[ PINDAH RAGA ]
[ ZEVNNO ]
.
.
.
.
.Entah sudah berapa lama Jeno terdiam di ruang kerja miliknya. Setelah kunjungan ia dan keluarga kecilnya ke Jung family, Jeno selalu mengurung diri di ruang kerjanya bahkan Jaemin harus menghampiri Jeno untuk menyuruhnya makan dan istirahat.
“Jeno?.” Panggil Jaemin yang tidak mendapatkan jawaban apapun.
Jaemin mendekatkan diri pada Jeno dan menyentuh bahu tegap milik suaminya itu hinggal membuat Jeno tersentak kaget.
“Ah Na, maaf aku tidak sadar jika kau ada disini.” Ungkap Jeno setelah tau Jaemin yang menyentuhnya.
“Tidak masalah, apa yang kau fikirkan hm?.” Tanya Jaemin dengan meletakan teh hangat ke sukaan Jeno di atas meja.
Jeno tidak langsung menjawa, ia lebih dulu memeluk pinggang ramping Jaemin dan menenggelamkan kepalanya di perut sang istri. Jaemin terkekeh pelan dengan mengelus rambut blonde Jeno dengan lembut.
“Ada apa sayang?.”
Jeno menggelengkan kepalanya. “Tidak.” Jawabnya dengan lirih.
“Jeno.”
“A-aku takut.” Ucap Jeno dengan semakin mengeratkan pelukannya pada Jaemin.
Jaemin menangkup wajah Jeno yang terlihat sekali memiliki banyak fikiran yang begitu berat. Jaemin mengelus kerutan di dahi Jeno dengan lembut, sentuhan yang selalu membuat Jeno merasa nyaman dan tenang di saat yang bersaamaan.
“Jeno, aku ini istrimu, kau bisa berbagi apapun padaku sayang. Kau tidak pernah sendirian.” Ungkap Jaemin dengan senyum lembutnya.
Jeno langsung membawa Jaemin ke pangkuannya dan meletakan kepalanya di bahu Jaemin tanpa melepaskan pelukannya dari sang istri tercinta.
“Ini soal Haechan, aku takut, kau dan aku tau bagaimana Haechan sayang. Kepribadian yang kita hadapi saat ini adalah Hae, ia tidak tau cara melindungi dirinya sendiri, yang ia tau, ia di cintai, di lindungi dan di sayangi kita semua. Tapi aku takut kalau suatu saat nanti ia akan menerima kekerasan dari orang lain.” Tutur Jeno dengan lirih.
“Kau tau Na, sejujurnya aku takut sekali, takut ketika putraku satu-satunya hidup seperti kita. Aku bangga sekaligus takut saat ia meminta kita untuk melatihnya. Saat aku tau apa alasannya, aku merasa gagal Na, pengusaha terhebat Dewangga yang selalu di elu-elukan masyarakat nyatanya tidak bisa melindungi putranya sendiri dari bullyan.” Lanjut Jeno yang membuat keduanya kembali teringat masa lalu.
Jaemin mengelus tangan Jeno dan kepala Jeno dengan lembut meski matanya tidak bisa berbohong bahwa itu adalah masa-masa yang paling membuat ia merasa gagal menjadi seorang ibu bagi putranya Haekal.
“Jeno, bukan hanya kau tapi juga aku. Tapi Jeno, Hae kita sudah di kelilingi oleh orang-orang yang mencintai dan menyayanginya, mereka tidak akan membiarkan Hae kecil kita terluka bahkan jika itu ayah kandungnya sendiri ya kan sayang.” Balas Jaemin dengan lembut.
Keduanya terdiam dengan fikiran yang mulai bercabang. Haechan yang selama ini mereka lihat adalah Haechan kecil yang belum tau apapun tentang kekerasan berbeda dengan Haechan dewasa yang setiap langkahnya pasti berlumuran dengan darah.
Haechan mengidap syndrome little space dimana penderita akan bersikap seperti seorang anak-anak, tapi setidaknya sikap Haechan tidak seperti anak-anak lainnya. Entah bagaimana Jeno dan Jaemin harus menghadapi semuanya.
Sejujurnya selama inipun Jaemin juga merasakan hal yang sama dengan apa yang Jeno rasakan hanya saja ia lebih menyimpannya untuk dirinya sendiri sebab ia tau, bahwa Jeno sudah memiliki banyak beban fikiran yang juga berat.
Jaemin kira semuanya akan selesai jika hak asuh Haechan jatuh pada ia dan Jeno tapi ternyata banyak hal yang tidak ia tau sebelumnya bahkan pengetahuannya terhadap buku novelpun tidak lagi menjadi patokan untuk Jaemin percayai.
“Semua akan baik-baik saja.” Ucap Jeno dan Jaemin secara bersamaan.
Saat keduanya sedang asik bercakap-cakap di tempat lain terdapat pemuda tanggung yang sedang mencoba menghabisi beberapa manusia yang juga menodongkan pistol ke arahnya. Tapi pemuda itu tidak gentar sekalipun. Ia bahkan tanpa ragu maju dan menendang laki-laki berseragam formal dengan sangat lihai, seperti sudah terbiasa dengan kejadian seperti ini.
“Kenapa kalian tidak menyerah saja?!.” Ucapnya dengan kesal.
“Tuan besar menginginkanmu anak muda.” Balas salah satu dari mereka.
Pemuda itu mendecih pelan. “Dan jawabanku akan selalu sama brengsek.” Jawabnya tanpa ragu.
Pemuda itu masih terus menghajar tanpa kenal lelah meski begitu ia tengah mencari celah agar bisa pergi dari kepungan para manusia yang hanya menginginkannya tunduk hanya pada satu manusia.
Setelah berhasil mengalahkan setengah dari mereka pemuda itu langsung berlari menjauh tanpa memperdulikan bahunya yang terkena timah panas dan juga kejaran orang-orang yang belum juga menyerah.
“Ck sial.” Ucapnya saat melihat ke belakang mereka masih setia mengejarnya.
Mungkin memang dewi fortuna sedang berada di dekatnya ia melihat sebuah mobil yang sedang terparkir tidak jauh dari tempatnya berada membuat senyumnya semakin terkembang ketika tau bahwa mobil tersebut tidak di kunci.
“YAK HEI! SIAPA KAU?!.” Teriak si pemilik mobil saat mengetahui ada seseorang yang memasuki mobilnya.
“Aku mohon bantu aku paman, mereka mencoba membunuhku.” Ucap pemuda dengan menunjuk beberapa orang yang berlari ke arah mereka membuat si pemilik mobil langsung menjalankan mobilnya setelah melihat kondisi pemuda yang ada di dalam mobilnya tidak dalam keadaan baik-baik saja.
[ BERSAMBUNG ]
[ ZEVNNO ]
KAMU SEDANG MEMBACA
PINDAH RAGA
Fanfiction"Dulu, sekarang dan nanti! kami tetap keluarga!." -NoMin Fam's *Jung Jeno *Jung Jaemin *Jung Haechan