BAB 18

1.5K 113 21
                                    

[ PINDAH RAGA ]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[ PINDAH RAGA ]
.
.
.
.
.

Setelah perdebatan panjangan antara Dahyun dan Haechan kini mereka sudah berada di depan mansion Jeno dan Jaemin.

"O-oppa ini tidak apa-apa?." tanya Dahyun dengan meremas ujung baju Haechan yang membuat Haechan terkekeh samar.

"Tidak apa-apa, ayo masuk." jawab Haechan dengan menarik lembut tangan Dahyun.

Keduanya sudah berhadapan dengan Jeno, Jaemin dan Mingyu yang kini menatap bingung pada perempuan di samping Haechan. Berbeda dengan Jaemin yang menatap Dahyun dengan pandangan berbinar juga Jeno yang menatap Haechan dengan pandangan bertanya.

Hyunjin? Ia sedang mengerjakan tugas yang Jeno berikan bersama dengan rekan setimnya.

"Kim Dahyun, adikku." ucap Haechan yang membuat Jaemin memekik senang dan membuat Mingyu tersedak minumannya.

Kini Jaemin dan Jeno tau untuk apa kamar yang semalam Haechan pesan kepada mereka, sontak saja Jaemin langsung membawa Dahyun menuju kamar yang akan di tempati anak barunya itu meninggalkan Jeno, Mingyu dan Haechan yang masih terdiam juga melupakan fakta Dahyun masih berada di lamunannya.

Kembali pada Jaemin yang kini tengah mengenalkan kamar yang akan di huni oleh Dahyun dengan semangat sedangkan Dahyun sendiri masih mencerna apa yang tengah terjadi padanya. "M-maaf aunty ini u-untukku?." tanya Dahyun dengan sedikit terbata.

"No, no, no sayang, jangan aunty tapi buna okey?."

"Ugh- ta-tapi maksudnya apa ini?." tanya Dahyun dengan menatap Jaemin kebingungan.

Jaemin terkekeh pelan lalu menuntun Dahyun untuk duduk di sampingnya dengan menepuk lembut punggung tangan Dahyun. "Buna juga tidak tau apa maksud putra buna, tapi bukan senang akhirnya ada perempuan di keluarga ini."

"Tapi di lihat dari usia kalian itu a-anu..."

"Tidak apa-apa, kami memang tidak memiliki hubungan darah sayang, aku dan Jeno sepasang suami istri, haechan adalah putra kami lalu ada Mingyu putra angkat kami dan personil terakhir kami adalah kau, putri bungsu kami ah jangan lupakan paman Hyunjin dan Felix." jaemin menatap Dahyun dengan senyum lembutnya. "Tidak apa-apa, sekarang Dahyun tidak sendirian lagi, sudah ada buna, ayah, Mingyu oppa, Haechan oppa dan paman-pamanmu." lanjut Jaemin dengan mengelus lembut rambut Dahyun membuatnya memejamkan mata merasa hangat di hatinya.

"Terimakasih." balas Dahyun dengan memeluk Jaemin menyalurkan perasaan nyaman dan aman di saat bersamaan.

Sementara Jaemin dan Dahyun sibuk dengan cerita mereka Jeno, Mingyu dan Haechan lebih tepatnya Jeno menatap Haechan.

"Jadi? Bisa kau jelaskan anak nakal?."

"I-itu emm apa ya? Aku hanya eum merasa nyaman dengan Dahyun dia lucu dan menggemaskan." balas Haechan dengan menggaruk lehernya.

"Kau bahkan belum genap seminggu memungutku sebagai saudaramu tapi sudah mengambil saudari baru." ucap Mingyu yang membuat Haechan terkekeh sumbang.

Beberapa hari yang lalu ia memang merengek kepada Jeno untuk menjadikan Mingyu sebagai kakaknya, tentu saja Mingyu menolak selain karna merasa tidak enak hati, Mingyu juga sadar kalau hidupnya selalu dalam bahaya bagaimana nanti kalau Haechan terlibat mau mengatakan apa Mingyu pada Jeno dan Jaemin?. Tapi setelah bujuk rayu Haechan dan Jaemin akhirnya Mingyu mau selain karna tidak enak melihat Haechan terus membuntuti dirinya setiap waktu bahkan menyelinap tidur di kamarnya selama hampir 4 malam.

Jeno hanya menggelengkan kepalanya melihat kedua putranya. "Ya sudah, ayah akan mengurus semuanya tapi tunggu hukumanmu anak nakal." Ujar Jeno dengan pergi meninggalkan Haechan dan Mingyu yang tengah menatap tengil ke arah Haechan.

"KENAPA?!!! KAN AKU DI CULIK?! KENAPA KENA HUKUMAN?."

"Pfttt- HAHAHAHA."

Tawa Mingyu yang menjadi suara terakhir yang Jeno dengar sebelum masuk kedalam ruang kerjanya.

"YAK DIAM HYUNG!."

"Itulah, harusnya kau lebih cepat mengabarkan buna tau tidak telinga kami semua panas sekali mendengarkan buna apalagi paman Hyunjin, malang sekali nasibnya."

Haechan mendengus kesal mendengar pengaduan Mingyu, memangnya ada orang yang di culik meminjam handphone untuk mengabari orang lain?.

"Aishh sudahlah, ngomong-ngomong kemana paman kesayanganku itu? Bukan kan semalam dia yang uring-uringan karna aku hilang?."

"Tugas dari ayah, entah tugas apa tapi paman Hyunjin pergi dengan timnya bukan dengan paman Felix."

"Oh, tugas penting berarti."

"Hm."

Keduanya kembali larut dalam keheningan sepertinya hanya Mingyu karna Haechan sudah terlelap dengan posisi kepala berada di bahu Mingyu sedangkan Mingyu masih asik dengan tontonannya juga setoples cookies buatan Jaemin yang kini menjadi makanan favoritnya. Dulu, ia bahkan tidak punya waktu untuk sekedar menonton televisi ataupun bersantai seperti saat ini. Semenjak hidup di jalanan Mingyu harus bisa berkamuflase dengan baik agar jejaknya tidak diketahui tapi selalu gagal, Orang-orang yang mengejarnya selalu dapat menemukannya dengan cepat hingga ia bertemu dengan Hyunjin malam itu. Jika saja ia tidak menemukan Hyunjin mungkin saat ini ia sudah menyatu dengan tanah.

Dengan perlahan Mingyu memindahkan kepala Haechan keatas pahanya lalu mengelus kening Haechan yang mengkerut. "Kau bahkan masih bisa bermimpi buruk padahal baru saja mengalami hal buruk astaga." lirih Mingyu dengan kekehannya.

Semua itu tidak lepas dari pandangan mata Jeno yang baru saja keluar dari ruang kerjanya memperhatikan bagaimana lembutnya Mingyu pada Haechan meski jika di satukan saat terbangun membuat Jeno pusing seketika.

"Yah, setidaknya aku tidak membiarkan Hae kecilku sendirian lagi di kehidupan kali ini."

[ BERSAMBUNG ]


Halo selamat malam,
Maaf ya baru bisa update lagi 😭
Semoga kalian engga bosen sama cerita ini yaaa
Dan terimakasih sudah mau nunggu update-an cerita ini.

Jangan lupa mampir di ceritaku yang lain yaa ☺

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 19 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PINDAH RAGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang