Jangan lupa vote, komen, share cerita ini dan follow akun WP ini + IG @akudadodado.
Thank you :)
🌟
Aku melongo.
Memangnya apa lagi yang bisa dilakukan oleh orang yang baru saja menerima pernyataan cinta yang sangat santai seperti sekarang? Ekata bahkan tidak terlihat menjiwai atau menunjukkannya selama ini. Ide baru muncul di kepalaku. Kakiku bergegas mengikuti arahan otak untuk membuka pintu kamarku dan celingukan melihat lorong yang kosong. Menunggu hingga hitungan sepuluh untuk orang-orang berhamburan keluar dan berteriak "You have been Punk'd!" disusul dengan wajah tampan Ashton Kutcher yang muncul dan kamera di belakangnya.
Ring a bell?
Program MTv?
Anyway, aku menunggu, tapi tidak ada seorang pun yang muncul. "Bang Tata taruh kameranya di mana?" tanyaku dengan tidak sabaran.
"Kamera apa?" Suara itu mendekat, diiringi dengan langkah kakinya.
"Ini lagi bikin youtube buat isengin, kan? Boleh request nggak host-nya Ashton Kutcher?" Aku merepet tanpa jeda. "Hitung-hitung hadiah pernikahan. Videonya dipotong aja ntar, terus..." Aku melirik ke balik bahu telanjangku dan melihat Ekata yang kebingungan. "Nanti aku yang urus editingnya. Lumayan buat bahan konten aku nanti."
Belakang kepalaku diketuk menggunakan jari telunjuk oleh cowok itu sepanjang dia berbicara, "Kamal pernah bilang kamu sering jatuh waktu kecil, tapi aku nggak sangka kalau efeknya separah ini. Kamu pernah MRI kepala? Siapa tahu masih bisa disembuhin."
"Apaan, sih?" aku memukul punggung tangan Ekata lalu menutup pintu karena tidak melihat tanda-tanda orang lain dan senyap yang mengisi lorong pertanda tidak ada siapa pun di sana. "Ini bukan lagi program prank gitu?"
Ekata mendorong kacamatanya yang turun dengan jarinya. "Kamu kira aku lagi isengin kamu?"
Aku berjalan melewati Ekata, parfum yang dipakai cowok itu memasuki cuping hidungku tanpa diundang. Woody atau sesuatu yang kalem aromanya. Enak. "Siapa yang bilang suka sama orang lain, tapi santai banget kayak gitu?" Dan kayak nggak peduli, tambahku di dalam kepala.
"Aku bilang jatuh cinta," dia meralat ucapanku sambil memperbaiki letak kacamatanya lagi. "Aku bilang kayak gini aja kamu sudah freak out."
"Itu!" Aku menunjuk Ekata tepat di hidungnya, "Itu Bang Tata tahu kalau bilang suka di saat aku panik kayak sekarang nggak membantu."
Sekali lagi dia mengoreksi ucapanku sambil memperbaiki kacamata tortoisenya. "I said I fall for you."
"Kalau nggak nyaman pakai kacamatanya, lepas aja," kataku gemas, "lagian dulu bukannya nggak pakai juga?"
"Nggak mau. Dulu kamu bilang bagus waktu aku pertama kali pakai kacamata ini."
Aku menggali ingatanku, tapi tidak mengingat kalau pernah mengatakan hal itu kepada Ekata. Terus karena ucapanku, dia jadi pakai kacamata terus gitu?
"Your brother will plan eight ways to kill me if he sniffs I have something for you. Dia kayak anjing," kata Ekata yang membuatku melupakan perihal kacamatanya.
Aku memutar bola mata, "Takut kok sama Kamal."
"I dare you to be on his bad side and you will know why." Ekata lalu melihatku dari ujung kepala hingga kaki lagi. "And less cute."
Kamal memang menakutkan jika sudah marah. Sejak dulu dia selalu over protektif dan pacar yang datang ke rumah akan mendapatkan tatapan judes. Sekarang jauh lebih mending dibandingkan dulu. Dulu Kamal akan mengintiliku pacaran. Itu berhenti setelah Tante mengomelinya saat aku mengadu sambil menangis akibat malu. Mungkin kamal mengira aku berhenti tumbuh saat memasuki usia remaja. Kalau dia tahu mengenai koleksiku, mungkin dia akan mendapatkan serangan jantung kedua dalam satu bulan.
"Orang normal juga bakalan heran kalau tiba-tiba Bang Tata bilang 'have a thing' padahal selama ini kita jarang ngobrol." Ya, kan? Ini tidak masuk akan, kan? Aku bahkan tidak bisa memasukkan Ekata dalam kategori menyukai seseorang dalam diam. Siapa juga yang akan berpikir demikian kalau jam terbang mereka terlalu tinggi?
"Aku takut keceplosan kalau banyak ngomong sama kamu. You are too damn cute for your own good."
Aku tidak bisa memercayai satu kata pun yang keluar dari bibir Ekata. Dia mengatakannya terlalu santai dan secara tiba-tiba.
"I can't even blush at that statement! Jangan bercanda lagi, deh. Ini nggak lucu. Bang Tata nggak mungkin jatuh cinta sama aku. Suka doang kali. Itu dua hal yang berbeda."
Ekata menggunakan jasnya, rambut bagian atasnya yang panjang tersisir ke belakang seperti biasa. Begitu pula dengan tindikan di telinganya. Untuk itu aku tidak berani mengganggu gugat. Aku memang berusaha membuatnya kesal, tapi tidak melewati batas. Tapi sepertinya apa yang aku katakan barusan justru menghasilkan Ekata yang sebal. Terlihat dari rahangnya yang mengetat serta bibirnya yang sama sekali tidak terukir senyum.
"Mau kamu percaya atau enggak, kamu nggak berhak mengecilkan perasaanku. Aku sudah cukup dewasa untuk tahu bagaimana perasaanku ke kamu. Sekedar suka atau lebih dari itu. Aku juga bilang ke kamu bukan untuk mendapatkan reaksimu, aku sekedar info karena kamu tadi bilang kalau kita nggak punya perasaan di pernikahan ini." Ekata mengancingkan dua kancing jas dengan tangan kanan, sementara matanya masih fokus kepadaku. "Make it easier for us. Don't over think it."
Ekata yang tegas dan tidak meninggalkan ruang untuk dibantah justru membuatku tidak bisa menahan diri untuk tidak memutar bola mata. "So much for a proposal."
"Peach, I don't get on my knees unless in the bedroom," Ekata tidak membiarkanku menyelanya untuk memberikan fakta bahwa kami memang berada di dalam kamar, "and less to none clothing is required."
Aku mendengkus. Aku bisa menghadapi Ekata yang ini ketimbang dia yang tiba-tiba saja memuntahkan perasaannya. Yang bahkan aku tidak tahu itu jujur atau bohong untuk membuatku tidak kabur dari pernikahan ini.
"Aku akan kembali ke kamarku. WO akan datang dan menjemput kita nanti."
"Bang Tata nggak takut aku kabur?"
Ekata yang sudah berjalan menuju pintu berhenti dan menoleh ke arahku. Pandangan kami langsung bertemu dalam satu garis lurus saat dia menjawab tanpa ragu. "Enggak. Kamu sudah kabur sejak kemarin kalau mau, tapi Adina yang aku kenal nggak mungkin kabur dari tanggung jawab atau bikin malu keluarganya dengan kabur dari pernikahan. Yang terakhir aku yakin jadi alasan paling utama kamu belum jadi runaway bride."
Ugh, aku benci kalau Ekata benar. Dan siapa juga Peach?
22/4/23
Selamat Idul Fitri! Mohon maaf lahir dan batin :)
Apdet lagi saat bintang 350 dan komen 150 ya ges, atau 6 Mei 2023.
BTW yang mau baca cerita Jessica sudah tamat ya di judul The honeymoon Is Over (marriage life, romcom gemes). Cerita lain yang sudah tamat dan masih lengkap di WPku juga ada Every Nook and Cranny (fake dating metropop, bf to lover), Love OR Whatnot (marriage life angst), dan Rumpelgeist (romantasy).
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Right For Now
ChickLit[BACA SAAT ON GOING. INTERMEZZO PART DIHAPUS 1X24 JAM SETELAH PUBLISHED] May contain some mature convos and scenes. "Aku akan bayar semua hutang kamu, asal kamu menikah denganku." Aku tidak tahu bagaimana mengurus anak, juga tidak tertarik untuk m...