BAB 17

2K 147 23
                                    

[ PINDAH RAGA ][ ZEVNNO ]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[ PINDAH RAGA ]
[ ZEVNNO ]
.
.
.
.
.

Haechan tidak tau berapa lama ia memejamkan matanya hal pertama yang ia lihat adalah dekorasi kamar asing terlebih kamar itu terlalu feminim.

"Sial sakit sekali." Desis Haechan dengan mengusap kepala belakangnya.

"Oh oppa sudah sadar? Syukurlah."

"Siapa?." Tanya Haechan dengan menatap seorang perempuan yang masuk ke dalam kamar dengan membawa nampan makanan.

"Ah iya, aku Dahyun, Kim Dahyun. Aku melihatmu berkelahi dan er kau tau kelanjutannyakan?." Tanya Dahyun dengan meletakan nampan di atas nakas.

Haechan memejamkan matanya sejenak, ia ingat kenapa bisa ia sampai berada di sini. "Terimakasih sudah menolongku." Kata Haechan dengan senyum kecil.

"Sama-sama, makanlah dulu lalu minum obatmu ya." Balas Dahyun dengan meninggalkan Haechan sendiri.

Setelah makan Haechan berniat menemui Dahyun yang sibuk dengan buku-buku pelajarannya membuat Haechan merasa sungkan untuk sekedar berbicara.

"E-eh maaf, aku tidak tau kalau oppa ada disana, duduklah oppa."

"Terimakasih sudah menolongku, itu bisakah aku menginap di sini semalam? Jarak ke rumahku sangat jauh dari sini." Balas Haechan.

Dahyun tersenyum kecil. "Bisa oppa, oppa bisa tidur di kamarku. Maaf jika oppa merasa tidak nyaman ya."

"Aku bisa tidur di sini, kau tinggal sendiri?." Tanya Haechan.

"Iya oppa."

"Orang tuamu?."

Dahyun tersenyum dengan sesekali mencoretkan jawaban di lembar kertas tugasnya. "Tidak ada, aku besar di panti tapi setelah aku lulus sekolah dasar aku kabur dari panti karna tidak tahan dengan perlakuan pengurus."

"Maaf aku tidak tau."

"Tidak apa-apa oppa, sudah malam sebaiknya oppa tidur saja."

Haechan manatap angka jam yang menunjukkan pukul 11 malam tapi ia enggan untuk beranjak dan malah memutuskan untuk menemani Dahyun mengerjakan tugas dengan sesekali berbincang seolah mereka sudah mengenal sangat lama.

Haechan jadi tau apa saja yang Dahyun lakukan agar ia bisa tetap sekolah, Haechan rasa ia sudah lama tidak pernah merasa sebersyukur ini. Ayah dan bunanya selalu memberikan apa yang ia mau saat menjadi dirinya yang dewasa maupun menjadi Hae kecil yang selalu manja, ia tidak pernah kekurangan kasih sayang dari keluarganya tanpa menyadari bahwa ada seseorang yang juga ingin merasakan hangatnya keluarga namun tidak akan pernah bisa.

Dahyun sudah terlelap dengan kepala bertumpu di atas buku tugas, Haechan terkekeh pelan melihat seimut itu Dahyun ketika tertidur.

Haechan mengelus rambut Dahyun dengan lembut. "Mine." Bisiknya dengan lembut kemudian memindahkan tubuh Dahyun ke kamarnya.

Disisi lain Jeno dan Hyunjin bersusah payah menenangkan Jaemin yang masih menangis karna Haechan.

"Sayang sudah ya, Haechan tidak akan terluka." Ucap Jeno dengan lembut.

"Iya, Echan pasti baik-baik saja Na, Felix sedang mencari keberadaan Echan." Sambung Hyunjin yang juga sedang membobol cctv yang tidak jauh dari tempat Haechan menghilang.

Sore tadi saat Hyunjin akan pulang ia tidak melihat motor Haechan di sampingnya, Hyunjin fikir Haechan sudah pulang terlebih dahulu tapi setelah sampai rumah Jaemin malah bertanya padanya kemana Haechan yang membuat Hyunjin bingung.

Jaemin langsung menelfon Jeno untuk pulang dan mencari keberadaan Haechan, setelah itu Hyunjin mencoba melihat dari cctv kampus sampai saat dimana Haechan di ikuti dan di paksa masuk kedalam mobil hingga tidak ada lagi cctv yang bisa melihat kemana mobil itu pergi. Plat nomor yang di gunakan ternyata plat yang sudah di palsukan membuat Jeno dan Hyunjin menggumpat kesal.

"BAGAIMANA AKU BISA TENANG SAAT PUTRAKU MENGHILANG!."

Jeno dan Hyunjin menghela nafasnya dengan pelan, Jaemin ini kalau sudah menyangkut Haechan sensitif sekali sampai lupa bahwa putranya itu 11 12 dengan Jeno.

Drttt drttt

Haechan

Paman, aku berada di tempat yang aman.
Besok aku akan kembali dengan seseorang, siapkan kamar di samping kamarku dengan warna pastel.
Sampaikan pada buna, putranya baik-baik saja.

Selamat malam.

Hyunjin menghela nafas dan memberikan ponselnya pada Jaemin.

"Kan sudah ku bilang, tidak percaya sekali." Ucap Hyunjin dengan menyandarkan tubuhnya di sofa.

Jaemin menghela nafas lega karna mendapat kabar dari putranya, tapi kenapa ia meminta satu kamar di samping kamarnya?.

"Jeno, untuk apa Haechan meminta kamar dan siapa yang akan dia bawa kemari?."

Jeno menggelengkan kepalanya. "Siapapun nanti yang akan di bawa Haechan, ia pasti sangat berharga untuk Haechan." Balas Jeno dengan mengelus rambut Jaemin.

"Hais, aku tidur lebih dulu, selamat malam." Kata Hyunjin dengan beranjak pergi meninggalkan Jeno dan Jaemin berdua.

Mingyu sudah tidur karna Jaemin merasa kalau Mingyu belum benar-benar sembuh sepenuhnya bahkan Jaemin tidak memperbolehkan Mingyu melakukan aktivitas berat membuat Jeno dan Hyunjin menatapnya dengan pandangan kasihan, Jaemin memang seprotektif itu pada orang-orang sekitarnya jika sakit. Jeno, Hyunjin dan Haechan sudah merasakan bagaimana protektifnya Jaemin pada mereka.

"Sudahlah, besok kita akan lihat siapa yang akan dibawa Haechan sayang, besok aku juga akan meminta beberapa pekerja untuk mengubah warna kamar itu."

"Baiklah, ayo tidur, maaf membuatmu dan Hyunjin kesal tadi."

"Tidak apa-apa sayang, itu wajar." Balas Jeno dengan eye smilenya.




[ BERSAMBUNG ]
[ PINDAH RAGA ]

PINDAH RAGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang