Menjadi pintar itu pilihan,tetapi jenius? Memangnya itu sebuah pilihan? Bukannya itu takdir layaknya bakat
[Gadis gadis di kelas membicarakan hubungan Bagaskara dengan Rahmi]
"Gas,denger denger lu pacaran sama si Rahmi" ucap Raka saat pelajaran baru saja dimulai
"Kagak sih,gua kagak pacaran cuman ya kebetulan aja deket" balas Bagaskara
[Raka tersenyum mendengar ucapan Bagaskara]
Hubungan Bagaskara dan Rahmi semakin berkembang dengan mereka yang selalu pulang bersama. Terkadang Bagas dan Rahmi belajar bersama di kelas sepulang sekolah. Perpustakaan sekolah juga salah satu tempat favorit mereka untuk menikmati waktu berdua. Hingga tiba saat akan ujian,Rahmi seperti menginginkan waktu sendiri.
"Bentar lagi ujian ya? Mau belajar bareng? Atau ngerjain kisi kisi barengan gitu" tanya Bagaskara
"Maaf Gas,kayaknya kali ini aku gabisa(gamau) soalnya mau nyoba tes kemampuan sendiri" Jawab Rahmi.
[Bagaskara terdiam mendengar jawaban Rahmi,lalu pergi pulang lebih cepat]
"Bu,aku pulang" ucap Bagas sembari membuka pintu
"Tumben pulang cepet" balas Ibu Bagas
"Biasalah,mau ujian sekitar 2 minggu lagi jadi mau fokus belajar dulu"
Lalu Bagaskara segera mengganti baju dan melihat kembali buku yang pernah ia baca dahulu. Ia tersadar ada pesan tersembunyi dalam buku tersebut. Setelah beberapa saat membolak balik halaman,akhirnya ia tau bahwa bibiku memiliki adik yang identitasnya tidak tertulis.
"Bu,ibu tau engga sama adik dari bibi Nebula?"
"Emang dia punya adik ya? Seinget ibu,Nebula itu anak tunggal loh"
[Bagaskara terdiam mendengar hal tersebut dan merasa aneh]
"Bu,kalo boleh tau bibi Nebula ada dimana?"
"Dimana ya? Ibu juga kurang tau,mungkin daerah Yogyakarta? Atau di kota Bandung?"
Bagaskara terlihat kecewa mendengar jawaban ibunya dan kembali ke buku bacaan yang seharusnya ia baca. Mulai membaca dari matematika dan tertidur di pelajaran yang sama.
"Ahh... Bosan juga belajar kayak gini,tapi kalo dipikir pikir juga ngapain ya gua belajar fokus amat lagian ga ngejar peringkat satu" akhirnya Bagaskara tidak belajar hingga ujian tiba
10 maret hingga 14 maret 2031
Penilaian tengah semester dilaksanakan dan Bagaskara melaksanakan tanpa banyak persiapan apa apa. Sedangkan Rahmi benar benar sehabis ujian langsung membaca buku pelajaran selanjutnya.
"Heh,Rahmi kamu ga cape beres ujian langsung belajar?" Tanya Bagaskara
"Engga kok,udah biasa juga dari dulu"
"Mmm... Semangat aja sih,aku pasrah aja sama hasilnya yang seadanya" lalu pergi bertemu Raka dan Angga
Beberapa hari kemudian
Kertas pengumuman peringkat nilai ujian tertinggi tertulis di papan kelas masing masing. Bagaskara terlihat cuek melihat pengumuman tersebut,sedangkan Rahmi yang antusias terlihat murung di kursinya.
[Raka terkejut melihat hasil nilai di papan lalu pergi ke arah Bagas]
"Lu pinter juga ternyata Gas,selamat bro jadi peringkat 1" ucap Raka
"Lah? Gua pertama?"
"Hooh,engga bisa baca lu?"
"Hah? Beneran lu"
[Bagaskara segera melihat papan pengumuman]
Peringkat 1,Bagaskara Baswara dengan rata rata 91,3
Peringkat 2,Rahmi Safira dengan rata rata 90,7
Peringkat 3,Dara Naura dengan rata rata 87,6
Peringkat 4,Raka Aksara dengan rata rata 84,5[Sejak saat itu banyak orang yang memanggil Bagaskara pintar tanpa mengerti arti jenius yang sebenarnya]
"Tapi yang pintar itu Rahmi,karena pintar itu di iringi dengan rajin" bisik hati Bagaskara
[Hubungan mereka sejak saat itu sedikit canggung untuk beberapa minggu setelah pengumuman peringkat]
Beberapa minggu kemudian
[Dara Naura memperhatikan Bagaskara dengan penampilan khas miliknya]
"Hallo,kenalin aku Dara si nomor 3" seorang gadis dengan rambut pendek yang memiliki tinggi sekitar 150 Cm an
"Saya Bagaskara" memberi jabatan tangan
"Kamu itu jenius ya? Bukan pintar" ucap Dara mengejutkan Bagaskara
"Mungkin? Saya tidak begitu paham arti jenius" balas Bagaskara pura pura merendah
"Ajarin dong caranya,aku tuh udh rajin tapi kenapa gapernah jadi yang pertama"
Dengan kalimat itulah kehidupan Bagaskara dan Dara di mulai sebagai teman belajar hingga ujian kenaikan kelas.
[Rahmi menatap tajam Bagaskara ketika melihat Dara mengobrol asik dengan Bagaskara]
[Bagaskara tersenyum memelas menyadari tatapan Rahmi]
[Dara menundukan kepala menyadari tatapan Rahmi]
Ketika Bagaskara kembali pulang,ia sadar bahwa Rahmi tidak ada disana. Ia tidak tau apa yang sebenarnya terjadi kepada Rahmi. Bagaskara hanya menemukan Mikha yang biasanya selalu menjadi teman bagi Rahmi.
"Mikha,kamu liat si Rahmi ga?" Tanya Bagaskara
"Engga,emang kenapa?"
"Soalnya gua kagak liat dia daritadi padahal biasanya bareng"
"Entah,udh lama juga aku engga ngobrol sama dia"
Akhirnya ia memutuskan pulang sendirian dengan segala rasa yang menusuk hatinya. Ada rasa yang janggal di hatinya.
"Rahmi,dia gini gara gara aku? Karena Dara? Atau karena nilai? Bukankah nilai tadi hanyalah angka? Mengapa angka tersebut membuat asing?" Bisik hati Bagaskara yang gelisah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Flowers
Teen Fiction"hai,aku Bagaskara" ucapan mengawali awal masa SMA ku di sekolah yang konon dahulu seorang pembunuh bersekolah disini. Dengan beberapa rasa muak dan trauma milik Bagaskara ia berambisi merubah dirinya untuk mendapatkan apa yang ia inginkan di masa S...