"Jadi, semalaman tadi kau menginap di rumah Irene eonnie?" Joy bertanya dan Jennie menganggukan kepalanya.
"Hem, dia memang datang menjemput ku, tetapi aku menolaknya mentah-mentah, biarkan saja, biar lain kali dia berpikir bahwa dia tidak boleh mengabaikan ku." Jawab Jennie yang menghisap aroma teh hangat di cangkirnya sebelum ia menyesapnya sedikit.
Keempat gadis itu sedang berkumpul di salah satu café.
"Bukankah kau sudah cukup keterlaluan padanya, Jennie? Lagipula, apa yang membuat kau sangat membencinya? Jika di pikir-pikir, kitalah yang selalu membuat masalah dengan genk mereka." Sambung Nayeon sekarang dan ucapannya membuat Jennie mendelik tajam dan terkekeh tidak percaya.
"M-mwo? Excuse me? Apa kau baru saja membela dia dan kau bertanya apa yang membuat ku benci padanya? Kau lupa mengenai pick me girl? Tulisan yang pernah dia tempel di punggungku dan berhasil membuatku menjadi pusat perhatian saat itu." Jennie mengatupkan keras kedua rahangnya, dia berbisik menekan setiap katanya dengan wajah yang sangat kesal.
"Memang kau sudah memiliki buktinya jika memang dialah yang melakukannya? Sejujurnya, aku sudah bosan bertengkar dengan seseorang yang bahkan tidak pernah mencari masalah dengan ku, lagipula, come'on, itu hanya masa lalu, kita sudah dewasa sekarang, masa-masa seperti itu sudah terlewat dan hanya berada di masa sekolah, apa tidak lebih baik kita melupakannya?" Nayeon yang selalu diam akhirnya kini mengeluarkan segala unek-uneknya.
"Iya 'kan, eonnie, Joy?" Sambung nya bertanya pada kedua temannya, Joy membasahkan bibirnya wajah yang terlihat bimbang, sementara Irene memilih untuk diam dan menggelengkan kepalanya dengan lemah.
Jennie melotot, dia menghentakkan kedua tangannya ke atas meja. "Apa katamu???? Tolong katakan sekali lagi, aku ingin mendengarnya." Jennie berbicara dengan wajah yang merah padam.
"Jennie, sebentar lagi, aku akan masuk kuliah ajaran baru, dan Joy tentu saja memasuki sekolah setelah libur semester yang panjang, dan Irene eonnie mungkin juga sedikit sibuk karena ia akan belajar mengurus bisnis ayah nya, sementara hanya kau yang sudah menikah dan kau tidak ingin melanjutkan kuliah, seharusnya kau berpikir bahwa hidup mu nanti akan lebih banyak di habiskan bersama istrimu, suka atau tidak suka, Lalisa adalah istrimu...., Aaw, what the fuck are you doing?????" Nayeon memekik sambil berdiri dan melotot di akhir kalimatnya karena Jennie baru saja menyiram teh hangatnya yang mengenai bagian dada Nayeon.
"Shut the fuck up!!!" Jennie berteriak hingga urat di leher dan dahinya menyembul keluar.
"Jennie, stop it! Kau sudah keterlaluan!" Irene menyentaknya.
"Eonnie, ya Tuhan..." Lenguh Joy dan kepalanya menggeleng, dia melirik ke arah Nayeon dan membantu mengelap baju Nayeon menggunakan beberapa lembar tissue. "Sudah, lebih baik kau ke kamar mandi, eonnie." Sambung Joy.
Nayeon mengepalkan tangannya hingga gemetar, dia mendengus sebal sebelum dia melangkah ke kamar mandi untuk membersihkan baju nya dan di susul oleh Joy di belakangnya.
Dada Jennie naik turun, tatapannya benar-benar terlihat marah. "Kau juga akan membelanya?"
"Siapa yang kau maksud? Lalisa atau Nayeon?" Suara Irene juga terdengar kesal, suasana benar-benar berubah.
Jennie memilih untuk memejamkan kedua matanya, dia menarik napasnya dalam-dalam dan duduk kembali di kursinya, sedangkan Irene menghembuskan napasnya samar, gadis yang umurnya paling tua itu berjalan ke arah meja kasir berada, dan memesan minuman, dia balik ke mejanya dengan membawa ice green tea di tangannya, dia menyodorkannya ke Jennie. "Minumlah air dingin agar pikiran mu juga ikut dingin, setelah itu berbicalah dengan Nayeon."

KAMU SEDANG MEMBACA
My Responsibility, JENLISA (GxG) (END)
RomanceBaru lulus sekolah, pengennya main tetapi malah di nikahin, gimana sih kelanjutannya? yang penasaran, yuk kepoin, jangan lupa follow yaaa. cerita ff jenlisa series ke sebelah dari jenmanoban2602. happy reading, guys!