"Nggak usah maksa Ayah buat nurutin permintaanmu, Kalina. Toh di paksa Ayah pun Mas Dirga nggak akan mau karena Mas Dirga sudah lebih dahulu memintaku untuk pergi bersama dengannya."
Semua orang yang ada di meja makan sontak melihat ke arahku, memperhatikanku lekat tidak percaya, bahkan seringai mengejek yang terlihat di wajah Kalina seakan mengatakan jika apa yang aku ucapkan hanyalah sekedar haluku untuk memanas-manasinya.
"Cuci muka sana loh, Al. Ngimpi banget di ajakin pergi sama Bang Dirga. Hanya karena kamu di ajak ngobrol sama Bang Dirga bukan berarti kamu bisa nggak tahu diri seperti ini. Dasar kampungan, gitu aja udah kegeeran."
Kalina mencibir, bibirnya yang sudah monyong itu membuatnya terlihat semakin menyebalkan. Kalina dan Bibiku tercinta ini tidak tahu saja jika Mas Dirga selama beberapa hari ini selalu menghabiskan waktu denganku, di pagi hari dia akan mengantarku ke kampus untuk melengkapi semua berkas sebelum akhirnya aku resmi menjadi mahasiswi magister FISIP atau dia akan mengantarku ke kantor penerbitan, sore harinya saat Mas Dirga sudah beres tugas maka dia akan menjemputku sembari menghabiskan waktu sore bersama dengan minum kopi atau sekedar berbicara apapun hal-hal yang menyenangkan.
Fun fact, di luar tujuanku memanfaatkan Mas Dirga untuk menyakiti Kalina dan Bibiku, aku memang merasa nyaman berbicara dengan Mas Dirga, dia adalah sosok yang pintar dan berwawasan luas, selalu ada hal menarik yang bisa kita bahas, bukan hanya seorang yang enak di ajak sharing, Mas Dirga juga seorang pendengar yang baik saat aku menceritakan bagaimana aku yang sedikit merasa di bawah tekanan saat Penerbit langsung mempercayakan sebuah novel dari penulis kenamaan untuk aku handel. Aaah, Mas Dirga benar-benar pria idaman yang cerdas dan menyenangkan tidak hanya sekedar pria yang mengandalkan seragam yang dia kenakan untuk membuat dirinya hebat.
Rasanya setiap kali aku masuk rumah beriringan dengan Mas Dirga aku ingin sekali tertawa membayangkan bagaimana kesalnya Kalina. Dia yang menginginkan Mas Dirga tapi aku yang ternyata menguasainya. Ternyata memang benar, untuk menarik perhatian seorang lelaki terkadang di perlukan nekad dan tidak tahu malu saja. Asalkan kita menempel pada mereka, lama-lama mereka akan luluh, apalagi saat kita sebagai wanita walaupun tangguh bisa menghadapi apapun tapi bisa menempatkan diri menjadi seorang yang lemah di hadapannya, percayalah pria manapun senang di puja dan menjadi superhero untuk wanitanya.
Terkesan tidak adil memang, pria menginginkan wanita yang tangguh sekaligus lemah di saat bersamaan.
"Loh kok mimpi sih, Lin. Lah emang aku di ajakin Mas Dirga buat datang ke acara resepsi temannya. Salahnya di mana? Nih kalau nggak percaya, lihat sendiri!"
Kubuka ponsel baru pemberian Ayah, memperlihatkan padanya percakapanku dengan Mas Dirga membahas pesta resepsi yang tengah di bahas di meja makan ini, dan saat selesai membaca, lagi-lagi matanya melotot tidak karuan seakan dia hendak menerkamku.
"Kurang ajar kamu ya, Alleyah! Berani sekali kamu ngedeketin Bang Dirga. Kamu tahu, Bang Dirga sama aku itu sudah di jodohkan! Bang Dirga itu milikku!" Semburan kemarahan aku dapatkan bertubi-tubi dari Kalina, bahkan ludahnya berhamburan keluar memercik ke segala arah, image seorang putri Irjen Polisi yang anggun dan elegan sama sekali tidak terlihat di dirinya yang tanpa sungkan memperlihatkan keliarannya. "Papa, kasih tahu anak Udik ini buat jauhin Bang Dirga, Pa. Papa sudah janji ke Kalina buat jodohin Bang Dirga sama Kalina!"
Full Part bisa kalian baca disini
KAMU SEDANG MEMBACA
DIGNITY (Pembalasan Luka Putri Sang Jendral)
RomanceMenjadi tokoh antagonis di dunia bukanlah hal yang di inginkan oleh Alleyah Hakim, tapi demi membalas setiap luka yang pernah di torehkan oleh Ayahanda dan juga Ibu tiri yang tidak lain adalah Bibinya sendiri, Alle rela melakukan segala hal untuk me...