12.

21.7K 3.1K 219
                                    


Saat ini Jarrel dan Vano sedang mengobrol ringan seputar keluarga mereka. Vano bahkan seakan lupa bahwa dirinya itu di kurung, ia justru menikmati dikurung bersama Jarrel.

"Akhirnya gw punya temen yang ngga suka si Alfa, tapi itu orang emang kek babi jijik banget!" Jarrel terkekeh mendengarnya.

"Gw ga tau, kenapa gw benci banget sama dia. Tetapi saat aku terbangun dari masa kritis.. Gw udah ga suka sama dia sejak pandangan pertama."

"Dokter mengatakan bahwa aku amnesia. Tetapi, Insting dari rasa benciku terasa mendominasi untuknya. Dan sekarang aku mengerti. Kenapa aku begitu membenci Alfa." Jarrel memandang sendu Vano. Perkataan anak itu benar benar menguras emosinya. Apalagi, Vano mengubah cara bicaranya.

"Maka dari itu paman kaget waktu tau kak Kavin mengadosi anak, padahal anaknya udah lima," ujar Jarrel benar-benar tak habis fikir. Dia mencoba menghibur Vano. Ia tak ingin keponakannya terlarut dalam kesedihan.

"Btw, bilangin dong sama si Kendrick, kalau besok gw mau masuk sekolah. Gw bosen di mansion mulu, pengen bebas dikit!" ucap Vano mengubah topik. Dia tak ingin terus terusan berada di situasi menyedihkan seperti ini.

"Ubah dulu bahasa mu menjadi lebih sopan, baru paman bilangin ke kakek." dari yang Jarrel lihat sekarang, Vano itu seperti anak yang kurang tau perihal sopan santun, bersifat pemarah, tak terbantahkan, dan egois.

Walaupun, ia tau bahwa keponakannya menjadi seperti itu karena faktor keluarganya sendiri. Ia tak bisa menyalahkan Vano.

Disini tugas Jarrel hanya perlu membimbing dan memberi pengertian kepada Vano agar menjadi orang yang lebih baik, menjadi seseorang yang buruk di mata orang tak akan selamanya menyenangkan.

"Kenapa sih orang-orang suka ngatur ngatur hidup gw?! Lo juga ikut-ikutan!" kesal Vano.

Cklek

Pintu kamar Vano terbuka, Vano yang semula menatap tajam Jarrel kini beralih ke dua orang yang berjalan menuju arahnya.

"Siapa yang izinin anak babi itu masuk ke kamar gw?!" Vano berdiri dari duduknya, ia menatap Cassian dan Alfa marah.

"A-aku hanya mau jenguk kakak," Alfa benar-benar bernyali besar.

"GW NGGA BUTUH DI JENGUK SAMA LO! LO MENDING KELUAR! CASSIAN, LO TAUKAN GW NGGA SUKA DIA?! LO MASIH BERANI BAWA DIA KE SINI?! LO MAU DIA GW BABAK BELURIN KAYA DUA ADIK LO ITU, HAH?!" Jarrel ikut berdiri, kini Vano berubah menjadi anak yang memiliki sumbu pendek. Dia memegang tubuh adiknya yang bersiap akan menyerang Alfa.

"Vano! Alfa hanya ingin menjenguk kamu, dia khawatir sama kamu. Bahkan saat dia baru bangun tidur, dia langsung nanyain soal kamu!" Cassian mencoba untuk memberikan pengertian pada Vano, namun hanya dianggap pembelaan tak berdasar untuk Alfa.

"LO PIKIR GW PEDULI?! NGGAK! DAN LO BABI! NGGA USAH SOK PEDULI, NGGA USAH SOK CARI PERHATIAN, TOH LO UDAH DAPETIN SEMUA PERHATIAN DARI PARA ANJING ANJING LO KAN?! SEKARANG LO KELUAR DARI KAMAR GW!" Vano berjalan kearah Alfa dan dengan kencang ia mendorong Alfa hingga anak itu terjatuh.

"KAMU MEMANG TIDAK PANTAS DIKASIHANI, SIALAN!" Cassian tak habis fikir dengan sikap Vano yang tak berperasaan itu.

"Oh ya?" Vano tersenyum miris. "Bang, saat lo semua sibuk sama Alfa. Lo pernah ga sedikitpun kepikiran sama gw?" Tubuh Cassian membeku

"Pernah ga lo kepikiran tentang apa yang gw lakuin, apa yang gw makan. Apa gw makan dengan baik?" ucapan Vano terdengar menyakitkan bagi Jarrel.

"Aiden kemarin datang. Kedatangannya hanya menyuruhku untuk meminta maaf." Tubuh Vano meluruh, dia tak kuasa. Perasaan sakit yang selama ini ia rasakan bertambah perih.

Bad Antagonis. ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang