Mr. Right For Now - 6.4 Kencan Pertama

6.4K 713 199
                                    


Question of the day: usia pembaca di sini di atas 18 atau di bawahnya? Untuk kepentingan rating wkwk

Jangan lupa vote, komen, share cerita ini dan follow akun WP ini + IG, X, tiktok @akudadodado

Thank you :)

🌟


I'm swaying. Aku memilih diam agar aku tidak memusingkan detak jantung yang menulikanku dari suara lainnya yang ada di sekitarku, selain suara Ekata dan deru napasnya di pipiku. Dagunya masih menempel di bahuku, tapi beratnya tidak menumpu kepadaku sepenuhnya. Aku tahu karena tidak mungkin berat Ekata tidak menghancurkanku jika seluruh beratnya ditumpukan ke bahuku.

Bagaimana Ekata melakukannya aku tidak tahu, tapi itu sangat considerate mengingat perbedaan tubuh kami yang sangat jauh.

Kuku ibu jariku menekan telunjuk hingga bentul bulan sabit muncul di sana. Aku memerlukan outlet untuk menyalurkan gugup yang baru pertama kali aku alami saat bersama Ekata. Aku tahu dia cowok, tapi aku tidak pernah melihatnya dalam perspektif 'cowok yang akan aku incar' sehingga jantungku tidak pernah bertingkah, tapi sekarang dia berdetak seperti tabuhan drum.

Ekata mengambil tanganku, mengelus bekas bulan sabit di telunjukku dengan ibu jarinya tanpa kata-kata.

Aku tidak ingat satu kata pun dari film karena seluruh sensoriku fokus kepada Ekata. Mulai dari telingaku yang fokus ke suaranya saat bernapas, kulitku di bahu dan jari yang selalu menempel dengan kulit Ekata. Keduanya kasar, by the way. Dagunya karena bakal janggut dan tangannya yang aku baru sadari tidak sehalus perkiraanku. Dia jelas berolah raga jika tangannya kapalan seperti milik Kamal. Juga dengan mataku yang tidak berhenti memerhatikan setiap gerak yang Ekata buat dari ekor mataku. Juga hidungku yang tidak bisa berhenti mengendus aroma Ekata bahkan dapat merasakannya di ujung lidah.

This is sensory overload.

Mataku berkunang-kunang dan aku melupakan semua orang yang ada di studio hingga film selesai dan semua orang keluar hingga yang tersisa kami berdua saja dan petugas yang akan membersihkan studio untuk film selanjutnya. Lagi-lagi yang dapat aku dengar hanyalah suara Ekata yang mengucapkan terima kasih saat kami melewati pegawai dan tangannya yang menggenggamku.

"Bang."

"Hm?"

"Tanganku basah," akuku jujur. Gugup yang tiba-tiba datang membuat kelenjar keringat di tanganku yang menempel dengan Ekata bekerja terlalu keras. Ini memalukan untuk diucapkan secara langsung, tapi aku tidak mau Ekata merasa tidak nyaman dan jijik dengan tanganku dan aku tidak tahu kenapa aku harus memikirkan hal itu.

"Terus?"

"Nggak usah pegangan gini."

Ekata memegangi hidungnya yang tidak lagi mengeluarkan darah, tapi masih memerah. "Tapi hidungku nyut-nyutan. Kamu yakin ini nggak berdarah lagi?"

Aku mendengkus ke arah Ekata yang diganjar tawa kecil darinya. Keringatku tampaknya menjadi hal yang tidak mengganggu Ekata sama sekali.

"Kamu suka popcorn di sini, kan? Beli dulu untuk bawa pulang?" tawar Ekata.

"Tahu dari mana?"

"Kita dulu pernah nonton bareng. Kamu, Kamal, Jesse, Harsa, Sada, dan aku. Selesai nonton kamu geret Kamal buat beliin popcorn." Ekata tersenyum dan memesan, "Yang campur asin dan manis. Soalnya kamu bilang kalau habis makan manis kamu mau asin habis itu manis lagi. Gitu terus sampai habis." Ekata melepaskan tanganku saat dia mengeluarkan uang untuk membayar.

Mr. Right For NowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang