Mr. Right For Now - 5.2 Abang Ipar Kampret Jilid 1

4.7K 813 82
                                    


Jangan lupa vote, komen, share cerita ini dan follow akun WP ini + IG @akudadodado

Thank you :)

🌟

Kalau dilihat oleh orang lain, apa yang kami lakukan di meja makan ini seperti keluarga yang sempurna. Ada ayah, ibu, dan anak dalam satu gambaran tengah menyantap sarapan. Minus si anak yang menggumamkan hal tidak jelas serta lebih banyak melemparkan apa pun yang diberikan ayahnya ke lantai dibandingkan memasuki rongga mulut mungilnya. Lantai di bawah kursi Alma sangat berantakan dan bukan aku yang akan membersihkannya nanti. Itu sudah pasti.

"Alma, makan sedikit. Jangan dibuang semua, ok?" rayu Ekata, tapi bocah kecil itu asyik meremat makanannya dan melemparkan ke sembarang arah. Sedikit mengenai rambut ayahnya yang masih berusaha memasukkan satu sendok ke mulut yang terkatup rapat serta kepala yang semakin lama semakin jauh dari sendok berbentuk pesawat berwarna pink, senada dengan onesie-nya yang bergambar unicorn tengah lari di antara gumpalan awan yang tampak lembut.

Aku? Aku asyik memakan nasi gorengku dengan pemandangan yang berantakan. Ekata yang duduk di kepala meja dan Alma yang duduk berseberangan denganku membuatku tidak bisa menghindari beberapa tetes bubur entah-apa-pun-itu mengenai tangan atau mukaku. Ekata akan memberikan tatapan memelas dan penuh permintaan maaf setiap hal itu terjadi.

"Anak-anaknya Bang Rasya juga begitu waktu bayi," kataku saat Ekata sudah menghela napas pasrah dan nasi goreng di atas piringnya tidak lagi mengeluarkan uap panas. Setelah tadi malam dia mendengarkan ceritaku, setidaknya ini yang bisa aku lakukan.

"Sampai usia berapa?"

"Setahun?" kataku yang seperti kalimat tanya lantaran aku sendiri tidak yakin. "Tapi yang paling kecil sampai sekarang juga masih susah makan, makanya Bang Rasya sama istrinya bawa ke dokter gizi. Takut stunting."

Kalimatku ternyata memberikan efek erlawanan dengan yang kumaksud karena air muka Ekata berubah menjadi pucat. Tanganku mengibas kencang di depan muka Ekata. "Tapi Alma kan baru ini nggak mau makan. Mungkin memang lagi fasenya aja."

Ekata mengelap kacamata dengan kain yang dikeluarkan dari kantongnya. "Aku mungkin perlu bawa ke dokter dulu, ya? Buat jaga-jaga aja."

Aku hampir mendengkus. Ternyata Ekata sama seperti Bang Rasya yang akan lebih tenang langsung bertemu dengan ahlinya ketimbang panik sendiri. Dasar papa baru.

"Kamu pakai kamar mandi nanti? Kalau iya, aku mau mandiin Alma dulu. Piring kotor taruh di atas sink aja. Nanti aku bilas sedikit sebelum masukin dishwasher."

"Enggak usah. Aku saja biar sekalian."

"Thanks."

Ayah dan anak itu tidak lagi terdengar suaranya dan aku tinggal untuk membereskan piring-piring kotor ini sesuai arahan Ekata tadi.

Mataku melihat ke jam di ponsel, masih pukul tujuh pagi. Aku tidak terbiasa nandi di atas pukul delapan dan juga sudah terlalu gerah untuk tidak bertemu air, jadi aku berencana untuk mandi di kamar mandi luar dan emmbiarkan Ekata menikmati en suite-nya setelah berperang memberi makan Alma tadi.

"Misi, aku mau ambil perlatan mandi—" kalimatku mati di mulut karena begitu membuka pintu, bukan hanya Alma yang aku lihat tengah bermain di dalam whirlpool tub, tetapi juga bapaknya yang aku yakini tidak memakai baju karena onesie yang semalam aku berikan berada di atas toilet duduk yang tertutup. Aku terlalu takut untuk melihat apakah bokser semalam tergeletak di sana juga atau tidak.

Dari posisiku yang berdiri di depan pintu, berhadapan dengan whirlpool tub, aku memang tidak bisa melihat selain kepala alma (yang aku yakini duduk di depan Ekata, jadi airnya pasti tidak tinggi) adalah dada hingga kepala Ekata serta dengkulnya yang mencuat dari sisi tub. Tawa melengking Alma yang asyik bermain air menjadi latar dari aku dan Ekata yang bertukar pandang.

Bahu yang selama ini aku lihat berbalut kain, kecuali semalam untuk beberapa menit dan dengan penerangan kamar yang remang-remang, polos tanpa sehelai benang pun. Dengan perbandingan ukuran Alma yang kecil, bahu itu terlihat semakin lebar dan kokoh. Kacamata masih setia nangkring di hidung mancungnya dan rambut yang tersisir ke belakang itu menjuntai, membingkai sisi rahangnya yang tegas dengan air yang menetes.

This isn't my first rodeo and this is the part I should go, right? Jadi setelah mengalihkan pandangan dari Ekata, dengan berpura-pura santai dan mengerahkan segenap kemampuan aktingku, aku berjalan ke arah cermin besar tanpa berani menatap ke sana karena takut bertemu dengan Ekata.

"Aku mau ambil peralatan mandi, biar bisa pakai kamar mandi luar," kataku berusaha santai.

"Kirain kamu mau ikutan main air."

Aku dapat mendengar nada menggoda di sana, tapi aku abaikan. "Mana aku tahu Bang Tata lagi main sama Alma. Tadi 'kan katanya mau mandiin Alma aja." Aku memasukkan barang terakhir ke dalam pouch mandiku dan berjalan cepat menuju pintu. "Lain kali kunci, kek, kalau mandi juga."

Ekata tertawa. "Nah, you are more than welcome to join me."

Aku membanting pintu, tetapi tidak terlalu kencang karena tidak mau membuat Alma terlonjak.

"'Flock of feathers fly together' memang benar adanya. Dasar Tata Dado," gerutuku sebal.

"Kita berangkat satu jam lagi, ok? Biar bisa lamaan di rumah Tante," teriak Ekata dengan sisa tawa yang masih bisa kudengar.

"Okay."

Namun, karena aku memiliki mata yang sempurna serta selera tinggi untuk ciptaan Tuhan, aku akan memberikan nilai plus untuk pundaknya yang lebar dan tampak kokoh di tengah cahaya lampu kamar mandi yang terang.

Apa? Selain mengajariku untuk tidak menyembunyikan perasaan, Tante juga mengajariku untuk tidak munafik dan berpura-pura tidak menyukai keindahan.

14/6/23

Eaaa muncul panggilan sayangnya: Tata Dado wkwkwk

Apdet lagi saat bintang 450 dan komen 250 ya ges, atau 1 Agustus 2023. Aku mau kelarin Six Ways To Sunday dulu, itu 5 bulan lagi setahun dari awal ditulis soalnya :')

BTW yang mau baca cerita Jessica sudah tamat ya di judul The honeymoon Is Over (marriage life, romcom gemes). Cerita lain yang sudah tamat dan masih lengkap di WPku juga ada Every Nook and Cranny (fake dating metropop, bf to lover), Love OR Whatnot (marriage life angst), dan Rumpelgeist (romantasy).

 Cerita lain yang sudah tamat dan masih lengkap di WPku juga ada Every Nook and Cranny (fake dating metropop, bf to lover), Love OR Whatnot (marriage life angst), dan Rumpelgeist (romantasy)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mr. Right For NowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang