5.

27.4K 3.4K 121
                                    





"CEPAT KAKEK TUA!" Vano berdecak karena Kendrick tetap berjalan santai. Dia berbalik hanya untuk menarik pria renta itu untuk mengimbangi langkahnya.

Dia ingin cepat cepat pergi dri rumah sakit laknat yang telah membuat punggung tangannya sakit.

Kendrick yang di seret pun diam saja. Mungkin jika itu orang lain dia akan langsung menebas kepala orang yang berani. Tetapi lain jika itu adalah cucu yang telah membuat dia tertarik.

"Sabar, kau akan membuat kakek sakit pinggang," keluhnya yang tentu di hiraukan oleh Vano.

"Peduli apa gw!" sungut Vano.

Sementara di bekakang, Jasver dan Cassian mengikuti keduanya. Mereka berjalan tegap, mengangkat wajah angkuh dengan tatapan dinginnya.

Membuat siapa saja bergidik dan menunduk ketika mereka lewat.

Akhirnya setelah pertikaian kecil  disepanjang lorong rumah sakit, akhirnya Vano bisa duduk dengan tenang di dalam mobil.

"Kenapa dua setan ini ikut?" Vano menatap tak suka Jasver dan Cassian yang ikut duduk di kursi sebelahnya. oh ayolah, dia tak mengundang kedua titan tersebut.

Kendrick yang duduk di kursi samping kemudi hanya bisa menghela nafas, "Numpang pulang, ngga punya duit." itulah yang bisa dia katakan.

"Ohh, pantes mukanya kek gembel!" seru Vano, dia melirik keduanya singkat lalu bersedekap dada.

Cassian sebenarnya ingin membalas, namun Jasver menahannya. Mengapa adiknya berubah sedrastis ini. Apa kecelakaan sebelumnya mengakibatkan adiknya berubah?

"Gw ngga mau pulang ke rumah yang ada babi sok imut itu! Pokoknya jauhin gw dari malapetaka!" tegas Vano. Dia bisa melihat seperti apa yang akan terjadi jika dia serumah dengan sekumpulan para titan itu.

"Maksud mu siapa hah?!" Tanya Cassian sedikit ngegas. Siapa yang di maksud babi oleh Vano. Apakah itu Alfa? Bisa bisanya sang adik mengatakan jika Alfa adalah anak babi.

"Itu si anak pungut, lo ngga tau?!" Cassian mengepalkan tangannya. Dia berniat memukul Vano, namun Jasver terlebih dahulu menenangkan amarahnya.

"Kak, tenang," Jasver mencoba melerai.

Cassian mengurungkan niatnya, entahlah Cassian bingung, sebenarnya ia tidak terlalu peduli akan hidup Vano.

Jujur ia merasakan perasaan aneh entah apa itu dalam hatinya, ia seperti merasa kehilangan akan sosok Vano yang ia tau, namun ia juga merasa tertarik dengan Vano versi sekarang. Di sisi lain, dia tak menyukai Vano yang menghina orang sebaik Alfa.

Adikmya sama namun berbeda.

Vano yang sudah habis kesabaran malas untuk bertengkar lagi, ia mulai memiringkan tubuhnya kearah jendela mobil sembari mencari posisi ternyaman untuk tidur.

"Kalo kakek masih ingin gw di sisi kakek, pastikan gw bangun bukan dirumah bapaknya dua orang itu!" Tunjuk Vano pada Cassian dan Jasver tanpa menoleh.

Tiba tiba, dia merasa perasaan asing di hatinya. Perasaan yang amat sesak. Tetapi, dia tak tau.. Perasaan siapa itu. Yang pasti, itu bukanlah dirinya. Mungkin saja pemilik tubuh? Entahlah.

"Iya iya," Kendrick hanya bisa menurut.

Entah sudah berapa lama Vamo tertidur, kini kelopak matanya mulai terbuka. Netranya berkelana memastikan dimana ia berada. Menyapu seluruh ruangan yang ada di sekitar.

"Awas aja kalo ini ada di rumah si Kavin!" Vano turun dari ranjang menuju pintu kamar. Dia jarus memastikan sendiri dia sedang berada dimana.

Cklek

Belum sempat ia buka, pintu sudah dibuka dari luar.

"Makan dulu cuu," Kendrick masuk kedalam kamar dengan nampan berisi makanan untuk cucu kesayangannya. Vano nurut, ia mengikuti Kendrick yang meletakkan nampan diatas meja yang ada di kamar.

"Makan yang banyak, atau perlu kakek suapi?" ujar Kendrick. Dia menyodorkan sesendok sup daging ke depan Vano.

"Engga!" Tanpa ba-bi-bu Vano langsung merebut dan memakan makanannya cepat. Setelahnya dia meminum air.

Alisnya menukik ketika dia di sodorkan segelas susuboleh Pria tua di hadapannya, "Ini gw dikasih susu?!" Kendrick mengangguk.

"Iya, kamu kan masih kecil harus minum susu biar cepat besar," Kendrick menepul kepala Vano yang langsung kena tepis oleh Vano.

"Jangan kasih gw susu lagi, ngga suka!" Walaupun berucap seperti itu, Vano tetap meminum susunya.

"Tunggu? Kok enak?!" Batin Vano, dengan raut wajah terkejut setelah meminum sedikit. Dia pun menghabiskan segelas susu itu dan meletakkan gelas di meja. Vano memalingkan mula, Malu.

Karena sebelumnya dia mengatakan jika dia tak suka. Namun dia malah menghabiskan segelas susu itu.

"Kenapa, enak? Mau lagi?" Kendrick menahan senyumannya melihat raut Vano.

"Engga enak! Siapa bilang enak, gw ngga ngomong tuh!" Bantah Vano. Bisa hancur harga dirinya jika dia bilang iya.

"Oh kakek kira kamu suka, yaudah besok kakek tidak akan memberikanmu  susu lagi," mendengar kalimat 'tidak akab memberikanmu susu lagi' Vano langsung menatap Kendrick menuntut.

"Untuk rasa ini sedikit enak, sedikit! Gw mau minum ini terus," kini Kendrick tak bisa menahan senyumannya lagi. Kenapa cucunya harus malu malu seperti ini. Dia kan jadi gemas.

"Haha, apapun untuk mu."

"Ngga usah ketawa, ngga ada yang lucu!" Kendrick pun melunturkan kekehannya, dan hanya tersenyum gemas.

"Oke!"

"Gw ngga di rumah si Kavin kan?" Terlalu asik makan, ia hampir lupa soal ini. Vano memandang Kendrick oenuh selidik.

"Ini di mansion kakek, kamu kangen ayah mu itu?"

"Dih najis, gw kangen dia? Mustahil!" Ucap Vano cepat, namun entah kenapa didalam hatinya ia merasakan sesak. Sesak yang tadi ia rasakan. Apa ini!? Dia tak suka rasa sakitnya

"Apakah ini perasaan Vano yang asli ?" batin Vano sembari meremat dadanya yang terasa sesak. Air matanya pun tak bisa dibendung agar tidak mengalir.

"Vano?" Kendrick terkejut ketika melihat menangis.

"Gw butuh pelukan, rasanya sesak banget. Hiks, si Kavin emang anjing!" Walaupun terkejut, tapi Kendrick langsung memeluk tubuh sang cucu yang bergetar.

"Menangis lah."

"Gw ngga nangis ya babi, cuman butuh pelukan!" Oke oke apapun terserah Vano.

"Tidak mau cerita?" Tanya Kendrick hati-hati.

"Cukup jauhin gw dari mereka, gw benci mereka kakek. Hikss.. Mereka, ayah.. ayah hiksss.. !"

Walaupun tak melihat bagaimana ekspresi wajah Vano, tapi Kendrick bisa merasakan tekad yang kuat Vano untuk menjauh dari keluarganya sendiri.

Kendrick sebenarnya tidak suka hal ini, dimana anak dan cucunya yang tidak akur. Tak tanggung-tanggung, mereka saling melempar kata kotor, dan tabiat ringan tangan yang mendarah daging.

"Penyesalan selalu datang diakhir," ucap Kendrick pelan yang masih didengar Vano.

"Gw ngga akan menyesal!" Sahut Vano keras langsung mengurangi pelukan.

"Bukan kamu," batin Kendrick.

Sedangkan disisi lain, Cassian sedang merenung. Ia tiba-tiba merasa ingin bertemu orang yang tadi beradu mulut dengannya.

"Ada apa denganku?" Monolognya.








Typo? Tandai..





My patner up janiandme.. Dia benar benar membantuku. Dan kalian harus baca karyanya.. See you









Tbc.

Bad Antagonis. ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang