Jangan lupa vote, komen, share cerita ini dan follow akun WP ini + IG @akudadodado.
Thank you :)
🌟
Aku yang sudah siap dengan kondisi Ekata yang setengah telanjang. Aku tahu karena tinggal dengan Kamal selama ini, membuatku sadar ada cowok yang suka mengagumi dirinya sendiri di cermin hanya dengan menggunakan bokser. Aku memperkirakan kalau Ekata juga sama, melihat bagaimana dia sangat percaya diri dengan keadaan setengah telanjangnya. Sehingga aku mengeluarkan selembar kain dari dalam koperku dan membawanya ke ranjang. Karena Ekata tidak menolak apa pun yang aku katakan semenjak ajakan pernikahan ini, aku jadi mau melihatnya menolak untuk hal konyol yang aku tawarkan.
Ekata menatap benda di tanganku dan wajahku bergantian ketika aku menyodorkannya tanpa kata-kata. Aku menggoyangkan tanganku. "Pakai ini."
Suamiku mengerjap. Terutama saat aku memperlihatkan apa yang aku tawarkan. Onesie serupa dengan milikku, tapi ukurannya jauh lebih besar. Aku memakai ukuran Kamal karena tubuh mereka tidak jauh berbeda.
"Ini biar kembaran," kataku dengan kedua tangan memegang bahu onesie untuk menunjukkannya kepada Ekata. Aku mengulum senyum melihat wajah plongonya. Tapi hal itu tidak bertahan lama karena Ekata langsung tersenyum tipis sejurus kemudian.
"Okay," jawabnya seraya menyambar onesie dan langsung memakainya saat itu juga.
Kali ini giliran aku yang melongo karena tidak mendapatkan apa yang aku mau dan korbanku memakainya dengan riang. Aku kira ini akan membawanya pada penderitaan karena tadi dia mengejek piamaku.
Ekata tampak konyol. Aku akhirnya sadar kalau cowok mau seganteng apa pun, pasti akan tidak cocok dengan satu pakaian. Apa aku juga kelihatan sekonyol ini waktu pakai onesie?
"Katanya onesie kayak Alma. Nggak malu pakai itu memangnya?"
"Enggak. Ini pertama kalinya kamu beliin aku sesuatu. Ini ukurannya juga pas," sahut Ekata, "itu berarti kamu pikirin aku waktu beli. Wearing onesie doesn't make me less of a man either."
He exodus confidence in every word and even in his postures.
Karena tidak mendapatkan penolakan sesuai harapanku. Aku menaiki ranjang dan duduk menyender pada dipan. Kakiku berada di balik comforter dan bantal di pelukan. Ekata mengikuti tidak lama kemudian setelah menyetel AC sesuai ucapanku tadi; 18 derajat.
"Jadi, kenapa tadi nangis?"
"Kangen Tante sama Bang Kamal sama Bang Rasya. Konyol, ya? Padahal tadi baru ketemu terus aku juga ada di kota yang sama ma mereka."
Ekata yang menduduki comforter menyilangkan kakinya di pergelangan. "Enggak, sih. Aku baca-baca katanya memang wajar karena status yang beda, sudah begitu seharian pasti capek terus emosional juga. Kalau kamu kangen banget, besok pagi kita bsa ke rumah Tante. Beliau juga tadi nangis-nangis."
Mendengar itu aku jadi ingat kalau Tante memang tadi menangis saat pemberkatan dan matanya sudah merah saat pesta. Untung saja ada MUA yang stand by untuk merapikan riasan Tante. Sial, aku jadi semakin rindu dan genangan di mataku tidak dapat dihindari. Aku juga tidak bisa tidak terkejut karena Ekata mencari tahu perihal bagaimana pengantin wanita yang baru saja menikah. Tapi aku rasa kangenku pada Tante menutupi pikiran lain sedetik kemudian.
Satu tepukan bersarang di tanganku yang memeluk bantal erat. "Beneran. Kita besok ke sana. Bertiga dengan Alma. Bawa makan siang sekalian. Kamal juga dari tadi nggak berhenti kirim pesan di grup. Ngomong hal nggak penting."
"Ngomong apa dia?"
"Ngajak pergi malam ini. Semua orang, termasuk aku," kekeh Ekata lalu mengambil ponselnya yang berada di nakas dan menunjukkan pesan di grup itu.
"Orang macam apa yang ngajak pengantin baru pergi?"
"Macam abang kamu."
Aku tahu kalau Kamal dan para sahabatnya mempunya grup chat, tapi tidak pernah tahu apa yang mereka bicarakan, jadi kesempatan ini aku gunakan untuk mencari bahan ejekan. Kayaknya Ekata juga tidak keberatan aku membaca pesan di grup itu.
Telunjukku berhenti mengulir saat melihat respon dari Kamal atas penolakan Jesse.
"Siapa Travel Size?"
Ekata mendekatkan kepalanya ke arahku untuk melihat pesan yang kutunjukkan. "Oh, itu istrinya Jesse."
"Kok Travel Size?"
"Soalnya dia kecil." Mata Ekata kemudian berpindah padaku dan panjang kaki kami berdua yang jelas berbeda. Kakiku yang berada di balik comforter kurang lebih sebetis cowok itu. "Kalau dia travel size, kamu sample size kali, ya?" Dia kemudian tertawa sendiri mendengar leluconnya. "Lucu juga punya istri sample size."
Sample size jauuuh lebih kecil dari travel size. Aku menendang kaki Ekata. Sedikit tersinggung karena sample size yang aku tahu hanya untuk sekali pakai. "Enak aja. Aku bukan kemasan sachet, ya!"
Ekata masih tertawa kecil, bahkan setelah aku memberikan ponselnya. Aku sudah tahu beberapa hal mengenai Kamal dan bisa aku gunakan nanti kalau dia mengejekku.
"Ayo, tidur. Besok pagi aku kabarin Tante sama Kamal kalau kita mau makan siang di sana."
6/6/23
Apdet lagi saat bintang 400 dan komen 200 ya ges, atau 17 Juni 2023.
Oh, aku gambar Adi dan Tata. Ini intepretasiku, bebas kalian mau bayangin siapa :) Ada gambar mereka yang lain di ig akudadodado.
BTW yang mau baca cerita Jessica sudah tamat ya di judul The honeymoon Is Over (marriage life, romcom gemes). Cerita lain yang sudah tamat dan masih lengkap di WPku juga ada Every Nook and Cranny (fake dating metropop, bf to lover), Love OR Whatnot (marriage life angst), dan Rumpelgeist (romantasy).
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Right For Now
ChickLit[BACA SAAT ON GOING. INTERMEZZO PART DIHAPUS 1X24 JAM SETELAH PUBLISHED] May contain some mature convos and scenes. "Aku akan bayar semua hutang kamu, asal kamu menikah denganku." Aku tidak tahu bagaimana mengurus anak, juga tidak tertarik untuk m...