9. Vanilla

7.8K 822 18
                                    

"Irene-ssi, apa kau tahu siapa penyanyi yang hobi bermain sepeda?" Jennie merancau dengan suara mabuknya, kedua matanya terpejam dan kedua pipi mandunya berwarna merah muda.

Irene menatap Jennie dengan kedua mata yang menyipit, setelah itu dia menaikan kedua bahunya. "Tidak tahu, memangnya aku ibunya." Jawabnya dengan suara mabuknya juga.

"Iya, juga hahaha." Jennie tertawa dengan puas.

Lalisa yang sedang fokus menyetir berdeham mendengar percakapan absurd Jennie dan juga Irene.

Saat ini, Lalisa bersama Seulgi tengah membawa kedua gadis mabuk itu untuk pulang ke tempat tinggal mereka, sementara untuk kedua teman Jennie yang lain, mereka memilih untuk pulang naik taksi.

Seulgi hanya memasang wajahnya datar, kedua matanya terus melirik ke arah spion tengah melihat ke arah Irene di belakang, dia seperti tidak tertarik dengan perbincangan dua gadis mabuk itu.

"Siapa memangnya, Jennie-ya?" Sementara Lalisa, gadis jangkung itu sepertinya ikut tertarik dan penasaran.

Jennie terkekeh. "Selena gowes, dia pasti sangat senang bersepeda." Jawabnya konyol, mendengar jawaban dari Jennie, Lalisa beserta Irene meledakkan tawa nya.

"Dasar kucing bodoh." Ejek Irene setelah meledakkan tawanya.

"Tetapi masuk akal, hahaha." Timpal Lalisa. "Jangan diam saja, Seul. Bukankah mereka sangat lucu?" Sambungnya pada Seulgi.

Seulgi tersenyum tipis dan menarik napasnya perlahan. "Aku hanya memikirkan, dia." Liriknya pada Irene.

Lalisa menyiringitkan dahinya, ia hendak bertanya namun suara Irene menghentikan ucapannya.

"Ya! KANG SEULGI!" Irene berteriak memanggil nama Seulgi.

"Hemm?" Jawab Seulgi dengan dehaman.

"Apa persamaannya sepatu dan kita berdua?" Tanya Irene dengan suara mabuknya, Seulgi hanya menghebuskan napasnya samar.

"Jawab, Seul." Ucap Lalisa.

"Genk mu sangat membosankan." Celetuk Jennie.

"Jawab atau aku tendang kacangmu itu, huh?!" Irene menyentaknya sambil memukul bahu Seulgi dari belakang dan membuat gadis bermata monolid itu meringis kecil dan berdecak sebal.

"Aaa molla!" Jawab Seulgi dengan kesal dan mendengus setelahnya semantara Irene tertawa dengan wajah puas.

"Persamaan sepatu dan kita adalah... Sama-sama harus sepasang hehehe." Irene menjawabnya dengan cengiran mabuknya.

Respon dari ketiga orang di dalam mobil itu terkejut mendengar jawaban dari Irene, bahkan sepertinya, jawaban dari Irene bisa membuat Jennie tersadar dari mabuknya.

"M-mwo, eonnie?" Jennie bertanya dengan kerutan di dahinya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya mencoba untuk sadar apa yang Irene katakan.

Sementara Seulgi langsung terbatuk dan wajahnya memerah. "Haish, dia pasti sangat mabuk." Ucap Seulgi.

"Sepertinya, dia menyukaimu, Seul." Tebak Lalisa dan Seulgi meninju lengan Lalisa.

"Cukup, itu tidak mungkin." Jawabnya, dan yang tengah di bicarakan itu hanya memasang wajah polosnya yang tidak tahu apa-apa.

.

.

.

Jenlisa, Villa.

"Turun, Jennie. Kita sudah sampai." Ujar Lalisa yang tengah menggendong Jennie di belakang punggungnya dari parkiran villa nya, gadis bermata kucing itu meletakkan dagunya di bahu kiri Lalisa, kepalanya menggeleng.

My Responsibility, JENLISA (GxG) (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang