Jangan lupa vote, komen, share cerita ini dan follow akun WP ini + IG @akudadodado.
Thank you :)
🌟
"Amal ke anak yatim piatu?" Trik memelasku tidak digubris oleh Ekata. "Aku nggak bisa jadiin rumahnya jaminan ke orang lain yang nggak bisa dipercaya. Itu satu-satunya peninggalan orang tuaku. Bang Tata bisa nikah sama cewek-cewek yang antre. Kita beda kondisi."
Ekata menyilangkan kakinya di pergelangan. Bahu lebarnya menyender sedangkan jari telunjuk kedua tangannya tidak berhenti mengetuk permukaan kayu dari kursi yang diduduki. "Aku juga nggak bisa percayain Alma ke orang yang nggak aku kenal."
"Aku bisa jadi panitia seleksinya."
"Belum tentu mereka suka sama anak-anak. Kamu seengaknya pengalaman jadi tante."
"Aku dan anak-anak itu musuhan. Nggak pernah lihat anaknya Bang Rasya sama aku, ya? Baru lihat mukaku aja sudah nangis kejer." Ini bukan hiperbola. Gina dan Albert, anak-anak Rasya, sejak kecil tidak mau menempel padaku. Melihatku di meja makan saja sudah membuat mereka nangis tersedu-sedu. Baru menginjak usia tiga tahun ke atas mereka dapat mentoleransi keberadaanku di sekitar mereka. Lebih dianggap kasat mata, sih. Atau mereka juga sudah kenyang memakan omelan orang tua mereka sehingga mau tidak mau bersikap lebih baik kepadaku.
"Aku nggak cari ibu untuk Alma. Aku cari istri biar nggak dikejar pernikahan dan nggak datang ke perjodohan berkedok makan malam."
Mataku memicing. "Itu mana mungkin. Itu kayak deal beli dua gratis satu. Jadi ibu dari anaknya sekalian dapat bapaknya."
Ekata memperbaiki letak kacamatanya yang turun. Cengiran muncul dari ujung kanan bibirnya. "Aku yakin itu sebaliknya. Nikahin bapaknya, dapat anaknya."
"Nggak semua orang tertarik sama ..." Jariku menunjuk dari ujung kepala Ekata sampai ujun gkakinya, "bapaknya. Bisa jadi mereka tertarik sama anaknya terus mau nikahin bapaknya." Alisku berkerut, menyadari sesuatu yang aneh dari apa yang baru saja aku ucapkan. "Kayaknya itu lebih berbahaya waktu keluar dari dari mulutku. Kenapa kedengarannya kayak pedofil yang cari mangsa, ya?"
Tawa mengudara di tengah kebingunganku. "I bet it sounds smart in your head, isn't it?"
Aku berdecak. "Intinya, mungkin Bang Tata bisa bawa Alma ke perjodohan berkedok makan malam itu. Lihat bagaimana mereka interaksi sama Alma."
"Aku nggak mau mengekspos dia ke orang-orang yang nggak aku kenal."
"Let's be real, selain Bang Kamal, kita juga nggak kenal satu sama lain." Aku meminum jus dan melanjutkan ceramah yang sudah kurancang jika rencana memelas dan memberikan jalan keluar pernikahan untuk Ekata gagal. "Kita nggak pernah ngobrol selain basa-basi busuk. Aku cuma tahu Bang Tata dari apa yang diceritain Bang Kamal, aku bertaruh kalau apa yang Bang Tata ketahui tentangku juga sumbernya sama denganku."
"Nope. you talk all the time. Kamu ngoceh terus kalau Kamal atau Tante nanya satu hal, atau waktu kalian ribut. Semua orang yang punya telinga hanya perlu jadi pendengar yang baik buat tahu hal-hal mendasar soal kamu, tanpa informasi dari Kamal." Ekata meletakkan kedua sikunya ke dengkul dan menjalin jari-jari itu dengan mata fokus kepadaku, tapi pikirannya melayang ke tempat lain. "Kamu suka warna pastel, kamu hobi belanja—"
Aku memotong ocehan Ekata dengan dengkusan yang menyamarkan tawa. "Cewek mana yang nggak suka belanja atau warna pastel?"
Tanpa jeda, Ekata lanjut mengoceh mengenai fakta tentangku. "Kamu nggak suka ekonomi, tapi kamu terpaksa ambil karena Kamal dan Tante bilang itu bagus buat masa depan. Hence, nilai kamu jelek semua. Kamu suka makan, tapi tiap makan banyak kamu bakalan ngerasa bersalah dan langsung olah raga, kamu lebih suka dengerin ebook dibandingkan baca, kamu—"
Aku menghentikan Ekata dengan tanganku. Ini seperti terjangan fakta yang tidak aku duga-duga. Sejak kapan juga dia mengumpulkan fakta-fakta itu? Ah, aku lupa kalau dia sering datang untuk numpang makan semenjak kuliah bersama dengan tiga orang lainnya atau hanya dia sendiri. Tante selalu mewajibkan kami makan bersama di meja makan dan obrolan sehari-hariku seperti apa selalu muncul di sana. Dia pasti sudah menyiapkan semuanya termasuk list 'Fakta Mengenai Adina' untuk meyakinkanku menerima penawarannya.
"Kita setidaknya kenal. Aku tahu kamu nggak akan jadi bahaya buat Alma, kamu bisa menyimpan rumah itu tanpa membuatnya jadi jaminan, dan hutangmu juga lunas. Aku nggak melihat sisi buruknya."
"Gimana kalau suatu saat nanti jodohku datang terus dia lihat aku punya cincin di jari manis? Dia bakalan desperate. Belum lagi kita mengacaukan orde perjodohan Tuhan. Kita bisa kena kutuk jadi jomlo seumur hidup."
"Itu sudah seharusnya terjadi kalau kita menikah. Kita nggak punya jodoh lain, jadi kemungkinan kamu ketemu orang lain yang akan sedih karena kamu sudah menikah tidak ada lantaran kita sudah dikutuk."
Omong kosongku diladeni oleh Ekata dengan serius dan membuatku memakan mentah-mentah alasan tidak masuk akalku sendiri. Ini kenapa aku tidak pernah mau berkencan dengan cowok-cowok sejenis Kamal dan teman-temannya; mereka terlalu logis untuk kutipu.
"Aku mau minta bantuan Bang Harsa aja kalau gitu." Aku memancing ponselku dari dalam tas dan berhenti saat Ekata mulai melontarkan alasan masuk akal lainnya.
"Silakan. Setelah itu Harsa akan langsung laporan ke Kamal kalau adiknya pinjam uang dengan menjadikan rumah sebagai jaminan. Bisa kamu bayangkan gimana hebohnya abang kamu itu nanti mencari tahu kenapa kamu harus meminjam uang sebanyak itu dan ujungnya sudah pasti Tante juga tahu."
Aku menggerundel di helaan napasku yang dihadiahi kekehan oleh Ekata. Dia benar. Mulut besar Harsa sama seperti Kamal. Belum telepon tertutup saja sudah pasti Harsa mengirim pesan kepada Kamal.
"Let's make this easier for us, please. Kepalaku sudah mau pecah karena memikirkan berbagai rencana makan malam dan desakan Mami untuk cari istri dan ibu unutk Alma."
"Kamal will castrate you."
"Nah, he will keep it intact if he wants me to make his little sister happy."
30/3/23
Hayooo Ekata hayooo wkwkwkwwk
Apdet lagi saat bintang 300 dan komen 100 ya ges, atau jumat mingdep.
BTW yang mau baca cerita Jessica sudah tamat ya di judul The honeymoon Is Over (marriage life, romcom gemes). Cerita lain yang sudah tamat dan masih lengkap di WPku juga ada Every Nook and Cranny (fake dating metropop, bf to lover), Love OR Whatnot (marriage life angst), dan Rumpelgeist (romantasy).
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Right For Now
ChickLit[BACA SAAT ON GOING. INTERMEZZO PART DIHAPUS 1X24 JAM SETELAH PUBLISHED] May contain some mature convos and scenes. "Aku akan bayar semua hutang kamu, asal kamu menikah denganku." Aku tidak tahu bagaimana mengurus anak, juga tidak tertarik untuk m...