Part 2.

32.4K 3.7K 293
                                    





Vano misuh misuh lantaran setelah di suntik bius kembali,  tubuhnya lemas dan dia mulai mengantuk, dia pun terbaring di ranjang pesakitan.

6 perawat yang meneganginya jatuh terduduk di bawah. Mereka sungguh lelah, bagaimana mungkin Vano yang terkenal lemah tersebut bangun dari kritis malah seperti hulk.

Apakah anak tuannya itu mendapatkan Cheat.

"Abigail, jelaskan kenapa dia seperti ini." Kendrick bersedekap dada memandang cucunya yang lebih kalem setelah tidur. Kakek tua tersebut duduk menyilang di sofa yang di sediakan di ruangan VIP  cucunya.

Dialah yang menyuruh untuk membius Vano. Melihat 6 perawat yang kewalahan dia menjadi kasihan.

"Saya tidak tau tuan, bangun bangun.. Tuan muda Vano sudah seperti ini. Mungkin setelah kejadian ini, beliau sudah lelah dan menyerah terhadap keluarganya. Maka dari itu dia bersikap kasar," jelas Abigail. Bukannya menjelaskan tentang medis, dokter itu malah membahas apa yang terjadi pada Vano secara sindiran untuk keluarganya.

Kendrick memandang Abigail datar. Dia menggeplak kepala dokter muda tersebut dan berucap, "Saya menyuruhmu menjelaskan rekap medisnya. Bukan nasibnya bodoh!"

Abigail meringis, dia menggaruk pipinya yang tak gatal, "Y-ya saya sudah menjelaskan tuan. Tuan muda Vano tak apa. Bahkan tubuhnya sehat. Mungkin ini sebuah keajaiban untuknya."

Kakek tua itu menghela nafas, "Yasudah.. Kamu rawat dia dengan baik. Aku akan menghubungi anakku untuk datang kesini," ujarnya.

Abigail menjawab dan membungkuk sopan setelah kepergian Kendrick.

Sementara di alam bawah sadar..

"Apa ini? Kenapa putih semua? Berasa suci gw," monolog Vano. Dia menyingkirkan anak rambut yang sedari tadi menganggangunya.

"Bangsat, bisa minggir gak si lo!" kesalnya menarik rambutnya sendiri. Dia kesal dengan rambut ini, ia risih. Anak itu mendumel sendiri seperti orang gila.

"Haha, kamu lucu."

Seseorang tertawa karena aksi Vano. Vano pun menghentikan aksinya dan memandang siapa yang berucap dengan tajam.

"Ih si bencong? Ngapain lo disini?" ujarnya.

Sementara 'Vano' yang di panggil bencong pun berkacak pinggang tak terima, "kamu bilang aku bencong?"

"Kenapa? Lo ga terima? Lagian punya muka mulus amat kek pantat babi, eh maksudnya bayi." Vano memalingkan muka.

"Muka yang kau bilang mirip seperti pantat babi itu akan menjadi milikmu!" kesal Stevano. Enak saja mukanya di samain sama babi.

Vano mengernyit, "Maksud lo apa!"

"Lo udah mati Vano. tapi, Gw bawa lo keraga gw untuk nolong gw."

"Ngapain gw nolong lo? Mati ya mati aja cok!" seru Vano. Dia bersedekap dada memandang Stevano.

Stevano merotasikan matanya, "Sudahlah.. Hiduplah jadi aku. Aku akan mengirimkan segala memori tentang hidupku. Tubuh itu sudah milikmu Vano. Kau bebas melakukan apa saja. Jadi, di kesempatan kedua ini, hiduplah dengan bebas," ujarnya dan menghilang bagaikan butiran debu yang tertiup angin.

Vano menggapai lnya, tetapi dia kalah cepat, " Oi mau kemana kau sialan!"

Akh!!

Pemuda itu memegang kepalanya. Libasan memori mulai datang menghantam kepalanya. Ia mulai mengerang merasakan sakit yang luar biasa karena memori yang memaksa masuk.

Sampai Vano tak kuat dan berakhir tak sadarkan diri.

***

Vano terbangun memegangi kepalanya. Dia mengumpat dalam hati ketika merasa pening. Dan juga merasa kesal karena Stevano.. Pemilik tubuh bencong ini seenaknya saja.

"Awas aja! Gw cekik nanti kalo datang lagi."

Dia menjadi tahu kehidupan Stevano. Yah klise seperti biasa. Dia yang di abaikan keluarga. Dan keluarga sayang anak pungut. Dia antagonis di novel 'All of you'.

Bagus juga sih dia jadi antagonis. Persetan sama tu keluarga si bencong. Dia hanya perlu morotin ntu bapak si bencong, dah selesai.

Dia tidak tau cerita Novel 'All of you'. Namun Vano tak peduli, dia cukup menjalani hari dengan damai dan tenang. Jika ada yang menggangunya?

Libas!

"Kau sudah sadar Vano?" tanya Kendrick yang baru saja masuk.

Vano mendongak, "Iya. Btw turut prihatin ya."  Kendrick menaikkann alisnya, "Memang kalau sudah tua selain pendengaran yang rusak, matanya juga mulai buram."

Vano pun turun dan bersedekap dada,  "Udah tau gw duduk tegap gini masih di tanya 'Kau sudah sadar Vano,"  serunya menirukan gaya bicara Kendrick. "Basi kakek tua!"

"Kau mulai berani Vano." Kendrick memandang tajam Vano.

"Ngapa? Kakek tua kek lo ga suka?" ujar Vano sewot.

Kendrick tersenyum kecil, "Tidak, kakek senang."

Vano menepis tangan Kendrick yang entah bagaimana bisa berada di atas kepalanya, "Dih kakek tua gajelas."

Pemuda itu berjalan ke kamar mandi untuk buang air kecil.. Sedari tadi dia menahannya.

Kendrick tak bisa untuk tak menyeringai. Sepertinya, ini akan menjadi menarik mulai sekarang.
















Typo? Tandai...















Tbc.

Bad Antagonis. ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang