4.Dream

19 3 0
                                    

[Bagaskara tiba ke sekolah lebih pagi dari biasanya di hari Senin]

"Tumben Gas datang jam segini" ucap Raka.

"ya,kebetulan aja" jawab Bagaskara yang bingung.

Tidak lama kemudian bel pun berbunyi serta terdengar pengumuman tidak ada upacara. Bagaskara segera mengeluarkan buku catatannya serta handphonenya. Raka segera duduk dan membalas pesan para gadis yang sengaja tidak ia jawab semalaman. Sedangkan Angga duduk di atas meja sembari menatap jendela luar.

"Hey itu yang duduk di atas meja! Turun,duduk di kursi" ucap guru yang tiba tiba masuk tanpa mengetuk pintu

"Baik bu,maaf" dengan begitu sopan Angga menuruti guru tersebut

[Sekolah pun berjalan begitu saja seperti sehari hari dan tibalah waktu pulang]

Angga segera pergi meninggalkan kelas dan berkumpul di kantin bersama "teman geng" nya. Kira kira ada belasan orang disana dengan beberapa kakak kelas juga. Sedangkan Bagaskara segera pulang ke rumah karena ia rindu dengan masakan ibunya. Tetapi setibanya ia di gerbang keluar sekolah terdapat orang asing yang membekam dia dengan kain lap.

[Bagaskara tak sadarkan diri dan dia dibawa ke basecamp mereka]

"Woi bangun lu! Lu pingsan apa tidur anj*ng?!" Bunyi berisik terdengar di sekeliling Bagaskara sembari menendang nendangnya

Sejenak Bagaskara teringat dengan ucapan Rahmi mengenai hubungan Bagaskara dan Angga. Dengan tangan dan kaki yang terikat berposisikan duduk di kursi,matanya ditutupi dengan kain sehingga tidak bisa melihat apa apa. Terdengar langkah kaki yang cukup banyak. Mereka membicarakan mengenai Angga,mereka adalah anggota geng Angga yang membelot dan berencana mengalahkannya.

"Woi anj*ing! Lu temennya Angga kan?! Jawab cepet!" Ucap salah satu orang disana

"..." Bagaskara hanya membisukan diri disana sembari merenungkan ucapan Rahmi.

"JAWAB CEPET ANJ*NG! ATAU ENTAR LU GUA PUKUL!"

"Kagak tau"

Mendengar jawaban Bagaskara tersebut membuat "mereka" marah dan justru memukuli Bagaskara tanpa henti. Mereka ingin mendengar jawaban yang sebenarnya karena mereka merasakan ada kebohongan dari ucapan Bagaskara.

[Sekitar 15 menit Bagaskara dipukuli tanpa henti,dengan luka luka lebam hampir di sekujur tubuh dan akhirnya mereka berhenti]

"Gua tunggu si Angga kesini sampe 1 jam lagi,kalo kagak ada. Lu gua sekap disini sampe lu sendiri nangis pun kagak gua lepasin,apalagi lu mati juga gua kagak peduli"

Bagaskara semakin terdiam mendengar ucapan tersebut dan mulai memikirkan lebih jauh dengan dirinya sendiri.

"ngapain gua mikirin orang lain? Orang lain juga kagak mikirin gua. Kenapa? Kenapa justru gua yang jadi korbannya? Bukannya orang lain yang salah? Kenapa gua... KENAPA HARUS GUA!! ARGGHHH!!!" Batin Bagaskara merasakan sesuatu yang berbeda

"kenapa gua malah berdiam diri saat menghadapi mimpi buruk? Bukannya gua sendiri juga tau badai bakal reda kalau waktunya reda? Tapi kenapa malah gua ketakutan ngehadapinnya?" Batin Bagaskara tak kunjung henti menyalahkan diri sendiri

"Karena lu tuh lemah Bagas. Liat sekali lagi ke diri lu sendiri,gimana? Lihatlah dari muka hingga kebawah,bukankah dia terlihat seperti pecundang sepanjang masa?! Ingatlah Bagas,lu bisa gini gara gara lu LEMAH,NAIF DAN BODOH!" Sebuah bisikan batin Bagaskara yang muncul entah darimana membuatnya menangis tanpa sadar.

Bagaskara semakin membenci dirinya sendiri dan di waktu yang sama ia semakin sayang dengan dirinya sendiri. Luka luka dan rasa sakit di sekujur masih begitu terasa. Tetapi Bagaskara tidak mengeluarkan 1 kata pun dengan luka tersebut.

[Sekitar 30 menit setelah Bagaskara menangis terdengar pintu yang terbuka dan terdengar juga suara kerusuhan setelah itu]

"Bingo!" Suara yang tidak asing terdengar memasuki tempat penyekapan.

"BAGAS!" Suara perempuan yang terdengar sedikit khawatir kepadanya

Tak lama kemudian terdengar suara keributan. Terdengar suara adu pukul dan banting membanting disana. Tapi Bagaskara menyadari jika yang datang bukanlah dua orang,tetapi 3 orang.

"Udah gapapa sekarang,lepasin Bagaskara dan sudah waktunya kita pulang" ucap salah satu laki laki disana

Penutup mata tersebut dibuka serta seluruh ikat di tangan maupun kaki. Akhirnya ia bisa melihat siapa saja yang ada dihadapannya. Secara tanpa sadar mata Bagaskara mengeluarkan air mata. Ia bisa melihat dihadapannya ada Angga,Raka dan Rahmi disana.

"Terima kasih!" Ucap Bagaskara sembari perlahan mencoba berdiri dan dibantu Rahmi

Sepanjang keluar dari tempat asing tersebut ia mencoba berpikir apa yang sebenarnya terjadi.

"Woi Angga,liatkan geng yang lu buat akhirnya berontak juga gara gara lu. Padahal dulu geng kita ini solid" ucap Raka

"Kita?!" Ucap Bagaskara dan Rahmi bersamaan

"Oh iya gua kagak ngasih tau ya? Gua itu temen SD sama SMP nya Angga dan lebih tepatnya ortu gua penanggungjawab Angga" ucap Raka

"Dan kehidupan geng gua dimulai dari gua dan Raka waktu SD walau dulu sih main main" ucap Angga

"Tapi kalian tau tempat ini dari siapa?" Tanya Bagaskara

"Lah menurut lu siapa lagi? Rahmi lah" jawab Raka

[Rahmi tersenyum mendengar hal tersebut]

"Awalnya sih Rahmi ngikutin lu sampe ya lumayan jauh,pas udh di tempat kejadian dia balik lagi manggil Raka. Dan Raka akhirnya manggil gua buat nyelamatin lu" ucap Angga menjelaskan.

Dan dengan begitulah hari itu dimulai. Hari dimana Bagaskara mulai mengejar mimpinya dan bersiap diri menjadi tokoh utama dari "Novel" yang ia siapkan.

[Bagaskara adalah tokoh utama]

FlowersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang