"Dir, Dirga....."
Dirgantara, pria yang baru keluar dari ruangan Kadiv Propam tersebut seketika di serbu oleh rekannya, pria berpangkat Iptu yang sudah mengabdi satu tahun lebih di bawah Danjen Dhanuwijaya Hakim ini memang di kenal dekat dengan Sang Kadiv.
Bagaimana tidak, Dirgantara adalah putra dari Kapolda salah satu Kapolda yang bertugas di Jawa Tengah, membuat hubungan baik terjalin antara orangtua Dirgantara dan Dhanuwijaya Hakim di luar tugas pengabdian mereka, dan sekarang mereka tentu saja menggunakan kedekatan antara dua perwira berbeda generasi ini sebagai kesempatan untuk memuaskan akan rasa penasaran mereka terhadap sosok perempuan yang di bawa masuk oleh Dirgantara.
Perempuan yang menggemparkan Divpropam karena mengaku sebagai putri sulung dari Dhanuwijaya Hakim. Walaupun tidak bisa mereka pungkiri jika perempuan berambut hitam panjang tersebut sangatlah cantik dengan raut wajah tegas khas seorang Hakim, tapi melihat betapa sederhananya penampilan perempuan tersebut yang hanya mengenakan kemeja dan skinny jeans, sangat jauh berbeda dengan penampilan glamor seorang Kalina dan juga Adik laki-lakinya yang bernama Kaisar, barang branded mewah selalu melekat di diri keluarga Hakim, sangat kontras dengan Alleyah yang mengaku-ngaku sebagai putri sulung seorang Keluarga Hakim.
Selama ini Dhanuwijaya Hakim seorang Perwira yang jauh dari berita miring, tentu saja sekarang dengan kehadiran seorang anak yang tidak di kenal memicu tanda tanya besar tentang bagaimana kehidupan masalalu Sang Jendral yang ternyata tidak sebersih yang selama ini terlihat.
"Jadi, itu perempuan yang tadi di tahan sama Wisnu beneran anaknya Danjen?"
Entah siapa yang bertanya, Dirga langsung menganggukkan kepalanya, membuat para laki-laki berseragam coklat yang mengerumuninya bergumam kembali.
"Beneran anak kandung? Woylah, itu gimana ceritanya tiba-tiba Danjen punya anak segede itu, mana kayak nggak keurus lagi. Buluk amat, nggak yakin gue kalau dia itu anaknya Danjen, bisa aja cuma ngaku-ngaku, kan? Lihat aja, beda banget sama Kalina yang bening."
Celetukan dari Briptu Guntur Triyono yang terdengar mengejek Alleyah secara terang-terangan membuat Dirga yang awalnya tidak terlalu memedulikan obrolan ricuh tentang gosip yang baru saja memanas di Divpropam ini seketika meradang.
Bahkan tanpa bisa mencegah emosinya yang mendadak meledak, Dirga sudah lebih dahulu mencengkeram erat kerah Bintara Polisi yang ada di bawahnya ini, sontak saja reaksi Dirga yang di nilai berlebihan ini mengundang keterkejutan.
Guntur yang sebelumnya begitu lancar berbicara buruk tentang perempuan yang bahkan sama sekali tidak di kenalinya tersebut seketika memucat, bukan rahasia umum lagi jika Dirgantara yang sedang marah adalah hal yang paling di hindari di Divisi ini. Pria yang kesehariannya pendiam dan hanya berbicara yang penting-penting saja itu bisa merubah segala Doberman peliharaan mereka jika sedang marah.
Dan kali ini melihat bagaimana mata tajam Dirgantara memicing saat mencekik lehernya, Guntur mendadak tidak bisa bernafas. Ingin rasanya dia merutuk mulutnya yang kadang lebih cepat bergerak di bandingkan otaknya.
"Lidahmu ini sepertinya memang harus di potong ya, Tur! Nggak sekali dua kali mulut kurang ajarmu ini seenaknya mengomentari orang lain, sikapmu ini sangat rendahan untuk seorang Propam! Sekali lagi aku mendengar mulut busukmu ini membicarakan orang lain terutama perempuan, maka habis riwayatmu!"
Bukan hanya Guntur yang mendelik ngeri karena ancaman Dirgantara, semua orang yang sebelumnya berkerumun karena kepo, satu persatu membubarkan diri, mereka cukup waras untuk tidak mengusik Dirgantara dengan membela Guntur, karena walau bagaimanapun mulut Guntur yang seringkali seenak jidatnya dalam mengejek seseorang memang salah.
Tapi di balik semua itu, ada alasan lain kenapa Dirgantara marah. Bahkan saat akhirnya Guntur mengangguk karena tidak sanggup berkata-kata sekedar menjawab apa yang Dirga katakan, rasanya masih ada keinginan kuat di diri Dirga untuk menghajar Guntur agar pria yang lebih muda darinya tersebut lebih berhati-hati dalam berucap.
"Jangan pernah ulangi lagi, apalagi jika menyangkut putri Sulung Komandan! Kita tidak tahu apa yang sudah dia alami." Untuk terakhir kalinya Dirga memberikan peringatan, jika biasanya kepedulian Dirga hanya sebatas tentang tugas yang di jalaninya, maka sekarang kepedulian tersebut merembet pada sosok asing yang baru hadir dalam hidupnya.
Antara Dirgantara dan Alleyah, mereka baru bertemu pagi tadi, satu bangku di dalam kereta dari Semarang menuju Jakarta dengan banyak kebisuan yang menjadi topik utama mereka, tapi Alleyah sukses mencuri perhatian Dirga.
Walaupun Alleyah berulangkali menghela nafas panjang yang menunjukkan jika perempuan terganggu dengan kesibukan Dirga dalam membuat laporan, tapi Alleyah sama sekali tidak mengeluarkan protes. Alleyah membiarkan Dirga bekerja hingga selesai, satu kepedulian yang akhirnya membuat Dirga terusik dan memberikan secangkir kopi sebagai hadiah.
Siapa yang menyangka, ekspresi menggemaskan wanita yang Dirga tebak berusia 22 tahun tersebut saat menghirup aroma kopi yang di hadiahkan oleh Dirga bisa menjadi pemandangan yang sukses menggetarkan hati Dirga yang selama ini terkunci tanpa ada penghuninya.
Sayangnya senyuman tulus tersebut hanya sekali Dirga lihat, tepat setelah Dirga mengatakan jika dia adalah seorang anggota Polisi, senyuman tulus tersebut seketika berubah. Mungkin bibir indah seorang Alleyah memang masih mengukir sebuah senyuman, tapi senyuman itu tidak lagi sama, berbeda dengan bibirnya mata Alleyah tidak bisa berbohong kepada Dirga. Tatapan matanya yang penuh rahasia saat tersenyum menunjukkan jika apa yang Alleyah perlihatkan adalah kepura-puraan atau lebih tepatnya sebuah topeng yang Alleyah gunakan untuk menghadapi semua orang.
Sama seperti yang lainnya, saat mendengar Alleyah berkata jika dia tengah mencari Ayahnya dan orang itu tidak lain adalah Dhanuwijaya Hakim, Dirga sempat tidak percaya, sampai akhirnya saat Dirga kembali memperhatikan kemiripan antara Alleyah dan Dhanuwijaya tidak bisa di sangkal.
Antara Dhanuwijaya dan Alleyah, mereka hampir serupa berbeda generasi, jauh lebih mirip di bandingkan Kalina atau pun Kaisar. Dan saat melihat bagaimana Dhanuwijaya terperanjat tidak percaya melihat Alleyah berdiri di hadapannya Dirga sadar jika ada masalalu yang tidak terselesaikan antara Alleyah dan Ayah yang di carinya ini.
Untuk beberapa saat Dirga terdiam di depan ruangan Danjen yang selama ini sangat di hormatinya, untuk pertama kalinya Dirga menginginkan sesuatu di dalam hidupnya, dan itu adalah wanita cantik dengan sejuta misteri yang ada di balik pintu yang ada di hadapannya, dan Dirga sadar apa resiko yang akan di hadapinya saat dia memutuskan untuk menuruti keinginan hatinya ini.
Alleyah, dia bukan wanita biasa seperti Kalina ataupun wanita lainnya yang selama ini mengejar Dirga. Alleyah bagai sebuah mawar penuh duri yang akan menusuk tanpa ampuh pada siapapun yang berani mendekatinya. Bukan tidak mungkin saat akhirnya Dirga benar-benar sudah jatuh pada Alleyah, yang di hadapinya nanti adalah salah satu orang yang sangat di hormatinya.
Yaitu, Dhanuwijaya Hakim yang sudah Dirga anggap sebagai Ayah kedua dan juga mentor utama dalam pengabdiannya.Kala waktu itu datang entah bagaimana Dirga akan menghadapi patah hatinya.
Takdir memang penuh misteri kan saat memberikan cinta, Dirga tidak akan tahu sampai nanti dia menjalani pilihannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIGNITY (Pembalasan Luka Putri Sang Jendral)
RomanceMenjadi tokoh antagonis di dunia bukanlah hal yang di inginkan oleh Alleyah Hakim, tapi demi membalas setiap luka yang pernah di torehkan oleh Ayahanda dan juga Ibu tiri yang tidak lain adalah Bibinya sendiri, Alle rela melakukan segala hal untuk me...