno mengikutinya.

"Mau ikut ke perpus?" tanya Mahesa.

"Enggak! Gue mau ke dapur."

Mahesa menatap Seno penuh selidik.

"Yaelah galak amat, gak bakal gue apa-apain kok si Kina. Bantuin doang!" ujar Seno.

Mahesa menunjuk matanya dengan kedua jari, lalu jarinya di arahkan pada kedua mata Seno juga. Lelaki itu meneguk salivanya susah payah, melihat tatapan Mahesa yang lebih tajam dari biasanya.

"Posesif banget jadi kakak huh?" cibir Seno ketika Mahesa berlalu.

Mahesa jadi teringat, mungkin ini rasanya ketika Naren—kakaknya Maira tahu soal hubungan anatar Mahesa dan adiknya. Hal serupa di alami oleh Mahesa sendiri, dimana Seno temannya menaruh rasa pada adik satu-satunya, yang tak lain adalah Kinara. Kenapa bisa Seno menyukai bocah anak kelas 10 yang masih ingusan itu sih? Ya walaupun hanya terpaut satu tahun, tapi tetap saja Kinara masih kecil.

***

Kacamatanya yang bertengger di hidung mancungnya sesekali hampir melorot, Mahesa membenarkan berkali-kali sembari mengotret pengerjaan soal yang terdapat di buku kimia tebal itu.

Helaan napas terdengar, lelaki itu melirik jam di ponselnya. Ia sedikit terkejut, ternyata sudah hampir seharian dirinya di perpustakaan kota hanya untuk belajar satu mata pelajaran kimia saja.

Mahesa merapikan buku dan alat tulis yang ia akan masukkan ke dalam backpack. Lalu ia melangkahkan kakinya untuk turun ke lantai dasar, takut jika ia terkunci sendiri di perpustakaan sebesar ini.

Di lobi, ia menghentikan langkahnya melihat seseorang yang sedang berdiri dalam radius lima meter. Mahesa menghampiri dan menepuk pundak gadis berambut panjang itu.

"Kak Kathryn?"

Yang dipanggil menoleh. "E-eh? Mahesa?"

Mahesa tersenyum. "Lo kesini juga ya? Mau pulang?"

Kathryn merutuki dirinya kenapa ia harus bertemu dengan Mahesa, padahal beberapa hari ke belakang, Kathryn bersikeras untuk tidak melakukan dan berpikir yang berhubungan dengan Mahesa.

Ia hanya menjawab dengan anggukkan singkat.

"Mau bareng?"

"Enggak usah, Hesa. Gue mau pulang sendiri."

To be mine✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang