[ PINDAH RAGA ]
[ ZEVNNO ]
.
.
.
.
.Pagi di kediaman Jung, tepatnya di kamar NoMin di sambut dengan keributan yang Haechan buat membuat Jaemin pusing sedangkan Jeno sendiri hanya mendudukan dirinya di pinggiran kasur dan menatap Haechan dengan lelah.
"Hae kemarin janji apa sama ayah dan buna? Lupa hm?." Tanya Jaemin dengan lembut.
Haechan menatap Jaemin dan Jeno secara bergantian lalu bangkit menuju Jeno dan langsung memeluk Jeno dengan erat. Jaemin menatap Jeno yang juga di tatap balik.
"Hae menangis." Ucap Jeno tanpa suara dengan mengelus punggung kecil putranya.
"Hae kenapa sayang?." Tanya Jeno.
"Sakit ayah hiks." Jawab Haechan dengan lirih namun masih bisa di dengar Jaemin dan Jeno.
Jaemin langsung menghampiri Haechan dan mengelus rambutnya. "Mana yang sakit sayang? Bilang sama buna nak, bagian mana yang sakit?." Tanya Jaemin dengan khawatir.
"Perut Hae sakit hiks, sakit sekali bunaaa ayahhh."
Jeno langsung menidurkan Haechan di kasur sedangkan Jaemin langsung mencari minyak angin untuk Haechan. Jeno menyingkap baju tidur putranya dengan mengelus lembut baby tummy putranya dengan sayang. "Tahan ya nak, buna lagi nyari minyak yang biasa Hae pakai."
"Hiks sakit ayahhh."
"Iya-iya ayah tau, sakit banget ya nak? Gigit aja tangan ayah ya jangan gigit bibirnya, engga boleh nanti luka, nanti ayah sama buna sedih." Balas Jeno dengan memberikan sebelah tangannya untuk Haechan gigit.
Jaemin datang bersama dengan Taeyong yang mengikuti di belakangnya dengan raut wajah cemas. Setelah melihat dan mendengar penjelasan Jaemin, Taeyong langsung mengikuti Jaemin dan memberikan tugasnya pada maid yang sedang bertugas.
"Bunaaa hiks."
"Shhh iya sayang iya, ini buna sama ayah di sini." Balas Jaemin dengan mengelus perut Haechan yang sudah di baluri oleh minyak angin.
"Bubu buatin teh hangat ya?." Ucap Taeyong.
"Iya bu, maaf ya bubu."
"Sebentar ya Jen, Na."
Setelah itu Taeyong keluar dari kamar Jeno yang kebetulan Jaehyun juga keluar dari kamar dengan pakaian formalnya. "Loh sayang, kenapa?." Tanya Jaehyun setelah melihat raut wajah cemas Taeyong.
"Aku buru-buru, kalau mau tau masuk aja kamar Jeno." Ucap Taeyong dengan meninggalkan Jaehyun yang masih mengloading ucapan Taeyong.
Setelah beberapa detik akhirnya Jaehyun bergegas masuk ke kamar Jeno yang langsung di suguhkan pemandangan cucu pertamanya sedang menangis, juga ada Jeno dan Jaemin yang sibuk menenangkan membuat Jaehyun tersenyum simpul.
"Cucu kakek kenapa hum?." Tanya Jaehyun dengan lembut.
"Kakek hiks mau kakek hiks."
Jeno langsung menyingkir memberika ruang untuk Jaehyun tidak lupa dengan tatapan tajam yang ia berikan pada Jaehyun yang hanya di balas senyum kemenangan. Membuat Jaemin malas sekali melihat keduanya.
"Iya sayang, ini kakek udah di sini." Balas Jaehyun dengan mengelus rambut coklat Haechan.
Haechan langsung mendekatkan diri pada Jaehyun yang mana semakin membuat Jeno semakin melihat Jaehyun dengan pandangan tajam.
Jaemin menepuk bahu Jeno membuat Jeno langsung melihat ke arah Jaemin. "Kenapa buna?."
"Dari pada kamu liatin daddy begitu, mending kamu mandi deh, udah telat juga nih bapak satu."
"Di rumah aja ya ya? Haekan sakit, kita temenin ya ya."
Jaemin mengerutkan dahinya. "Tanpa kamu temenin juga anak aku bakalan sembuh." Balas Jaemin.
"Anak aku, anak aku, kaya pas buat sendiri doang." Balas Jeno dengan sewotnya membuat Jaemin terkekeh pelan.
"Hehe."
Jaehyun menggelengkan kepalanya melihat anak dan menantunya berdebat di depan Haechan yang bahkan belum menyelesaikan tangisnya.
"Jadi? Dirumah aja kan ya?." Bahas Jeno lagi.
"Engga ada! Kerja sana, buna butuh uang buat shopping." Balas Jaemin dengan mendelik ke arah Jeno.
"Tapi masih ada Jaehyun kan bun?." Tanya Jeno yang malah membuat Jaehyun mendelik padanya tapi di abaikan oleh Jeno.
"Heh mulutnya, Jaehyun-Jaehyun. Daddy coret kamu dari ahli waris." Balas Jaehyun yang masih mengelus peluh di dahi Haechan.
"Gak pa-pa, Jeno udah kaya kok."
"Nantangin banget ayahmu Chan." Dumel Jaehyun pada Haechan.
Haechan sendiri masih merasakan sakit tapi tidak terlalu sakit seperti di awal. "Malah ribut, Jeno mandi sana ih." Ucap Jaemin dengan mendorong Jeno ke arah kamar mandi.
"Iya-iya ini mandi Na, jangan dorong-dorong juga dong."
Setelah Jeno masuk ke dalam kamar mandi, Taeyong datang dengan membawa nampan kecil berisikan teh hangat untuk cucu kesayangannya itu.
"Ini Na."
"Makasih ya bubu, maaf ngerepotin bubu sama daddy."
"Kamu ini ngomong apa si hm? Haechankan cucu kami, kalian anak-anak kami, engga ada yang di repotkan sayang." Jawab Taeyong dengan mengelus rambut Jaemin.
"Iya bubu."
"Nah sekarang ke Echannya, Echan kemarin makan apa sayang? Kok bisa sakit perut sekarang?." Tanya Taeyong dengan lembut.
Jaemin hampir lupa menanyakan karna terlalu panik melihat Haechan menangis karna kesakitan.
Haechan menggelengkan kepalanya. "Tidak ada nenek."
"Bener? Tapi kenapa sekarang bisa sakit hum?."
"Ughh Echan makan mie bareng Uchan, dikit saja kok ndaa banyak-banyak." Lirih Haechan pada Taeyong.
Taeyong menghela nafas dengan pelan." Astaga sayang."
Jaehyun dan Jaemin menggelengkan kepalanya, mie yang Sungchan makan itu tingkat kepedasannya di luar nalar manusia. Dan putranya baru saja memakannya? Jaemin tidak tau harus bereaksi seperti apa, tentunya jangan sampai Jeno tau atau Jeno tidak akan segan menutup semua pabrik yang membuat perisa pedas tetap buka.
.
.
.
.
.[ BERSAMBUNG ]
[ ZEVNNO ]📌 Jangan lupa cek cerita sebelah ya teman-teman.
Itu cuma short story jadi engga bakalan banyak chapter.
Oh, sama satu lagi aku juga up cerita di Fizzo.
@skyler11
[ EUFORIA ]Jangan lupa di cek juga ya.
Silahkan untuk kritik dan sarannya 😊.
KAMU SEDANG MEMBACA
PINDAH RAGA
Fanfiction"Dulu, sekarang dan nanti! kami tetap keluarga!." -NoMin Fam's *Jung Jeno *Jung Jaemin *Jung Haechan