Mahesa berjalan mondar mandir, di balik stage. Jantungnya berdetak tak karuan menunggu tampil setelah ini. Ini kali pertama dirinya akan disaksikan ribuan orang. Sebetulnya, bukan hanya itu yang membuat Mahesa khawatir, melainkan Maira yang belum menampakkan batang hidungnya dari tadi. Padahal, kemarin gadis itu berjanji akan datang sejam sebelum Mahesa tampil.
Mahesa menggigit bibir bawahnya, sembari menekan beberapa kali tombol hijau di kontak Maira.
"Maira kemana?"
"Mahesa?"
"Maira?!" Mahesa menoleh ke belakang. "Eh sorry, Kak—ada apa?"
Kathryn mendengus kecil, namun setelahnya ia menampilkan senyumannya. "Jangan nervous, lo kan udah biasa tampil. Semangat ya!!"
Mahesa hanya tersenyum dan mengangguk. "Lo juga, Kak."
Kathryn memilih untuk duduk sambil memandangi Mahesa dengan balutan pakaian yang sangat pas dan cocok di tubuh lelaki itu. Mahesa terlihat tampan dan bersinar malam ini, membuat Kathryn menyukai Mahesa sejuta kali lipat dari biasanya. Hiperbola, namun nyata yang dirasakan Kathryn. Rasa ingin memiliki lelaki itu walau hanya semalam, tolong Kathryn ingin sekali.
"Sudah siap, Mahesa?"
Lamunan Kathryn dibuyarkan pada seseorang yang datang dan berbicara pada Mahesa.
Mahesa mengangguk dan menerima mic yang diberikan orang itu. Mahesa mulai memasuki panggung megah dan mulai menampilkan tampilan menyanyinya malam ini.
Mahesa memegang mic, ia menerawang beberapa audiens disini, tapi tak kunjung ia temukan Maira disini. Sebenarnya gadis itu kemana?
Instrumen lagu mengalun, Mahesa bersiap untuk menyanyikan lirik pertama.
Di belakang stage, Kathryn bisa mendengar samar suara Mahesa sambil tersenyum pelan.
"Mahesa, gue punya segalanya. Tapi satu hal yang gue gak punya. Itu elo, Hes!"
"Andai lo tahu, gue cinta sama lo Mahesa."
***
Maira susah payah menelan salivanya. Ia menyugar rambutnya melihat kejadian yang harus ia alami saat ini. Taxi onlinenya terjebak macet malam ini, padahal sekarang sudah lewat jam tampil Mahesa. Apa tanggapan lelaki itu jika Maira tidak menepati janjinya untuk menyaksikan Mahesa tampil.
"Ini macet kenapa ya, Pak?"
"Pertigaan depan sana, Kak. Mungkin juga malam minggu dan banyak orang keluar jadi macet."
"Pak? Kira-kira macetnya berapa lama ya?"
"Saya enggak bisa pastiin, kakak buru-buru?"
"Iya, Pak!"
"Haduh, gimana ya saya juga bingung!"
Maira merosotkan bahunya menyandar di jok mobil, ia menatap ke arah jendela luar. "Pak? Jaraknya masih jauh?"
"Kurang lebih satu kilometer lagi, kalau jalan lumayan capek sih, Kak!"
Maira meyakinkan dirinya. "Pak saya mau lari aja ya."
"Eh, Kak? Serius?"
Maira mengangguk sembari membuka pintu mobil. "Tadi saya sudah bayar pakai gopay ya Pak. Selesaikan aja pesanannya. Makasih ya, Pak."
Maira memilih untuk berlari menyusuri trotoar jalanan. Benar saja, macet panjang, selain pertigaan ternyata di depan sana ada sebuah truk mogok yang memblokade setengah jalan. Mungkin pilihan Maira untuk berlari adalah tepat, daripada harus menunggu macet, bisa-bisa acara Mahesa sudah selesai.