[ PINDAH RAGA ]
[ ZEVNNO ]
.
.
.
.
.Sudah hampir satu minggu Mingyu memulihkan kesehatannya di dampingin oleh dokter kepercayaan Jeno begitu juga dengan Hyunjin yang tidak melepas tangan pada pemuda yang ia tolong.
"Bagaimana keadaanmu nak?." Tanya Jeno dengan mendudukan dirinya di kursi utama bersamaan dengan Hyunjin yang duduk di hadapan Mingyu.
Jaemin datang bersama dengan para maid yang membantunya memasak di susul Haechan yang merubah stylenya membuat Jeno tersenyum kecil putranya sudah kembali lagi.
"Pagi ayah, buna, paman oh pagi Mingyu hyung." Ucap Haechan dan mendudukan dirinya di antara Jeno dan Hyunjin.
"Pagi son/sayang/Chan."
"Pa-pagi juga Haechan."
Jaemin mendudukan dirinya di samping Jeno dan Mingyu, memulai sarapan dengan keheningan berbeda dengan beberapa hari yang lalu saat Hae kecil yang menghuni tubuh Haechan.
Sejujurnya Mingyu agak merasa canggung hari ini sebab, Haechan terlihat sangat berbeda dengan apa yang ia lihat hari kemarin. Jaemin yang berada di samping Mingyu sadar dan tersenyum kecil.
"Tidak apa-apa, jangan merasa canggung ya. Haechan memang terlihat berbeda tapi ia tetap adikmu kan?." Ucap Jaemin dengan lembutnya membuat Mingyu salah tingkah karna sudah lama ia tidak pernah merasakan hal seperti ini lagi.
Jeno mengerti dengan keadaan Mingyu tersenyum tipis. "Setelah sembuh nanti, aku juga akan mengkuliahkanmu bersama dengan Haechan dan Hyunjin, jangan khawatir soal para bajingan itu, mereka akan menjadi urusanku." Ucap Jeno yang membuat Mingyu tersenyum mendengarnya.
Jujur, setelah kematian seluruh keluarganya. Mingyu harus hidup dari satu tempat ke tempat lainnya, ia terus berpindah-pindah agar tidak di ketahui oleh orang-orang yang terlibat dalam pemusnahan keluarganya tapi kecerobohannya malam itu membuatnya nyaris mati jika tidak bertemu dengan Hyunjin.
"Terimakasih tuan nyonya." Balas Mingyu.
Mereka kembali pada aktivitas masing-masing dengan Haechan yang memilih mengendarai motornya sendiri, bukan motor mewah namun ini adalah motor pertamanya yang ia beli dari hasil keringatnya tanpa bantuan Jeno dan Jaemin.
Ducati Hypermotard 950 RVE, motor yang tidak pernah sekalipun Haechan lupakan karna dengan itu ia bisa merasakan sulitnya mencari uang.
Haechan dan motornya melaju cepat membelah kemacetan kota di ikuti Hyunjin yang juga menggunakan motor Yamaha R15 Connected hadiah dari ayahnya sebelum menghilang bersama dengan ibunya.
Hyunjin hanya memastikan bahwa Haechan tidak terkena masalah saat menuju kampusnya, Jeno dan Jaemin memang tidak memintanya tapi Hyunjin sudah menganggap Haechan sebagai keponakan yang harus ia jaga apa lagi jika saat menjadi Hae kecil seperti kemarin.
"Kau ini! Tidak taukah kalau pamanmu ini hampir lepas jantung ketika kau menyalip dua mobil besar?!." Ucap Hyunjin setelah turun dari motornya.
Haechan sendiri menggaruk tengkuk lehernya merasa bersalah pada Hyunjin karna menantang maut saat di jalan menuju kampus.
"Maafkan aku paman, lain kali aku tidak akan begitu."
Hyunjin menghela nafas pelan dengan mengacak-acak surai hitam Haechan sebelum akhirnya melangkah pergi menuju kelasnya di susul Haechan dengan rute berbeda.
Di pertengahan jalan Haechan bertemu dengan Lucas dan Mark tanpa Hendery dan Mina.
"Echan."
"Halo, selamat pagi." Balas Haechan.
"Pagi kembali."
"Naik motor sendiri?." Tanya Mark saat melirik ke arah tangan Haechan yang memegang helm hitam.
"Iya tapi tetep aja slalu di ikutin paman Hyunjin." Balas Haechan dengan berjalan beriringan dengan Mark dan Lucas.
Lucas dan Mark tertawa pelan, keduanya tahu betul bagaimana Hyunjin jika dengan Haechan. Memang tidak sedekat Jeno dan Hyunjin tapi Lucas dan Mark tau bagaimana protektif Hyunjin pada Haechan bahkan Lucas dan Mark tidak bisa berkata-kata.
"Mau bagaimana lagi, Hyunjin sesayang itu padamu." Jawab Lucas.
"Ya dan aku tidak bisa menolak kasih sayangnya." Balas Haechan dengan senyum kecil.
"Dimana Dery dan Mina? Biasanya selalu ada mereka." Lanjut Haechan.
"Pergi menjenguk kakek nenek mereka dari pihak nyonya Seo." Balas Lucas dengan malas.
Haechan terkekeh. "Haruskah kita meminta mae menjenguk kakek dan nenek di thailand?."
Lucas tersenyum paksa. "Bisa, jika kau membantuku mengurus perusahaanmu!."
Kali ini Haechan dan Mark yang tertawa, tentu saja tau kenapa Lucas berbicara seperti itu. Haechan tidak lagi memegang alih perusahaannya karna Lucas yang mengurusnya. Di tambah dengan Jaehyun dan Yuta yang memantau Lucas di bantu dengan Mark yang menjadi sekretaris Lucas sebelum nanti turun langsung ke perusahaan Jaehyun.
Ketiganya berpisah saat Haechan masuk ke dalam kelasnya, Lucas dan Mark lanjut berjalan karna ruangan mereka berada jauh dari kelas Haechan. Ketiganya bahkan tidak perduli banyak pasangan mata yang melihat mereka dengan berbagai tatapan terutama pada Haechan yang menurut mereka seperti dua orang yang berbeda di saat-saat tertentu.
Haechan selalu memilih duduk di urutan terakhir di sebelah jendela maka tidak ada satu orangpun yang berani menduduki kursi itu sejak mereka melihat bagaimana bringasnya Haechan memukul Mark dan bagaimana posisi Haechan berubah secara mendadak.
Menjadi putra sulung dari Jung Jeno dan Nakamoto Jaemin sekaligus cucu pertama keluarga Jung dan Nakamoto siapa yang berani menegurnya? Jelas tidak ada kecuali Jeno dan Jaemin tentunya.
"Begini lebih baik." Lirih Haechan dengan memandang hamparan langit dari balik jendela.
Menghiraukan berisiknya kelas yang menunggu dosen datang, ia lebih suka begini berisik namun tidak ada yang mengganggunya.
[ BERSAMBUNG ]
[ ZEVNNO ]
KAMU SEDANG MEMBACA
PINDAH RAGA
Fanfiction"Dulu, sekarang dan nanti! kami tetap keluarga!." -NoMin Fam's *Jung Jeno *Jung Jaemin *Jung Haechan