6.

26.3K 3.5K 178
                                    






Vano bersantai di ruangan santai yang begitu megah.. Dia melipat kaki dan memakan kripik dalam toples yang ia pangku. Lalu matanya fokus pada tampilan televisi yang memperlihatkan adegan aksi dalam sebuah Movie.

Dia tak berhenti mengemil. Mulutnya tersumpal keripik. Pipinya mengembung seperti tupai.

"CK HAJAR LA ANJING! GA USAH RAGU RAGU!" Serunya ketika melihat adegan di depannya.

"Nah bagus!! Cepat buat dia babak belur. Pria korupsi itu!"

"Yuhuuu! Yeayy!! Mampushh!" dia sontak berdiri di atas sofa ketika musuh dari Mc dalam movie kalah saat bertarung.

Dia berjingkrak mengabaikan toples yang berisi setengah keripik itu berantakan. "Hahahah rasakan itu! Power of MC!"

"Paman kau lihat muka brengseknya?!" Vano menunjuk televisi. Memandang Tom, penjaga dirinya atas suruhan sang kakek.

"Iya tuan muda." Tom menaruh tangannya di belakang. Dia mengangguk untuk menyenangkan sang tuan. Karena dasarnya dia tak melihat apa yang di tayangkan dalam televsi.

Mata Vano berbinar, "Paman, bisakah aku sekuat dia?" tangannya mengepal di depan dan menatap Tom dengan puppy eyesnya.

Tom terkekeh, "Tuan bisa." Vano kembali berjingkrak kegirangan.

Inilah sifatnya.. Di balik sikap barbar dan tak tau aturannya. Dia adalah anak yang polos dan periang.

Vano merupakan anak panti yang di kucilkan. Hingga akhirnya dia keluar panti dan hidup mandiri. Sampai  dia bertemu dengan teman temannya, Vano sedikit mengerti rasa di lindungi.

Vano jauh dari didikan orang tua. Itulah sebabnya, dia tak mengerti aturan dan sopan santun.

"Aku ingin kuat, dan mengatakan pada dunia jika aku kuat tanpa orang tua!" serunya mendongak keatas mengepalkan tangannya keudara.

Yah dia ingin dunia tau, jika dia bisa hidup tanpa sosok 'orang tua' . Entah itu Vano ataupun Stevano. Itu tekadnya.

Raut wajah Tom berubah sedih. Dia sedikit tau tentang tuan mudanya. Anak malang yang menginginkan keadilannya.

"Semangat tuan muda. Anda pasti bisa!" ujar Tom menyemangati. Vano mengangguk semangat, keduanya berteriak sembari mengepalkan tangannya ke atas.

Sementara penjaga yang lain terkekeh melihat tuan muda mereka. Akhirnya Mansion yang sering muram dan berbau orang tua ini menunjukkan binarnya.

"Apa yang kau lakukan disana?"

Sebuah suara menghentikan keduanya. Tom segera kembali ke sikap semula dan menurunkan Vano lalu menaruh tuan mudanya di depan dirinya.

Dia melihat kebawah, sang tuan hanya sebatas dadanya. Memikirkan jika tuan mudanya begitu kecil dia terkekeh, "Haruskah aku panggil tuan kecil?"batinnya.

Vano berkacak pinggang melihat penampakan titan di depannya, "Ngapain lo disini? Mau maling?" sinisnya. Matanya melotot menatap Aiden tajam.

"Itu terserahku, Rumah ini bukan milikmu jadi aku bebas," sahut Aiden dan langsung duduk di sofa yang sudah berantakan.

Aiden mengernyit jijik, "Ck kotor."

"Kenapa ga suka? Bersihin sana!" cecar Vano dan berdiri di dekat Aiden.

"Bukankan seharusnya kau tau diri Vano. Kau membuat kekacauan disini. Kakek tak akan senang," kelakar Aiden memandang Vano dengan aura mengintimidasi.

Vano bersedekap dada memandang Aiden remeh, "Kakek akan membiarkan cucunya ini berbuat apa saja." benar bukan? Kakek tua itu akan membiarkan apa saja kemauannya.

Bad Antagonis. ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang