Kendrick memijit pelipisnya melihat dua pemuda di hadapannya. Yang satu meringis yang satu tampak acuh.
"Bagaimana bisa kalian menjadi tontonan seseorang? Vano, kenapa kau memukul Aresh?" Ya, Kendrick tau siapa pemuda satunya. Dia di buat pusing.. Setelah kembali dari membeli minum, dia melihat cucunya yang menendang nendang Aresh.
Vano membuang muka, "Dia teman si kembar. Gw gasuka, makanya gw tonjok."
Antaresh menganga dengan jawaban Vano. Hanya karena di teman Alden dan Aiden dia di hajar? Sialan, hidungnya sakit akibat pukulan telak Vano. Di tambah punggung dan perutnya yang nyeri karena di tendang.
"Kau.. Kau melakukan itu hanya karena aku teman abangmu?" jawab Aresh tak percaya yang di hadiahi kepalan tinju oleh Vano.
"Oke aku bercanda.. Aku minta maaf," Aresh langsung menunduk.
Kendrick menghela nafas, dia melirik cucunya yang masih abai dan melirik Aresh yang menunduk dengan air mata yang terjatuh ke pahanya. Ah.. Anak itu menangis.
"Vano minta maaf."
Vano menatap Kendrick, "Apa! Kenapa aku harus!" sewot Vano ini bukan salahnya. Itu adalah Reflek yang tak terduga.
"Nak, kau memukul Aresh. Bahkan dia tak memukulmu balik." Hah~ Kendrick rasa, masa tuanya ini harus di penuhi kesabaran.
"Itu salahnya kenapa dia ga mukul balik. Bukan salah gw!"
"Memang orang gila mana yang memukul seseorang ketika pertama kali bertemu?" okay Vano kalah telak.
"Pokoknya bukan salah gw. Gw reflek kakek, siapa suruh dia menyebut jika dia teman si setan kembar itu," kekeh Vano. Dia memandang Kendrick berkaca kaca berharap kakeknya luluh.
"Kau tetap salah iblis kecil." Kendrick tak akan kalah oleh tatapan Vano. Anak itu benar benar licik. Jika seperti ini cucunya ini bersikap manis.
"Cih." Vano berdecih dan meninggalkan kakek dan pemuda yang dia ketahui bernama Aresh. Dia berlari ke arah Tom yang merentangkan tangan. Masa bodo dengan keduanya, dia akan melanjutkan senang senangnya.
Kendrick menghela nafas, "Aresh maafkan Vano. Dia sensitif jika bersangkutan dengan keluarganya."
Aresh mendongak, lelehan air mata mengalir di pipinya. "Apakah itu berarti jika aku akan di hajar ketika mendekatinya?" ujarnya tak percaya.
Dia bukan orang cengeng, tapi pukulan Vano benar benar sakit. Bagaimana bisa Vano sebrutal itu hanya karena mendnegar jika dia teman Twins A.
Apa yang di lakukan oleh temannya itu. Memang benar jika dia adalah tenan Twins, tetapi dia tak pernah tau jika hubungan mereka buruk.
Aresh disibukkan dengan kegiatan osisnya hingga tak memperhatikan sekitar.
"Entahlah. Yang terpenting, jangan mendekatinya dulu." Aresh mengangguk.
Kendrick membawa Aresh kerumah sakit untuk luka lebamnya. Dia juga memberikan beberapa barang untuk permintaan maaf mewakili sang cucu. Awalnya Aresh menolak, tetapi Kendrick terus memaksa.
Akhirnya dia menerima semua pemberian Kendrick.
Sedangkan Vano.. Dia sedang bermain di time zone, "Dia memang seperti Sagara, tetapi sifatnya berbanding balik."
"Anda mengatakan sesuatu tuan muda?" ujar Tom bertanya setelah mendengar gumaman Vano. Dia mencondongkan tubuhnya di dekat sang tuan karena posisi Vano yang sedang duduk memainkan game.
"Aku tidak."
Vano berdiri, dia berjalan tak tentu arah dan di ikuti Tom. Hingga kakinya berhenti di sebuah taman di samping Mall. Dia berjalan ke sebuah ayunan dekat sana dengan Tom yang setia di sampingnya.
Pikirannya melayang akan perlakuan keluarga Stevano. Dia menatap langit yang perlahan gelap, "Tom, apa aku bisa?"
"Maaf?" Tom tak mengerti arah pembicaraan sang tuan.
"Apa aku bisa tanpa mereka Tom?" lirihnya. Dia menatap luasnya Mall. Matanya mengikuti bangunan Mall yang terlihat megah dari bawah hingga atas.
"Apa aku bisa bahagia. Apa aku, Stevano.. bisa tanpa orang tua?"
Memang jika itu Vano, dia sudah biasa. Tetapi raganya Stevano.. Perasaan Stevano masih ada. Perasaan sesak yang tak bisa ia bendung.
Seolah siap melahap Vano kapan saja.
Tom berjongkok di hadapan Vano, dia memegang erat kedua tangan sang tua, "Tuan kecil kami akan kuat." dia tersenyum.
Tom tidak tau perasaan sang tuan. Dia juga tak akan mengerti rasa sakit yang di derita tuan kecilnya. Karena rasa sakit yang dia terima berbeda dengan tuannya.
Tetapi Tom yakin, jika dia jadi Vano.. Dia akan melakukan hal yang sama, "Tuan tenang. Anda akan bahagia. Jika orang lain tidak bisa, Tuan kecil bisa melihat kearah saya. Saya siap dan selalu siap, jika itu tentang tuan."
Dari dulu, inilah yang ingin Tom katakan pada Vano. Tetapi dia tak berani karena cegahan oleh sang tuan besar. Namun dia berhasil mengatakannya setelah semesta mengabulkan doanya untuk berada di sisi Vano.
Dia tau bagaimana Vano berjuang untuk mengambil haknya. Tetapi Tom tidak tau rasa sakit yang di derita Vano.
Biarlah dia menjadi kurang ajar. Dia siap jika sewaktu waktu ada harga yang harus dia bayar karena telah nekat dan berani pada tuannya.
Tetapi semua Itu demi Vano.
Mengapa dia begitu emosional tentang Vano?
Karena dia telah kehilangan putrinya akibat kelalaiannya.
Dan dia, tak ingin Vano merasakan hal yang sama.
Typo? Tandai..
Thanks..
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Antagonis. ✔
Teen Fictiontidak ada deskripsi.. baca aja. tapi, bijaklah dalam memilih cerita. karena bulan puasa, baca cerita ini waktu malam hari. bahasa non baku dan kasar. jangan mengcopy. sumber pict daru Pinterest. tidak menerima kritikan dalam bentuk apapun. kecuali...