10.

23.4K 2.9K 157
                                    



Vano membuka matanya perlahan menatap atap kamar dengan pandangan kosong, tak disangka akhirnya akan seperti ini.

Ia melirik sekilas jam di nakas, pukul enam pagi. Terlalu pagi untuk pergi dari mansion, biasanya ia baru bangun pukul tujuh itu saja di bangunin Kendrick.

Vano menghela nafas panjang, "Kalo tau jadi males gini, mending gw pergi dari tadi malem!" Sungutnya kesal, sembari menuruni ranjang berjalan ke kamar mandi.

Mandi, kegiatan yang tak boleh terlupakan mau pergi kemanapun itu. Selesai mandi, dan berpakaian, kini Vano sudah siap dengan tas di punggungnya.

Cklek

Ia membuka pintu kamarnya, lalu melangkah keluar. Ia masih bingung dengan apa yang dirinya lakukan, ia memang berniat pergi dari sini namun ia masih tidak berfikiran mau kemana setelah ini?

Heh! Di kehidupan ini dia hanya memiliki Kendrick, yang lain ia anggap orang asing tak penting.

Setelah meninggalkan Kendrick, siapakah orang yang harus ia mintai tolong? Tom? Tidak mungkin.

Saat menuruni tangga ke lantai dasar, Vano terkejut melihat Kendrick sudah berdiri di bawah sana seolah menunggunya, raut wajah tak mengenakkan terlihat jelas di wajah ayah dua anak itu.

Vano meremas tali tas punggungnya untuk mengurangi rasa gugupnya, ia takkan takut pada Kendrick. Benar, meski wajah Kendrick saat ini sudah seperti preman yang akan memalak mangsanya.

"Terimakasih untuk semuanya, gw  izin pergi kek. Selamat ting-" ucapan Vano terpotong karena teriakan Kendrick.

"TOM! ANGKAT DAN KURUNG VANO KE KAMARNYA!" Vano membelalakkan matanya. Oi oi oi.. Apa apaan pria tua itu. Apa tenggorokan tidak sakit? Ah lupakan itu, apa tadi?!!

Tom yang memang berada di dekat Kendrick langsung sigap mengikuti perintah, tubuh kecil tuan mudanya ia gendong karung menuju kamar tuan besar.

"Woy! Lepasin gw anjing! Gw mau pergi! Tom! Lepasin gw! Kendrick lo mau apain gw jingan!" Vano bergerak brutal di bahu tegap Tom, ia juga memukul keras punggung Tom yang keras itu.

"Lepasin gw anjing!" Vano berontak.

Plak

Dengan beraninya Tom menampar pantat Vano agar tuan mudanya terdiam, dan benar Vano yang terkejut langsung terdiam.

"KENDRICK BABU LO KURANG AJAR! LIHAT, KAU LIHAT TADI! DIA MENAMPAR PANTATKU! HEH! TOM. LO KALO MAHO JANGAN SAMA GW BANGSAT!!" Vano semakin bergerak brutal dan Tom semakin mengeratkan gendongannya. Bisa bahaya kalo tuan kecilnya jatuh.

Tom membuka pintu, lalu masuk kedalam kamar. Dan dengan tidak santainya menjatuhkan begitu saja tubuh Vani diatas ranjang empuk milik si tuan muda.

"Maafkan saya tuan muda, saya pamit," Tom buru-buru keluar kamar Vano dan mengunci  kamar tuan mudanya agar tidak kabur.

Dia senang, Tuan kecilnya tak akan melangkah keluar dari mansion.

Kendrick sudah berada di luar kamar Vano dengan sebuah remote ditangannya, "Kau bisa disini Tom, walaupun aku yakin Vano tak bisa kabur dari kamarnya."

"Baik tuan," Tom berdiri tegap di samping kamar Vano.

Kendrick menekan tombol remote nya, tombol dimana sebagai kunci digital pintu kamar dan pintu balkon kamar Vano. Walaupun sudah di kunci manual, Kendrick masih tidak yakin.

Apalagi melihat periang cucunya yang sekarang. Dia harus berhati hati.

Dengan adanya kunci berteknologi yang ia gunakan, ia yakin Vano tak akan bisa kabur. Ia takkan membiarkan putra bungsu dari anak sulungnya itu pergi meninggalkannya.

Bad Antagonis. ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang