16.Prolog

17 2 0
                                    

Selasa,27 mei 2031

Seluruh geng bermalam sembari berjaga jaga sesuai bagiannya masing masing. Dan di sisi lain bantuan dari pusat mulai bergerak.

"Angga,dari sini kita pisah dulu dan semoga bisa kumpul lagi" ucap Bagaskara ketika fajar tiba

Geng tersebut di bagi menjadi 4 bagian daerah yang dijaga untuk mencegat pasukan. Bagian tersebut berada di bagian utara jawa barat,bagian barat,bagian selatan serta bagian pusat(posisi Angga dan Bagaskara).

[Bagaskara bergerak menuju tempat yang semua orang tidak ketahui]

Ia(Bagaskara) pergi menuju gedung kosong di lantai teratas ia menatapi langit langit. Angga yang isi walkie talkienya sudah dipenuhi kabar bahwa pasukan telah datang,meskipun tidak ada kabar dimana letak sang presiden tiba. Bagaskara tersenyum menikmati angin angin yang kian lama kian menusuk dadanya,terang langit kian memanggang hatinya,dan pemandangan di sekitarnya menatap tajam merendahkan dirinya.

"Aku... Tidak akan mati bukan?" Pikir Bagaskara merasakan suasana

Angga dan sisa anggota yang tersisa dengannya pergi menuju jalan utama untuk meledakan beberapa bom. Sedangkan di sisi bagian lain hanya memantau tanpa melupakan untuk membantu masyarakat sekitar.

"Hallo tuan Bagaskara Baswara,selamat pagi! Saya Genta dan anda harusnya sudah tau alasan saya ada disini kan?" Ucap laki laki asing tersebut

"Tunggu,siapa kamu? Kurasa tidak ada nama orang seperti itu di geng maupun pihak pemerintah" balas Bagaskara

"Loh,Nebula tidak memberitahumu sesuatu? Yaa... Mungkin sudah saatnya,maaf ya!" Lalu laki laki tersebut menembakan senjata kejut listrik yang membuat Bagaskara tak sadarkan diri.

Di lain sisi seluruh pasukan pusat sudah mulai terlihat di setiap bagian dengan kelengkapan penuh. Seluruh pasukan itu terlihat serius menanggapi ancaman Bagaskara setelah kematian Gubernur jawa barat sewaktu kemarin. Tentunya dengan rencana yang ada,seluruh anggota melakukan penyerangan secara tiba tiba secara menyerbu. Lalu diantara serbuan orang orang tersebut,ada juga Angga yang menerobos ke tengah pasukan dengan beberapa bom yang siap ia ledakan di tempat.

"Saya sudah tidak peduli dengan dunia ini semenjak ibuku tiada,satu satunya yang ku pedulikan hanya diri sendiri selama ini." Isi hati Angga yang menguatkan diri di tengah medan pertempuran.

"Tangkap anak itu segera!" Ucap komando pasukan disana sembari menunjuk Angga.

[Angga terus menerobos mencari letak "presiden"]

"Berikan kami waktu untuk berbicara dengan presiden,maka kami akan berhenti dengan seluruh hal hal ini!!"

"Dimana kesetaraan hak kami sebagai manusia di negara ini!!"

"Gulingkan kepemerintahan atau mati!! Lebih baik kami mati dengan perjuangan ini,dibandingkan harus hidup diantara ketidakadilan hasil pemerintah bodoh!!"

Orasi orasi tersebut dilontarkan oleh siswa siswa disana atas doktrin doktrin yang diberikan Bagaskara. Hal hal tersebut tidak membuat pasukan memberi perlawanan. Satu satunya yang bisa terjadi disana hanyalah pertempuran sia sia,nyawa yang hilang secara sia sia,kebodohan berpikir bagi mereka yang dapat berpikir sehat. Mungkin secara selewat itu memang terasa sia sia,tetapi Bagaskara yakin ada buah yang akan dipetik meski diberi pupuk yang buruk.

"Maafkan kami,tapi presiden yang kalian inginkan tidak ada disini bersama kami. Kami hanya ditugaskan mengamankan kalian ke pihak yang lebih bertanggungjawab" ucap komando disana

Tetapi Angga berkeras kepala dan menyuruh seluruh anggota disana bertempur hingga tetes darah terakhir.

[Bagaskara terbangun di ruangan yang begitu asing]

FlowersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang