24

4K 200 10
                                    

"Mendekatiku sama saja memberikan kesempatan untuk dirimu di hujat sebagai Pelakor, Alleyah!"

Dengan kuat Mas Dirga mencekal tanganku, sorot matanya yang tajam menghujamku membuatku bergidik ngeri, tapi aku sudah terlanjur basah dalam melangkah.

"Selama kamu tidak keberatan dengan keberadaanku, aku sama sekali tidak peduli dengan omongan orang lain, Mas."

Cengkeraman di tanganku mengendur, tanpa ada jawaban apapun Mas Dirga mengalihkan pandangannya dan melajukan mobilnya kembali ke dalam kemacetan jalan raya. Tidak ada lagi perbincangan di antara kami hanya kesunyian yang mengisi sepanjang perjalanan yang cukup lama ini. Degup jantungku menggila di balik ketenangan yang aku sembunyikan.

Aku bukan seorang penggoda, menyodorkan diri kepada seseorang bukanlah keahlianku, tapi sekarang aku ingin merebut Mas Dirga dari Kalina dengan segala cara bahkan jika itu cara terkotor sekalipun akan aku lakukan. Bukankah seorang penggoda hanya bermodalkan tidak tahu diri persis seperti yang di lakukan Bibiku pada Ayah! Ayah yang mencintai Bunda dengan begitu besar pun akhirnya luluh pada murahnya seorang Jalang.

Menguatkan tekad dan membuang rasa malu aku berusaha keras untuk tetap tenang. Semuanya sudah terlanjur terjadi dan tidak ada jalan untuk mundur, yang harus aku lakukan adalah melangkah secara perlahan agar semuanya tidak sia-sia.

"Aku drop di depan kampus saja ya, Dek?!" Tepat saat akhirnya mobil mulai memasuki kampus di Depok ini, Mas Dirga kembali angkat bicara. Entah apa yang tengah dia pikirkan, tapi diamnya usai mendengar apa yang aku katakan membuatku merasa sedikit malu hingga akhirnya aku tidak berucap apapun hingga aku turun.

Bahkan menoleh ke belakang lagi pun tidak, di tengah suasana hatiku yang penuh dengan carut marut panggilan keras yang menyebut namaku membuatku tersentak.

"Ooiiiii Alleyah....."

Aku mendongak, berkeliling mencari sumber suara yang membuatku menjadi pusat perhatian, dan saat aku menemukan siapa tersangkanya, tiba-tiba saja aku merasakan seseorang memelukku dengan erat. Untuk sepersekian detik aku merasa otakku tidak bekerja dengan benar. Aku terdiam seperti orang bodoh saat ada yang memelukku dengan erat di tengah keramaian ini.

"Woylah, gue nggak nyangka kalau gue bakalan ketemu sama lo lagi di sini. Kirain gue salah lihat, Al."

Dia adalah Tristan, pria asli Jakarta yang dulu berkuliah di Universitas Diponegoro, sama seperti Andrea, dia adalah teman yang menyenangkan untukku, bukan hanya kepadaku, kepada setiap mahasiswi Undip yang datang ke Jakarta untuk seminar dan lain-lain maka Tristan adalah salah satu seksi repot yang menyediakan banyak hal untuk kami.

"Mimpi apa aku Tan bisa ketemu kamu di pagi pertama ini." Senyumku mengembang, sama seperti Tristan yang senang bertemu denganku, aku pun juga merasakan hal yang sama. Di tengah kehidupanku yang baru di Kota Jakarta ini, setidaknya aku menemukan seorang yang mengenal siapa aku.

Tapi berbeda denganku dan Tristan yang bahagia, tiba-tiba saja aku merasakan tarikan keras memisahkanku dan Tristan, kebingungan sempat aku rasakan, tapi suara berat dan tegas sarat akan peringatan terlontar membuatku teringat jika aku tidak sendirian sekarang ini.

"Nggak usah main peluk di tempat umum. Nggak pantes seorang anak Danjen berlaku seperti ini!"

Full Part bisa kalian baca di aplikasi dibawah sini ya
Happy reading

Full Part bisa kalian baca di aplikasi dibawah sini yaHappy reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
DIGNITY (Pembalasan Luka Putri Sang Jendral)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang