22.Mendengar kabar bahwa cucu kesayangannya kecelakaan, Kendrick langsung melakukan perjalanan ke Indonesia dengan jet pribadi.
Sesampainya di rumah sakit, ia begitu merasa terpukul ketika tau bahwa cucunya di nyatakan koma. Memang seharusnya ia tak mengizinkan Vano untuk kembali ke Indonesia.
Kendrick tak segan-segan memukul secara membabi-buta Kavin hingga putra sulungnya itu tak sadarkan diri.
"Katakan pada ayah kalian! Urus bocah tengik itu! Jangan sampai kakek yang turun tangan dan membabi buta mencingcang tubuhnya!"
Kendrick meninggalkan tubuh putra sulungnya diluar ruang rawat Vano. Semua anak-anak Kavin minus Alfa menatap prihatin sang ayah yang tak sadarkan diri.
"Ayo bawa Ayah ke UGD! Minta brankar pada petugas!" Ucap Jasver pada saudaranya.
Sedangkan didalam ruangan, Kendrick menatap sendu cucu kesayangannya yang terbaring lemah di ranjang pesakitan. Wajah yang biasanya di hiasi gurat amarah, kini hanya ada raut datar yang pucat.
"Ayah pasti capek banget, lebih baik istirahat dulu," Jarrel tau ayahnya kecapekan, apalagi setelah menguras tenaganya hanya untuk memukuli putra sulungnya yang bodoh.
"Tidak," Kendrick tak kuasa untuk terus melihat keadaan Vano yang jauh dari kata baik.
Jarrel berdiri, "Ayah duduklah disini, aku keluar sebentar," Kendrick hanya mengangguk.
Selepas kepergian Jarrel, Kendrick yang sejak tadi menahan air matanya kini tak bisa membendungnya lagi. Ia menangis sembari menggenggam tangan cucunya yang masih hangat.
"Kakek janji jika kamu sadar, kakek akan bunuh Alfa untuk kamu Vano. Kakek akan melenyapkan anak tidak tau diri itu hanya untuk kamu!" Kendrick mengelus pelan pipi cucunya yang lebam lebam.
"Pegang janji kakek."
.
Tiga Minggu berlalu, namun Vano lagi-lagi masih betah dengan tidur panjangnya. Ruang rawat Vano tak pernah sepi, orang Jarrel dan Kendrick tak pernah absen untuk selalu menunggu Vano sadar.
Mungkin yang paling kentara adalah, Kavin. Walaupun sering Kendrick usir, Kavin tak gentar untuk bisa ikut andil menjaga sang putra.
Terkadang Cassian, Jasver, dan Twins A pun ikut menjenguk Vano. Entahlah, mereka hanya mengikuti apa kata hati diri masing-masing. Ketika mereka tau Alfa buruk, perhatian dan hati mereka seolah beralih ke Vano yang terbaring tak sadarkan diri.
Tak tau diri? Itulah mereka.
"Kau bisa pulang dulu kak, ini hampir petang. Kau bahkan belum berganti pakaian sepulang dari kantor," Jarrel merasa kasian pada kakaknya, semenjak tau kebusukan Alfa kakaknya itu bahkan seperti tak terurus.
"Kau bahkan seperti gembel! Pulanglah, urus dulu anak pungut itu jangan sampai kabur!" Sarkas Kendrick, mengingat Alfa hanya dikurung saja dalam kamar tidak di beri hukuman yang setimpal.
Kendrick pikir, putra sulungnya itu masih menyayangkan akan kehidupan Alfa. Lebih tepatnya Kavin masih memiliki rasa sayang dan tak rela bila anak angkatnya itu kenapa-napa, makanya Alfa hanya dikurung.
"Cepat sadar Vano," sebelum pulang Kavin selalu menyempatkan untuk mencium kening sang putra.
.
Kavin melamun.. Banyak perban yang mengelilingi wajah tampannya. Ayahnya menghajar dia setiap hari. 3 minggu berlalu, dia belum melakukan apapun untuk Alfa.
Dia bimbang.. Padahal saat Alfa terluka, entah itu karena Vano atau bukan. Dia akan marah pada Vano, putranya.
Dia menyesal.. Dia menyadari kesalahannya setelah ayahnya mengjajar dirinya.
Kavin bertekad akan memperbaikin hubungannya dengan sang putra. Dia akan berdoa pada Tuhan untuk segera, mengembalikan putranya.
Kavin tak menyadari, bahwa selama tiga minggu Alfa terkurung dalam kamarnya. Meski anak itu hanya di kurung, tetapi jika di pikirkan secara logis. Hukuman Alfa merupakan hukuman berat.
Bayangkan kau di kurung dalam kamae selama tiga minggu, dan sama sekali tak di beri makan.
Alfa hidup hanya meminum air..
Hingga akhirnya, rasa lapar yang menggerogoti membuat ia tak sadarkan diri selama seminggu. Tak ada yang tau, bahkan anak Kavin yang lain.
Karena mereka tak pernah mengunjungi Alfa lantaran rasa kecewa. Mereka menghukum Alfa dengan berat tanpa sadar, sebelum mengetahui rencana yang Alfa lakukan.
.
Vano menggeliat tak nyaman. Dia membuka matanya. Dia mengernyit ketika sinar lampu menyilaukan matanya, "Bangsat," makinya dengan suara parau.
Dia melihat sekitar. Ini bukanlah rumah sakit atau kamarnya. Bukankah terakhir yang dia ingat adalah dia terjatuh dari tangga gara gara Alfa babi?
Ah sudahlah.
Vano berdiri dan berjalan lunglai menuju kamar mandi. Dia mencengkram perutnya yang teramat sakit. "Ugh gw lapar.. Harus cepet dan makan."
Dia masuk kedalam dan mencuci muka. Menggosok gigi sembari menatap wajahnya. Dia memandang wajah itu seksama.
Hingga kegiatan menggosok giginya terhenti. Matanya melotot horor. "ALFA BABI!!!!!!"
Teriakan kencang itu.. Menjadi kisah terakhir Vano. Entah apa yang akan terjadi pada kehidupan nanti. Hanya dia dan Tuhan yang tau.
Setelah menumpahkan isi hatinya.. Rasa sesak dan pengap yang selalu dia tahan. Tuhan masih mempermainkan Vano.
Di saat tubuh Stevano koma, dia malah menempati tubuh baru. Tubuh dari orang yang begitu dia benci, Alfa.
Mari kita doakan untuk ketenangan kehidupan Vano.
End
Kurang puas dengan ending karena keluarga Stevano asli tak di siksa?
Oh ayolah, tak banyak interaksi antara mereka. Dasarnya memang book ini aneh.
Jadi aku hanya memberi sedikit pelajaran terhadap mereka. Trauma akan pukulan Vano. Oh man untuk Kavin juga cukup berat. Yang bilang g berat? Sikopet.
Lo pikir aja cok... Kavin tiap hari di pukuli, di sembuhi di pukuli lagi.. Lo mau?
Jangan mengharap ending yang bagus dariku.
Merasa tak puas? Merasa book ini jelek karrna endingnya? Maka carilah cerita dengan ending uang memuaskan..
Sekian terimagaji.
Terimakasih juga pada janiandme.. Karena mau membantuku dalam memproses cerita ini.
Bye!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Antagonis. ✔
Teen Fictiontidak ada deskripsi.. baca aja. tapi, bijaklah dalam memilih cerita. karena bulan puasa, baca cerita ini waktu malam hari. bahasa non baku dan kasar. jangan mengcopy. sumber pict daru Pinterest. tidak menerima kritikan dalam bentuk apapun. kecuali...