8. Girls

8.5K 805 29
                                    

Jennie dan Lalisa terlihat baru saja turun dari lantai dua, sepuluh maid yang berada sudah menunggu dan berbaris untuk menyapa kedua pasangan tersebut.

"Annyeonghaseo, agasshi." Sepuluh maid itu menyapa dengan ramah sambil membungkukan tubuh mereka hampir sembilan puluh derajat.

"Pagi, ahjumma." Balas Lalisa dengan senyuman tipisnya.

"Hmm." Sementara Jennie hanya berdeham sebagai jawabannya.

"Good morning, Sweet heart, menantuku." Tuan Kim yang bijaksana menyapa Jennie dan Lalisa lebih dahulu, pria paruh baya itu sudah lebih dulu duduk di kursi makannya dengan banyak hidangan dan dessert di atas mejanya.

"Selamat pagi, pengantin baru kami." Sambung Nyonya Kim yang juga sudah duduk di kursi makannya.

Lalisa tersenyum tipis dan sedikit membungkuk. "Selamat pagi, Daddy Kim, Mommy Kim." Balas Lalisa dan segera duduk di kursi makannya.

"Hmm, pagi, mom, dad." Jennie membalas sambil memutar kedua bola matanya ke atas.

Melihat hal itu Tuan Kim menggeleng-gelengkan kepalanya, beliau tidak bertanya karena beliau tahu Jennie pasti kesal karena semalam memakai baju kimono yang di sengaja oleh kedua orang tuanya.

Namun, wajah Lalisa yang tak biasanya membuat pandangan dari Tuan dan Nyonya Kim menarik perhatian, keduanya terfokus dengan wajah Lalisa yang terlihat masam.

"Sepertinya, misi kita gagal." Tuan Kim berbisik di sebelah telinga istrinya.

"Pssh, sudah tidak perlu di gubris, nanti mereka akan malu lagi." Balas Nyonya Kim yang sedang menyiapkan makanan di atas piring suaminya, meski mereka memakai banyak maid, namun untuk kebutuhan sang suami, Nyonya Kim tetap melakukannya sendiri, dan hal itu yang menjadikan hubungan dari kedua orang tua itu tetap harmonis sampai saat ini.

Tuan Kim hanya merespon dengan suara batuknya.

"Jennie-ya, letakkan ponselmu dahulu, layani istrimu dengan baik, kita akan segera makan." Nyonya Kim menegur dengan suara yang begitu lembut.

Jennie mendesah pelan. "Dia kan punya tangan sendiri, eomma. Lagipula, panggil saja ahjumma untuk menyiapkan dia makan." Jawab Jennie yang terdengar tidak sopan, wajah Tuan Kim mulai memerah lagi.

"Jennie, perhatikan cara bicaramu pada mommy dan dengarkan apa kata mommy, seharusnya kau melayani istrimu." Tuan Kim bersuara, namun beliau mencoba untuk menahan amarahnya karena beliau masih menghargai Lalisa yang berada disana.

"Aku hanya seorang istri, bukan seorang ahjumma yang tugasnya melayani." Jennie tetap menjawabnya yang membuat Tuan Kim menarik napasnya dalam-dalam setelah itu kedua tangannya menghentak ke atas meja "Jennie Kim!" Tuan Kim meninggikan suaranya, suasana seketika berubah menjadi panas.

Lalisa berdeham dengan wajah canggung. "Mom, Dad. Biarkan saja, aku bisa ambil sendiri, tidak apa-apa." Lalisa mencoba melerai suasana, mendengar hal itu Tuan Kim dan Nyonya Kim melepas pandangannya dari Jennie dengan lenguhan yang panjang sebelum akhirnya mereka kembali menatap Lalisa.

"Jangan salahkan sikapku, dad, mom. Dari awal aku belum ingin menikah, apalagi dengan orang ini, jadi jangan salahkan aku jika aku tidak bersikap baik." Bukannya minta maaf, yang Jennie lakukan justru terus menyerocos tak mau kalah, bahkan gadis bermata kucing keras kepala itu melongos pergi yang membuat Tuan Kim semakin marah.

"Kim Jennie!" Teriak Tuan Kim menggema, namun Jennie tidak mendengarnya, dia berlalu keluar rumah begitu saja.

"Aigoo, anak itu....." Desis sang ibu sambil memijat kedua pelipisnya.

My Responsibility, JENLISA (GxG) (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang