bingung apa judul bab ini. Langsung baca aja yak!***
"Kak Naren kunci motor mana?"
"KAK!!!"
"KAKAK?!"
Maira mencari-cari kunci motor dengan gantungan kodok hijau yang tak kunjung ia temukan, kalau sudah tidak di taruh di tempatnya, pasti hilang—dalam kata lain dipinjam kakaknya sendiri yang tidak pernah bertanggung jawab menaruh kembali kunci motor itu ke tempat semula.
"Kak Naren?" panggilnya lagi sambil mencari kemana keberadaan kakaknya itu.
Maira berjalan menuju kamar sang kakak, dan benar saja pintu kamarnya tertutup tidak seperti biasa. Gadis itu memberanikan diri membuka kamar Naren.
"Kak Na—" ucapannya terpotong ketika ia melihat seorang lain berada di kamar Naren. Bukan teman lelakinya, melainkan kini seorang gadis sedang duduk di samping Naren dengan layar laptop di depan keduannya.
Naren dan gadis itu menoleh bersamaan ke ambang pintu, dan mereka sama-sama menampilkan raut terkejut.
"Ra? Jangan mikir yang enggak-enggak. Dia Gaisha, temen kelas kakak. kita lagi nugas bareng, bikin video. Tadi kita di teras, cuman ada anjing Pak June yang ganggu, jadi kakak ngajak Gaisha ke kamar. Kita cuman nugas, gak ada yang lain seriusan. Kita cuman temen juga." Cerocos Naren panjang lebar. Padahal, Maira tidak kepo apa urusan si kakak. Toh Maira juga sudah tau kalau Naren itu cowok baik-baik.
Maira mengangkat satu alisnya. Dirinya melirik teman perempuan si kakak, yang justru melempar senyum pada Maira, alih-alih menampilkan raut panik seperti yang dilakukan Naren.
"Dek? Jangan bilang Mama Papa. Kakak sama Gaisha—"
"Kunci motor mana, Kak?"
"Eh?" Naren terdiam sesaat, lalu ia tersadar dan celingukan mencari keberadaan benda yang dimaksud sang adik. "Ahh lupa!"
Maira menghela napas gusar. Sementara Naren sibuk mencari keberadaan kunci.
"Hai? Nama kamu siapa?" sapa teman perempuan Naren.
"Hallo, Kak? Aku Maira."
Gaisha tersenyum pelan.
"Maaf ya ganggu, Kak."
"Enggak apa-apa, Maira."
"Ketemu!" seru Naren sembari menyodorkan kunci motor pada adiknya. "Di saku hoodie kakak ternyata. Btw kamu mau kemana, Dek?"
"Indomaret. Beli es."
"Malem-malem makan es. Nitip dong!"
"Yeuu, duit?"
Naren menyodorkan uang selembar lima puluh. "Cukup gak?"
"Kebanyakan ini. Kembaliannya buat Maira ya, makasih sama-sama!"
Naren hanya menggelengkan kepalanya. "Sha? Lo mau es krim gak?" Tanya Naren pada Gaisha.
"Eung—"
"Aku beliin aja ya, Kak?"
Gaisha mengangguk saja daripada tidak enak menolak.
"Kak Naren jangan apa-apa in Kak Gaisha loh di kamar."
"Apasih, Dek?"
"Kak Gaisha, teriak aja kalau Kak Naren ngapa-ngapain."
Gaisha terkekeh. "Naren baik kok, Maira. Kakak percaya dia."
Kalimat yang keluar dari mulut Gaisha sontak membuat pipi Naren merona.
Naren enggak pernah kaya gini.