18.

19.6K 2.8K 104
                                    










Vano mengurung dirinya dikamar, pundung. Ia merasa kesal pada kakeknya, pamannya saja sudah pulang sedari dua minggu yang lalu karena pekerjaan, kenapa dirinya tidak boleh pulang karena merasa bosan disini?!

Sungguh tidak adil.

Ini sudah hampir satu bulan disini, meninggalkan Indonesia, Angga, dan sekolahnya. Sekeras apapun ia mencoba merayu Kendrick, namun kakeknya itu seolah memiliki pondasi kuat untuk tidak goyah dari pendiriannya.

Mau sampai kapan ia disini? Ia harus sekolah, ia rindu suasana sekolah walaupun image sekolah dimatanya sedikit buruk karena ada Alfa si anak babi.

"Eh, gimana ya kabar si Alfa sama para babunya? Ih ngapain mikirin mereka, pasti mereka bahagialah tanpa gw!" Memikirkan itu, mood Vano tambah anjlok sampe ke dasar-dasar.

Vano berjalan berjalan menuju balkon kamarnya, ia menatap pemandangan dibawah sana yang terdapat kolam renang luas. Hari kian siang dan semakin terik, ia gerah.

"Kalo gw loncat dari sini mati ngga? Gerah banget!" Vano dan segala kegabutannya.

Vano melucuti pakaiannya dan hanya meninggalkan satu celana pendek untuk menutupi adik kecilnya.

Dengan perlahan Vano menaiki pembatas balkon, lalu melihat bawah ke arah air kolam renang yang terlihat sangat menyegarkan.

"AAAAAAHH!" Vano meloncat dari balkon dengan gaya terjatuh, kurang breafing.

Hanya seperkian detik, Vano sudah mengap mengap di bawah sana. Dia berebang dengan berbagai gaya.

"Hahaha, seru juga! Pengen naik lagi!" Vano berenang menuju tepi, baru juga mau keluar dari air Kendrick sudah menatapnya tajam diujung sana.

Vano urung, ia lalu berenang kesana kemari menunggu Kendrick mendekat. Kalo ia minta dibelikan pelampung bebek yang bisa buat rebahan santai di kolam dibeliin ngga ya?

Melihat Kendrick yang sudah berada di tepi kolam, Vano pun mendekat. Ia naik ke pinggiran kolam.

"Kek, kalo aku minta pelampung beb-AHHHH SAKIT KEK! LEPASIN KUPING GW! SAKIT WOY!" belum sempat dia berucap, kakeknya itu menjewer telinganya.

"PINTER YA?! TADI MENGUNCI DIRI! TRUS LONCAT DARI LANTAI DUA! TRUS BERENANG DI CUACA TERIK KAYA GINI! PUAS KAMU MAINNYA, HAH?!" Vano semakin mengeraskan teriakannya ketika Kendrick menarik nya masuk kedalam mansion tanpa melepaskan jewerannya.

"HUWAAA, LEPASIN GW TUA BANGKA!!!!"

.

Malamnya Vano demam, suhu badannya tinggi dan terserah flu juga.

Plester penurun demam sudah tertempel apik di kening Vano. Bahkan Kendrick tak segan segan memakaikan piyama tebal yang lucu untuk Vano, dengan karakter babi.

Sebenarnya Vano menolak keras, babi adalah musuhnya! Siapa lagi kalo bukan Alfa! Namun, karena ia tak sanggup menolak karena badannya yang lemas, maka ia simpan emosinya untuk nanti setelah sembuh.

"Mau berenang lagi?!" Vano menggeleng lemas, ia kapok berenang di siang hari yang terik. Siapa tau jika itu membuatnya demam. Salahkan tubuh Vano yang lemah.

"Jangan marah-marah terus, mau peluk kakek." Kendrick menghela nafasnya berusaha sabar.

Kendrick ikut menaiki ranjang dan memposisikan memeluk sang cucu, "Cepet tidur, biar demamnya cepat turun."

"Elusin palanya," udah badung banyak mau lagi!

Hal ini tak Kendrick sia sia kan untuk dekat dengan sang cucu, entahlah tumben sekali Vano sedikit melunak ketika sakit. Biasanya juga barbar kuy!

Bad Antagonis. ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang