21.
Setelah lelah menangis, Vano pun tertidur di pelukan Tom. Dengan perlahan Tom merebahkan tubuh tuan mudanya keatas ranjang. Dia juga menyelimuti tubuh tuan mudanya hingga sebatas dada.
Tom beranjak dari sisi ranjang, ia berniat keluar namun seseorang lebih dulu membuka pintu kamar tuan mudanya.
"Halo paman Tom, Alfa mau jenguk kak Vano!" Alfa memasuki kamar sendirian dan mendekati sisi ranjang, namun Tom mencegahnya.
"Jangan tuan muda, tuan muda Vano sedang istirahat. Anda bisa keluar," walaupun terkesan menghormati Alfa, namun Tom berucap penuh penekanan agar anak didepannya itu sadar diri.
"Paman berani menyuruh ku? Bahkan mengusirku?" Alfa menunjuk Tom seolah tak terima.
"Saya hanya melakukan tugas saya untuk melindungi tuan muda saya, termasuk dari pengganggu seperti anda! Saya mohon anda untuk keluar," Alfa menatap remeh Tom.
"Aku hanya ingin menjenguk kakakku, apa salahnya? Paman hanya pengawal, tidak pantas melarang ku seperti ini!"
Vano yang sensitif akan suara ketika tertidur pun terjaga karena tak bisa menoleransi lagi tingkat ke berisikan yang ada. Dia menatap malas objek yang merusak matanya.
"Mau ngapain lo ke kamar gw?!" Ucap Vano sembari menyibakkan selimut tebal miliknya.
Alfa yang melihat Vano terbangun, ia berjalan melewati Tom dan mendekati ranjang.
"Kakak baik-baik saja?" Alfa menatap seolah cemas akan keadaan Vano.
"Ck! Lo bisa keluar ngga sih? Mata gw sakit liat muka Lo!" Vano menatap malas Alfa yang sudah mulai berkaca-kaca.
"GW BILANG KELUAR!"
"Hiks... Alfa salah apa? Alfa hanya ingin menjenguk kakak hiks..." Vano memejamkan matanya sebentar sembari menghela nafas sabar.
"OKE! BIAR GW YANG KELUAR KALO LO NGGA MAU KELUAR!" Vano menuruni ranjangnya, ia berjalan cepat keluar kamarnya.
Meladeni anak pungut itu sungguh sangat menguras energinya, mendengar bibir anak itu mengeluarkan tangisannya sangat sangat menyakiti telinganya.
"Hiks... kak Vano mau kemana?" Alfa mengikuti Vano keluar kamar, diikuti Tom dibelakang Alfa.
Vano butuh udara segar, ia ingin ke belakang mansion. Dengan langkah lebar Vano menuruni tangga, ia semakin mempercepat langkahnya ketika tau anak pungut itu mengikutinya dari belakang.
"AAAAAA!" Semuanya terjadi begitu cepat, Vano terguling dengan cepat dari pertengahan tangga hingga ke lantai dasar, tubuhnya seolah mati rasa akibat benturan keras yang mengenai tubuhnya.
Tom berlari menuruni tangga dengan panik, menyusul tuan mudanya yang sudah di lantai dasar dengan keadaan mengenaskan.
Dibawah sana, Kavin dan Jarrel merasakan jantungnya seolah berhenti berdetak. Jarrel yang tersadar, ia langsung mendekati keponakannya yang sudah berlumuran darah. Dia menatap nyalang anak angkat kakaknya yang dengan teganya mendorong Vano.
"Vano! Hei! Bangun, jangan bercanda!" Jarrel memapah kepala Vano pada pahanya, tangan Jarrel bahkan sampai gemetar karena saking banyaknya darah yang Vano keluarkan.
Tak ingin membuang waktu, Jarrel tanpa ba-bi-bu langsung menggendong Vano untuk segera di beri pertolongan.
"Aku tak menyangka anak itu ternyata seorang pembunuh, pantas Vano membencinya!" Ucap Jarrel pada Kavin yang masih mencerna semuanya, lalu Jarrel melanjutkan langkahnya untuk pergi ke rumah sakit.
Tom memimpin didepan, dia harus menyiapkan mobil terlebih dahulu.
Sedangkan Kavin yang masih terduduk di kursinya, pun berdiri. Ia menatap kecewa Alfa yang masih diam ditempat.
"Ayah benar-benar kecewa pada mu!"
"Ayah! Ayah! Itu tidak seperti yang ayah lihat! Alfa tidak mendorong Vano! Ayah hiks.. hiks... hiks..." Kavin abai akan teriakan Alfa, ia tetap berjalan keluar mansion untuk menyusul putra.
"Sial!" Umpat Kavin ketika sudah tak melihat siapapun diluar, mereka telah pergi.
100% tulisan janiandme...
Typo? Tandai.
Thanks..
TBC.
Menuju ending~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Antagonis. ✔
Teen Fictiontidak ada deskripsi.. baca aja. tapi, bijaklah dalam memilih cerita. karena bulan puasa, baca cerita ini waktu malam hari. bahasa non baku dan kasar. jangan mengcopy. sumber pict daru Pinterest. tidak menerima kritikan dalam bentuk apapun. kecuali...